"Wanita sialan!" pekik Dion menahan sakit.Melihat Dion yang tersungkur dan menahan sakit Wisna pun berlari menuju ke mobil.Dion bangkit dan mengejar Wisna, namun Wisna sudah masuk ke dalam mobil dan sudah menyalakan mesin mobil bersiap untuk pergi.Namun Dion berdiri tepat di depan mobil Wisna dengan wajah penuh amarah."Minggir kamu, Mas, jika nggak ingin aku tabrak!" teriak Wisna."Kunci semua gerbang agar wanita ini nggak bisa pergi!" teriak Dion pada semua security.Semua security pun menjalankan perintah dari Dion dengan menutup dan mengunci pintu gerbang.Dion memaksa Wisna untuk segera turun dari dalam mobilnya, namun Wisna sama sekali tidak mau membukakan pintu mobil."Jangan membuatku bertambah kesal, Wisna!" bentak Dion.Wisna sangat ketakutan ia menarik napasnya dalam-dalam berusah setenang mungkin."Aku perlu menenangkan pikiranku!" ucapnya mengulur-ngulur untuk keluar dari dalam mobil.Diam-diam tangannya mencari kontak Ayu dan meneleponnya, agar Ayu tahu dan bisa memba
"Mbak, bangun Mbak!"Arumi menepuk-nepuk pipi Wisna dengan pelan berusaha untuk menyadarkannya. Sedang Refaldy terlihat ikut cemas dan khawatir melihat keadaan di dalam."Maaf, pintunya aku tutup dulu soalnya Mbak Wisna nggak pakai baju," kata Ayu pada Refaldy dan langsung menutup pintunya.Refaldy menunggu di luar dan mengedarkan pandangan ke sekitar, matanya mencari-cari di mana keberadaan suaminya Wisna.Arumi dan Ayu di dalam kamar berusaha untuk menyadarkan Wisna, dan juga membantu untuk memakaikan pakaian ke tubuhnya.Luka lebam bekas tamparan dan pukulan terlihat sekali di wajah dan juga lengannya. Melihat Wisna seperti ini hatinya pun ikut merasakan sakit. Biar bagaimanpun mereka tetaplah kakak kandung Arumi.Perlahan kesadaran Wisna datang, ia mengerjapkan matanya berkali-kali dan meringis sakit."Ayu," ucap Wisna pelan.Melihat keberadaan Ayu di sini membuat Wisna bisa bernapas lega. Ia segera menghambur ke dalam pelukan Ayu dan terisak."Mbak kenapa bisa seperti ini?" tanya
Darah mengalir dari kening Arumi, pandangannya perlahan mengabur dan gelap. Frans dan Dion melarikan diri dari rumah, mereka ketakutan melihat keadaan Arumi."Akan aku cari kalian sampai di ujung dunia pun!" teriak Refaldy murka.Refaldy buru-buru membopong tubuh Arumi dan berjalan menuju ke mobilnya. Ia ingin secepatnya membawa Arumi ke rumah sakit."Mbak, kali ini aku pun kecewa padamu. Apa Mbak belum sadar juga atas semua perlakuan Mbak pada Arumi?" tanya Ayu kecewa."Dia membuat Mas Dion jadi membanding-bandingkan diriku, Yu. Kamu juga tak menyukainya bukan? Jangan munafik!" keluh Wisna."Itu dulu sebelum aku menyadari semua kesalahanku. Apakah kamu nggak pernah mikir kalau kejadian ini adalah salah satu cara Allah menegurmu, Mbak!" bentak Ayu kesal."Mbak Ayu mau ikut atau tetap di sini, aku nggak punya banyak waktu!" tegas Refaldy."Aku ikut kamu ke rumah sakit."Ayu segera masuk ke dalam mobil menemani Arumi yang terbaring tak sadarkan diri di kursi belakang.Mereka meninggalka
