Share

Cita-cita Sabrina

Penulis: DV Dandelion
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-19 08:18:47

Venny, seorang kenalan Sabrina dari kursus menjahit, kini telah menjadi distributor mesin jahit untuk pabrik garmen dan konveksi. Dia sering update status dan story tentang produk keluaran terbaru. Sekali waktu, Sabrina penasaran dan mengajaknya mengobrol. Perempuan berusia kepala tiga itu mengirimi gambar mesin jahit rumahan model terbaru. Kata Venny, mesin itu menggunakan teknologi yang lebih canggih sehingga lebih mudah digunakan dan hemat waktu, tetapi harganya masih tergolong ekonomis. Sabrina ingin sekali menabung untuk membeli produk tersebut.

Pesanan jahit dan vermak sebenarnya terbilang stabil, ada saja yang masuk setiap hari Namun, Sabrina sering mengalami kendala. Pesanan jahit tidak bisa diselesaikan dalam waktu cepat sebab mesin jahit yang ada di rumahnya kini sudah usang. Ada saja bagian yang butuh diperbaiki sehingga tidak semua pesanan bisa dikebut.

Sabrina juga pernah melihat produk serupa dari iklan Facebook dan Instagram. Awalnya dia ragu, masak dengan harga segit
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Bukan Hidup Jika Tidak Berat

    Sabrina mematung ketika bertemu pandang dengan seseorang yang memanggilnya di parkiran warung bakso. Orang itu tersenyum lebar kemudian berjalan lenggak-lenggok untuk menghampiri Sabrina.“Temanmu, Sab?” tanya Venny.“Mantan tetanggaku, Mbak.” Sabrina menjawab tanpa menoleh, tanpa berkedip.Aroma wangi yang memusingkan langsung memenuhi indra penciuman begitu Miskah tiba di hadapan Sabrina. Wanita yang rambutnya bergelombang itu melepas kacamata lalu menyematkannya di atas kepala.“Halo, Mbak Janda. Lama enggak ketemu,” sapa Miskah dengan nada mengejek. Dia berdadah-dadah sambil menggerakkan jemari. Seolah-olah ingin menunjukkan kepada lawan bicara bahwa ada sebuah cincin berhias permata rubi di jari manisnya.“Kirain hidupmu udah enak setelah belagak sombong menolak lamaran orang. Ternyata masih gini-gini aja.”Miskah tertawa melengking. Sabrina menutup telinganya dengan telunjuk. Venny langsung merasa tidak nyaman mendengar ucapan Miskah. Dia tidak bisa berdiam diri melihat temannya

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-22
  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Undangan Pernikahan

    Alifa membawa pulang balon dan berbagai snack setelah menampilkan pertunjukan baca puisi di sekolah. Banyak yang terharu setelah mengetahui bahwa puisi yang dia bacakan adalah buatan ibunya sendiri dan berkisah tentang ayahnya yang sudah tiada. Beberapa orang tua memberinya hadiah sebagai apresiasi ada keberanian dan ketegarannya. Tidak sedikit pula yang merekam momen itu dan membagikannya di media sosial.Sabrina menganggap itu sebagai sebuah berkah. Tidak punya suami bukanlah hal yang memalukan. Dia sungguh berharap, orang-orang itu berbuat baik bukan atas dasar kasihan. Dengan tersebarnya video Alifa di media sosial, Sabrina ingin menunjukkan bahwa anak yatim pun bisa tumbuh dengan baik dan tidak kekurangan kasih sayang.“Halo, Alifa cantik!” seru Kayla saat keduanya memasuki rumah.“Loh, kok ke sini enggak bilang-bilang, Kay?” Sabrina cukup terkejut dengan kedatangan gadis itu. “Udah lama nunggunya?”“Belum, Mbak, baru sekitar sepuluh menit.”Sabrina meletakkan tas Alifa di lantai

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-26
  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Kegalauan Calon Pengantin