"Ibu sama Bapak duduk dulu di sini, biar aku jelaskan semuanya."Refaldy menyuruh mertuanya untuk duduk di sofa yang terdapat di dalam kamar mereka."Tadi kami bertiga pergi ke rumah Mbak Wisna, karena panggilan teleponnya pada Mbak Ayu membuat Arumi khawatir."Perlahan Refaldy mulai menjelaskan tanpa sekalipun mertuanya memotong ucapannya. Mereka mendengarkan dengan seksama.Begitu syok ketika mendengar Wisna mendapatkan KDRT dari suaminya. Terlebih lagi ketika mengetahui jika Dion berselingkuh dengan sesama jenis sampai berbuat maksiat. Itu adalah hal yang sangat memalukan.Lantas Refaldy juga menceritakan pertengkarannya dengan Dion hingga menyebabkan Arumi terluka. Dan ia melaporkan Dion pun Frans ke polisi, tapi naas sesuatu yang buruk menimpa mereka."Lalu bagaimana dengan Wisna sekarang?" tanya Ibu cemas."Mbak Wisna masih ada di rumahnya, Bu. Dia masih saja bersikap keras kepala dan tak mau mengakui kesalahannya," ucap Ayu."Lalu kamu, Yu? Ada masalah apa kamu dengan Pandu?" t
SERANTANG RENDANG BASI part 46Tujuan Wisna kali ini adalah pergi ke rumah Arumi, ia ingin bertemu dengan kedua orang tuanya juga meminta maaf pada Arumi.Setelah semuanya yang sudah terjadi Wisna baru menyadari kesalahan yang selama ini ia perbuat."Kita pergi ke rumah Tante Arumi ya, Dimas. Di sana juga ada Kakek sama Nenek," ucap Wisna lembut."Iya, Ma."Wisna memberhentikan mobilnya di pinggiran toko kue. Lalu ia lebih dulu keluar dari dalam mobil kemudian membukakan pintu untuk anaknya."Kita beli kue dulu buat tante juga kake dan nenek," ucapnya lembut.Dimas hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum manis. Bocah paud itu belum mengerti tentang permasalahan yang terjadi dalam keluarganya. Ia juga belum tahu kalau sang Papa mengalami kecelakaan yang parah.Wisna tak ingin menceritakannya, sebisa mungkin ia akan menutupi permasalahan itu dari Dimas agar tak mengganggu mental si anak."Kamu mau brownies?" tanya Wisna."Mau, Ma. Dimas suka kue cokelat.""Ayo kita beli yang banyak."
Aron, Wisna dan Ayu berjalan menghampiri Arumi lalu memeluknya dengan erat seperti orang yang sudah lama tak pernah bertemu."Maafin, Mas sama Mbakmu, ya, Dek. Kami terlalu banyak membuat kesalahan padamu.""Bodoh sekali sudah menyakiti adik sebaikmu! Adik yang dengan tegas membela orang tuanya, berusaha untuk mengingatkan kakak-kakaknya dari kegilaannya tentang harta, reputasi!" "Sudahlah, nggak usah diingat-ingat lagi. Yang penting kalian sudah niat ingin merubah diri menjadi lebih baik lagi," ucap Arumi.Aron, Wisna dan Ayu mengangguk pelan dan tersenyum. Lalu Aron menguraikan pelukannya dan mengambil tote bag yang tadi ia bawa."Duduklah, Bu, Pak. Aku punya sesuatu untuk kalian. Kau juga duduk, Rum. Mas punya hadiah untukmu," ujar Aron bersemangat.Semuanya duduk di sofa lalu memperhatikan Aron yang tengah sibuk untuk membagikan oleh-oleh untuk mereka."Ini untuk Ibu dan Bapak, ini untuk Arumi, Wisna, Ayu, Refaldy," ujar Aron membagikan satu per satu tote bag."Banyak sekali," uc
Dion sedang masa pemulihan untuk kesembuhan dari kecelakaannya, ia sudah pulang dari rumah sakit. Niat Refaldy untuk menjebloskannya ke penjara ia urungkan karena permintaan Arumi."Bagaimana kalau Dimas menanyakan tentang Papanya? Bagaimana kalau Dimas tau Papanya akan dipenjara? Sudahlah, nggak usah dilaporkan. Lagipula sekarang Dion masih dalam masa pemulihan dan kesembuhan. Mungkin juga Dion kapok dan nggak akan berbuat jahat lagi," imbuh Arumi.Refaldy menarik napas panjang. Ia menatap Arumi dalam, lalu mengangguk pelan mendengar permintaan sang istri."Ya, lagipula Mbak Wisna nggak ngelaporin Dion. Mungkin pemikirannya sama denganmu, takut Dimas menanyakan soal Papanya. Tapi, jika nanti Dion berbuat masalah lagi pada keluarga kita. Aku nggak akan tinggal diam lagi, dan langsung menjebloskan dia ke dalam penjara!" tegas Refaldy.Arumi tersenyum dan menganggukan kepala pelan.****Ayu tersenyum sinis, ketika melihat pasangan pengantin yang tak lain suami beserta madunya itu baru k
"Kamu kenapa, Nduk?" tanya Ibu yang melihat Arumi mual-mual di dapur saat ingin membantu memasak.Wajah Arumi pucat badannya pun terlihat lemas, beberapa kali ia hampir terjatuh. Ibu memegang kening dan leher Arumi, namun tidak panas.Lalu Ibu tersenyum menatap wajah anak bungsunya sambil menyentuh perut Arumi."Kamu sudah datang bulan, Nduk?" tanya Ibu lembut.Arumi menggelengkan kepalanya pelan lalu menyesap teh manis hangat yang tadi dibuatnya."Nduk ...."Ibu tidak melanjutkan ucapannya namun bibirnya mengulas senyum dengan mata yang tertuju ke perut Arumi.Seketika Arumi paham dengan senyum ibunya dan kini tangannya pun ikut menyentuh perutnya sendiri."Apa aku hamil ya, Bu?" tanyanya."Coba ditespek, Nduk."Arumi mengangguk senang, setelah pernikahan ia memang rutin meminum susu untuk program hamil. Apalagi sewaktu Arumi menikah itu adalah masa-masa subuhnya setelah datang bulan.Namun Arumi tidak pernah bilang pada Refaldy jika ia meminum susu untuk program hamil lantaran malu.
SERANTANG RENDANG BASI part 72"Gila, ya, kamu. Tega menjual istri sendiri ke klien hanya demi uang!" teriak Meisha pada Pandu."Kamu pikir aku benar-benar masih mau menerimamu, setelah kamu membohongiku, hah? Aku tau semuanya bahwa anak yang sempat kamu kandung itu adalah bukan anakku!" tukas Pandu yang membuat Meisha seketika bungkam."Tidak usah sok suci dan menangis tersedu begitu. Bukankah kamu sendiri suka berganti-ganti pasangan dengan mencari laki-laki kaya? Sekarang aku berbaik hati dengan mencarikanmu laki-laki kaya!" Pandu tertawa puas.Meisha meruntuk kebodohannya sendiri karena begitu percaya dengan semua ucapan manis Pandu.Kini ia menyesali semuanya karena lebih memilih menjadi Pandu dibanding dengan David dulu."Gara-gara kamu aku dapat ancaman dari istri laki-laki itu Pandu!" teriak Meisha."Sebelumnya kamu juga merebutku dari Ayu bukan? Jadi sekarang kenapa kamu mengeluh? Bukankah sebutan pelakor itu memang pantas untuk dirimu, Meisha?" tegas Pandu dengan tangannya m
SERANTANG RENDANG BASI part 71"Assalamualaikum."Kedatangan Refaldy bersama dengan keluarga Clara dan juga ustaz serta kiyai, membuat orang-orang di rumah Arumi terlihat bingung.Arumi membuang napas lega dan tersenyum senang melihat suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja."Waalaikumsalam."Semuanya dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Berkumpul bersama seperti sedang menghadiri sebuah rapat penting.Refaldy memeluk Arumi dan mengusap pelan perut Arumi yang membuncit, ia terlihat lega karena mengetahui Arumi baik-baik saja.Ibu dan Bapak serta yang lainnya saling bersalaman dan berkenalan. Lalu Ayu, Ratna dan Devi segera pergi ke dapur untuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan untuk dihidangkan."Sedang ada urusan bisnis ya, Nak?" tanya Bapak membuka obrolan lebih dulu."Bukan, Pak. Nanti Refaldy akan jelaskan, tapi untuk itu Refaldy akan menghubungi orang tuaku dulu dan juga Paman Adiwijaya."Dengan lihai jemarinya langsung menelepon orang tua dan juga pamannya unt