    Gadis cantik berhidung mancung itu duduk termangu di depan hotel tempatnya menginap. Bias-bias cahaya yang menghiasi keindahan langit sore Turki tetap tidak mampu mengobati kerinduannya pada Indonesia. Matanya hanya mengamati lalu lalang turis dan penduduk lokal yang asyik mengobrol bersama keluarga atau sahabat. Di satu sudut hatinya, ada ruang kosong yag terasa hampa."Andaikan Mas Adam ikut ke sini," gumamnya pelan.Sofia terlonjak ketika sebuah tangan memegang bahu kanannya. Ketika menoleh, dia mendapati sang nenek sedang tersenyum hangat."Cucu Nenek yang paling cantik lagi mikirin apa?" Bu Rum yang merupakan nenek Sofia lantas duduk di sebelahnya."Eh ... Emm, bbukan apa-apa, kok, Nek." Sofia tersenyum kikuk. Jelas sekali dia sedang menyembunyikan sesuatu."Barusan Nenek dengar nama Adam disebut. Tua-tua gini pendengaran Nenek masih bagus, lho."Sofia terkekeh. Memang susah mau main rahasia-rahasiaan dengan orang yang telah merawatnya saat masih kecil."Kalian lagi berantem?"Pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Pertemuan Setelah Jeda

    Adam berinisiatif mengajak Bu Ami untuk menjemput Sofia sekeluarga di Bandara. Meski belum ada benih-benih cinta di hatinya, dia berharap semoga usaha itu membuatnya jadi terbiasa.Dia tidak mau menikah hanya karena dorongan orang tua sebab sudah cukup umur. Sebisa mungkin, dia ingin menjadikan pernikahan itu sebagai salah satu ikhtiarnya membangun rumah tangga sakinah hingga ke surga."Mama seneng karena kamu akhirnya mau buka hati buat Sofia, Dam," ucap Bu Ami. Senyum tak lekang dari bibirnya yang dipulas lipstik warna nude."Insyaa Allah, ini yang terbaik, Ma.""Aamiin. Kamu bawa sesuatu untuk dikasih ke Sofia?"Adam terkekeh. "Ma, yang baru pulang dari safar itu mereka. Mestinya mereka yang bawain kita oleh-oleh.""Ya bawain bunga, kek. Atau apa gitu. Ih, kamu mah nggak romantis pisan!""Loh, itu lebih aneh lagi. Sejak kapan ada orang pulang umroh dikasih bunga? Sofia habis ibadah, Ma, bukan wisudaan." Adam sampai tertawa terpingkal-pingkal.Mulut di Ami komat-kamit karena mengger

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Sedikit demi Sedikit

    Sabrina bolak-balik melihat ke arah jalan dan pelataran rumahnya. Barangkali saja ada tetangga yang ingin mendaftar untuk kursus jahit. Namun, nihil. Hanya ada rombongan bocah sekolah dan para pengendara sepeda motor yang hilir mudik. Hingga pukul sebelas siang, baru satu orang yang mendaftar. Itu pun ada embel-embelnya, jadi ikut asalkan bayarnya boleh dicicil.Wanita itu menggigit bibir. Padahal sudah sejak pagi dia menyelesaikan pekerjaan rumah dan sengaja standby di warung agar bisa melihat siapa saja yang datang. Bahkan urusan antar jemput dan menemani Alifa bermain pun diserahkan kepada ibunya untuk hari itu."Gimana, Sab? Sudah berapa orang yang daftar?" Bu Retno tahu-tahu melongokkan kepala di ambang pintu warung. Dia baru saja pulang dari sekolah Alifa. Keringat masih membasahi dahi dan tepian jilbab hijaunya.Sabrina menggeleng seraya menunjukkan selembar kertas HVS yang masih dominan putih bersih. Raut sedih jelas sekali tergambar pada wajahnya yang ayu."Kenapa, ya, Bu? Ap