SERANTANG RENDANG BASI part 70"Di sini sudah kembali aman. Namun ayahmu saat ini sedang kesakitan dan berada di rumah orang jahat itu, kita harus membawa ayahmu kembali pulang untuk diruqyah juga," ucap kiyai."Apakah rumah orang tuaku benar-benar sudah aman, Pak?" tanya Clara memastikan."Insya Allah sudah aman kembali, apa kamu tau di mana rumah wanita itu?" tanya Pak kiyai."Tau, Pak. Ayo saya antarkan. Mama sementara waktu tinggal di rumah Bude dulu ya?" pintanya pada Bude Ning."Iya, Nduk, mamamu lebih baik tinggal bersama Bude dulu agar aman. Sekarang lebih baik cepat-cepat kamu ke rumah gundik itu untuk menyelamatkan papamu!" titah sang Bude.Gegas mereka semua kita pergi dari rumah Pak Darsa. Seruni kini sudah masuk ke dalam mobil Bude dan anaknya.Sementara Clara dan yang lainnya ikut masuk ke dalam mobil Refaldy dan Clara yang akan mengarahkan di mana lokasi Lina saat ini.Dengan berdoa dan mengucapkan bismillah Refaldy mulai melajukan pelan mobilnya, meninggalkan halaman r
SERANTANG RENDANG BASI part 69Devi memungut benda tersebut dan langsung melemparkannya lagi setelah mengetahui itu boneka dengan banyak darah."Siapa yang melemparkan ini ke dalam rumah?" gumam Arumi."Apa ada maling yang masuk, Rum?" tanya Ratna."Nggak mungkin sih ada maling yang masuk, soalnya perkomplekan ini dijaga dengan sangat ketat sekali," ujarnya."Lalu ini?" tanya Devi bingung."Kita mengaji bersama saja untuk mengusir bala!" ajak Arumi.Arumi memanggil Bapak dan Ibu untuk ikut mengaji bersama di ruang tamu. Setelah berkumpul dan mengambil wudu kini mereka mengaji bersama.Arumi tak bilang jika ada seseorang yang melemparkan batu dan boneka penuh darah ke dalam rumahnya pada kedua orang tuanya.Pecahan kaca jendela yang berserakan langsung dibereskan oleh ART dan Arumi beralibi kalau ia tak sengaja melemparkan sesuatu ke kaca, karena ada kecoa yang terbang.Arumi juga sudah mengirim pesan pada Refaldy dan Clara, bahwa rumahnya dapat teror. Mungkin saja itu teror dari ilmu
SERANTANG RENDANG BASI part 68Seruni memeluk Clara erat sekali, bahkan tangannya mencengkram Clara dengan sangat kuat karena ketakutan yang berlebihan."Ma, jangan seperti ini, Ma."Clara meringis kesakitan karena Seruni semakin lama semakin mencengkram kuat lengan Clara.Clara menepis kasar tangan Seruni karena lengannya perih, kuku Seruni menusuk ke kulit lengan Clara.Kini bola mata Seruni semuanya tampak memutih, kepalanya mendongak ke atas dengan gigi yang gemeretak.Di keadaan seperti ini Clara tidak tahu harus berbuat apa. Ia berusaha mendekati Seruni lagi namun dengan sangat cepat tangan Seruni mencekik lehernya hingga ia kesulitan bernapas."Mati!" pekik Seruni sambil terus mencekik Clara.Sebisa mungkin Clara berusaha melepaskan cekikan Seruni dan membaca doa semampu yang ia bisa dan ia hafal."Aaarrgghh!" teriak Seruni sambil menutup kedua telinganya.Setelah berteriak sangat kencang perlahan tubuh Seruni melemah, pandangannya mengabur lalu jatuh pingsan.Terlepas dari ce
SERANTANG RENDANG BASI part 67Mami Delia meminta Sesil untuk menurunkan uang denda yang ia minta. Namun Sesil tak pedulikan itu, ia tetap pada pendiriannya meminta denda dengan jumlah lima milyar.Gugatan cerai pun sudah ia layangkan ke pengadilan agama dengan membawa bukti dan saksi. Delia terlihat frustasi dengan keadaan yang sekarang ia jalani.Anak dibawa oleh mantan suaminya serta papinya tidak mau lagi ikut campur permasalahan yang sudah ia buat.Tanpa rasa malu ia menghubungi Aron dan meminta uang untuk membantunya membayarkan denda, namun ditolak mentah-mentah oleh Aron.Lalu ia menghubungi Erik untuk membantunya membayarkan denda tersebut."Semua ini juga karena kecerobohanmu!" tukas Delia."Bantu aku untuk membayarkan denda dari istri sintingmu itu. Lagi pula istrimu itu kemaruk harta, dia memakai cara seperti ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dasar miskin!" ketusnya."Aku akan bayarkan dendamu. Tapi kamu harus mau menjadi istriku!" ujar Erik."Tak masalah." Deli
SERANTANG RENDANG BASI part 66Meisha terbungkam dan memicingkan mata menatap Ayu. Ia sangat yakin kalau di balik kehancuran dirinya saat ini pasti karena ulah Ayu."Sekarang lanjutkan drama kalian di luar rumah ini. Aku sudah muak dengan semuanya, dan sekarang aku melepaskan kamu untuk j4l4ng ini, Mas. Aku sudah ikhlas dan ridho kalau kamu menikah dengan dia. Tinggal nanti kamu menerima surat cerai dariku! Sekarang silakan pergi dari sini!" tegas Ayu."Kamu nggak bisa begitu, Yu!" protes Pandu."Bisa, karena kamu telah melanggar surat perjanjian pernikahan kita. Kamu dengan sadar setuju dan menandatangi perjanjian itu!""Aku nggak mau cerai, lebih baik aku menceraikan Meisha daripada harus bercerai darimu!""Apa-apaan kamu, Mas, berkata seperti itu. Kamu tau sendiri kalau dia itu mandul dan nggak bisa memberikanmu anak. Sedangkan rahimku subur dan bagus! Aku punya segalanya yang nggak bisa dimiliki wanita sialan ini!" tukas Meisha."Kalau kamu merasa punya segalanya nggak mungkin sam
SERANTANG RENDANG BASI part 65"Apa aku boleh minta nomor Bu Arumi?" tanya Clara."Jangan panggil Ibu, panggil nama saja. Sepertinya umur kita tidak jauh berbeda," sahut Arumi ramah."Kalau untuk panggil nama saja rasanya tidak sopan, bagaimana kalau aku panggil kakak atau mbak?" protesnya."Terserah kamu saja.""Baiklah, Kak Arumi dan Kak Refaldy," ujarnya.Usai makan kini mereka memutuskan untuk langsung pulang dan menjalankan rencana yang sudah disusun dengan rapih.Seperti ada semangat baru di dalam hidupnya untuk membuang pelakor itu dalam kehidupan rumah tangga orang tuanya.Berbincang dengan Arumi begitu menyenangkan untuk Clara. Kini ia begitu optimis.*****"Mama, Mama sekarang makan ya. Clara suapin. Jika Mama tidak betah tinggal di sini, lebih baik kita pindah rumah saja. Atau sementara waktu tinggal di rumah Bude?" ujar Clara yang ikut duduk di samping mamanya.Pandangan mata mamanya kosong seakan tak ada kehidupan di sana. Setiap hari hanya melamun, terkadang juga menangi
SERANTANG RENDANG BASI part 64Arumi menaruh kepercayaan penuh pada suaminya. Ia yakin jika Refaldy tak seperti yang dituduhkan, apalagi Arumi pun sudah tahu bahwa dunia bisnis itu pasti ada banyak yang ingin bersaing secara tak sehat. Saling menjatuhkan untuk keuntungan sendiri, contohnya seperti Pak Darsa.Ia mengingatkan suaminya untuk selalu berhati-hati kepada rekan bisnisnya. Karena rambut boleh sama hitam, tapi tidak dengan pikiran manusia Ponsel Refaldy berdering--ada panggilan masuk tanpa nama. Nomor tidak diketahui itu terus menelepon Refaldy.Refaldy menatap wajah Arumi seakan meminta jawaban untuk mengangkat panggilan telepon itu atau tidak. Arumi mengangguk pelan, lalu telepon pun diangkat dan pengeras suara diaktifkan. Sehingga Arumi bisa ikut mendengar panggilan telepon dari siapa.'Halo, Pak Refaldy. Ini saya Clara, saya mohon Pak Refaldy jangan menutup teleponnya dulu. Saya bisa jelaskan semuanya apa yang barusan terjadi di antara kita berdua.'Refaldy membuang napas