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Bu Muklis Kritis

    Sabrina sibuk mendata nama-nama peserta kursus beserta kebutuhan yang perlu dibeli. Berkat bantuan Bu Marni, jumlah total muridnya sudah ada 15 orang. Jumlah yang sebenarnya di luar ekspektasi Sabrina dan Venny karena target awal mereka hanya sepuluh orang.Tengah sibuk menghitung-hitung anggaran biaya, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di halaman rumah Sabrina. Tadinya dia pikir itu adalah Kayla. Namun, sosok yang keluar dari mobil gadis itu justru adalah sopir pribadi Pak Muklis.Sabrina meletakkan pulpen dan menutup buku. Keningnya berkerut. Ada apa gerangan sopir Pak Muklis datang ke sana? Bukankah mereka sedang sibuk menyiapkan acara pernikahan Pak Muklis dan Miskah?"Assalamu'alaikum, Bu Sabrina.""Wa'alaikumussalam. Mari silakan masuk, Pak."Lelaki berbadan kurus itu menggeleng. Wajahnya sangat serius. "Di sini saja, Bu. Saya ke sini untuk menyampaikan pesan dari Non Kayla. Hapenya sedang rusak."Itu lebih aneh lagi. Kalaupun ponsel rusak, bukan perkara sulit bagi Kayla untuk mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Penyesalan Datang Terlambat

    "Mbak, tolonglah aku ...." Nada suara Kayla terdengar putus asa.Sabrina menggeleng keras, berpikir selogis mungkin dan mengedepankan akal sehat. Saat ini, hati nurani harus mengalah terlebih dahulu agar hidupnya ke depan tidak makin runyam."Maaf, Kay, aku tidak bisa menemanimu ke luar negeri. Aku mungkin bisa memberi bantuan lain, tapi tidak untuk mengantar mamimu berobat.""Mbak Bina nggak kasihan sama aku? Papiku tergila-gila sama perempuan muda. Mamiku stress karena perempuan itu minta mahar nggak kira-kira. Terus tadi siang, Mbak Bina juga menolak datang waktu dijemput sopirku!"Sabrina mengawasi sekitar, takut-takut kalau Alifa atau orang tuanya bangun. Isi kepalanya seperti benang kusut."Kay, ingat, aku bukan siapa-siapa! Kamu masih punya ayah, punya banyak pembantu, dan punya kerabat baik dari pihak ayah atau ibu.""Semuanya aja ... Semuanya aja pergi ninggalin aku!" seru Kayla histeris.Sabrina tidak tahu apakah ada yang menemani gadis itu di rumah sakit, tapi emosinya jela

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Cerita yang Terlewatkan

    "Maafin aku, Mbak ...." Kayla mengucapkannya dengan terbata-bata di sela isak tangis.Hidungnya memerah dan beberapa kali dia harus menyekanya dengan tisu karena keluar cairan bening."Sssttt, nggak ada yang perlu dimaafkan," ucap Sabrina lembut. Dia mengusap kepala Kayla yang terbalut pashmina hitam."Aku udah nggak punya ibu, Mbak. Aku bisa apa di dunia ini kalau Mami pergi?" Gadis itu semakin membenamkan wajahnya di pelukan Sabrina."Ambil jeda Kay, nggak apa-apa. Kamu nggak harus selalu melakukan sesuatu. Ada kalanya kita memang butuh berhenti sesaat untuk menerima semuanya."Sabrina tahu rasanya ditinggal pergi oleh orang yang amat dicintai. Sesak, sakit, bingung, dan tidak tahu harus bagaimana. Rasanya seperti ada lubang yang menganga di dalam hati, yang seberapa kuat pun ditambal, tetap tidak akan bisa utuh kembali. Sesakit itu, memang.Perlahan-lahan Sabrina menuntun Kayla untuk duduk di kursi sebelah yang kebetulan memang masih kosong. Sabrina tidak melepaskan genggaman tanga

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22

Bab terbaru

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Takdir Kita (TAMAT)

    [2 tahun kemudian] "Saya terima nikah dan kawinnya Sabrina Hasanati binti Jaya Sentosa dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"Begitu tenang dan lantang Adam mengucap kalimat tersebut dalam satu tarikan napas."Bagaimana para saksi? Sah?""Sah!" Para saksi menjawab serentak.Sabrina dan Adam mengembuskan napas lega. Doa-doa melangit, berbaur dengan tumpahan air mata haru dan suka cita.Kini, Adam dan Sabrina duduk bak raja dan ratu sehari di pelaminan. Mereka senantiasa menebar senyum kepada para tamu undangan yang turut berbahagia.Dahulu, hanya butuh waktu satu minggu bagi Adam untuk jatuh hati kepada Sabrina. Butuh tiga bulan untuk menyatakan niat baik dan berujung mendapat penolakan halus dari janda beranak satu tersebut. Namun, jalan hidup memang tidak dapat ditebak.Sempat hendak menikahi Sofia, takdir ternyata membawa acara akad mereka bubar sebelum mulai. Adam dan Bu Ami sampai harus pindah rumah karena malu dibicarakan tetangga terus-menerus.Namun, siapa sangka, ada hikma

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Ada Pelangi Selepas Hujan

    Sabrina menajamkan pendengaran agar segera tahu ketika sewaktu-waktu ada mobil berhenti di depan rumah. Perasaannya senang bercampur harap-harap cemas. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sabrina akhirnya akan memiliki sepeda motor lagi. Memang bukan sepeda motor keluaran terbaru. Bukan pula yang harganya puluhan juta. Yang dia beli hanyalah motor bekas seharga 6,5 juta saja. Yang membuatnya istimewa, motor itu dibeli dari hasil keringatnya sendiri. Bagi Sabrina yang sejak kecil akrab dengan kemiskinan, membeli motor tanpa mencicil adalah sebentuk pencapaian yang patut dirayakan. Adam yang membantunya mendapatkan motor tersebut. Setelah bertemu secara tidak sengaja di acara bazaar, mereka cukup intens berkomunikasi. Kebetulan dealer Adam memang melayani jual beli motor bekas sehingga dia bisa memilihkan yang kondisi mesinnya masih bagus dan harganya terjangkau. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Sebuah mobil bak terbuka merapat di halaman rumah Pak Jaya. Sepeda motor berw

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Terima Kasih, Superman

    Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, tetapi matahari di langit Tangerang sudah bersinar amat terang. Sabrina mengelap keringat di dahi dengan ujung jilbab. Sesekali, dia melambaikan tangan ke arah Alifa yang berada dalam barisan gerak jalan. Acara jalan sehat itu merupakan kegiatan tahunan yang rutin digelar oleh Pemda setempat untuk memperingati hari jadi kota mereka. Sekolah Alifa tidak ketinggalan untuk berpartisipasi. Namun, karena masih usia TK, orang tua murid diminta turut serta hadir. Selagi menunggu Alifa selesai parade, Sabrina melihat-lihat stand yang berjajar di sepanjang tepi jalan. Ada satu stand yang sudah dia incar semenjak tiba di alun-alun kota tersebut. "Mas, yang ini harganya berapa, ya?" Sabrina menunjuk sebuah motor matic berwarna biru dan putih dengan bodi lebar.Itu adalah satu-satunya stand yang menjual motor second. Dilihat dari kondisi tampilan luar, motor yang dilirik Sabrina sepertinya masih sangat bagus. Sabrina merasa perlu membeli motor untuk ke

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Merdeka dari Utang

    Adam turun dari motor dan mengambil bungkusan martabak yang tergantung di cantolan depan. Malam itu, Bu Ami bilang ingin menonton film sambil ngemil.Seporsi martabak manis dengan topping kacang, cokelat, keju, dan wijen itu ditaruh dalam piring buah. Permukaannya masih mengepulkan uap panas. Aromanya yang harum makin menggugah selera."Silakan menikmati martabaknya, Bunda Ratu," seloroh Adam ketika menyajikan makanan itu di meja.Bu Ami yang baru mulai memutar film hanya terkekeh mendengarnya."Kamu nggak ikutan nonton?" tanya Bu Ami begitu melihat Adam berdiri lagi. Bibirnya sedikit cemberut.Tadinya Adam ingin kembali ke kamar untuk mendesain pamflet, tetapi kemudian dia tidak tega membiarkan mamanya menonton sendirian. Karena itu, dia memutuskan untuk bekerja sambil tetap menemani Bu Ami."Saya ambil laptop sebentar ya, Ma."Bu Ami mengangguk senang. Sebenarnya dia merasa kesepian sejak pindah ke rumah baru. Selain lingkungannya lebih sepi, di rumah juga tidak ada pembantu yang bi

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Rezeki Tidak Akan Salah Alamat

    Nuansa haru yang sempat tercipta karena Sabrina hendak merantau menjadi TKW mendadak buyar. Sabrina menyusut air mata. Bu Retno sontak berdiri dan menghampiri dua lelaki yang berdiri di ambang pintu. "Pak Muklis?" Sapaannya lebih terdengar seperti pertanyaan. Bu Retno sampai melebarkan mata dan mencondongkan badan saking tidak percaya bahwa sosok yang berdiri di hadapannya adalah Pak Muklis. Ya, dia adalah juragan sembako yang pernah sangat ingin menikahi Sabrina. Sabrina menelan ludah. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ada perasaan takut dan cemas yang diam-diam menelusup di hatinya. Bagaimanapun, urusannya dengan Pak Muklis tidak pernah menyenangkan. "Maaf, Bu, boleh kami masuk?" Kali ini yang bertanya adalah sopir Pak Muklis. "Oh, iya ... bo--boleh. Silakan, Pak." Wanita itu menepi agar tamunya masuk. Sabrina menuntun Alifa, hendak menghindari pertemuan itu dengan alasan ingin menjaga warung. Namun, Pak Muklis menahannya. "Mbak Sabrina boleh di sini sebentar? Saya ada perlu.

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Resmi Mendaftar Jadi TKW

    "Izinkan aku merantau ke luar negeri." Sabrina mengucapkannya dengan mata berkaca-kaca.Di satu sisi, dia tidak tega meninggalkan anak dan orang tuanya di Indonesia. Selain rindu, dia juga pasti akan lebih sering mengkhawatirkan kondisi kesehatan mereka.Namun, utang nyaris seratus juta ke Adam bukanlah perkara sepele. Jika dia hanya mampu mencicil 500 ribu per bulan, dia butuh waktu selama 16 tahun untuk melunasi seluruh utang tersebut.Dalam kurun waktu 16 tahun itu, pasti akan banyak hal yang berubah. Orang tuanya akan makin berumur. Alifa pun harus bersekolah di SD, SMP, hingga SMA yang pastinya butuh biaya lebih besar. Sabrina juga bercita-cita ingin menguliahkan putri semata wayangnya.Lebih dari itu semua, siapa yang menjamin dirinya masih ada umur? Alangkah sedihnya jika membawa utang hingga liang lahat. Maka, merantau menjadi TKW menjadi pilihan yang paling mungkin Sabrina ambil."Kalau kamu pergi, Alifa gimana, Sab?" tanya Bu Retno hati-hati. Dia paham betul kegelisahan anak

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Izinkan Aku Merantau

    "Alhamdulillah, semua pesanan sudah jadi. Bu, tolong bantu cocokkan jumlahnya, ya," pinta Sabrina kepada Bu Retno. Dia sendiri tengah sibuk menghitung sisa pembayaran yang harus dilunasi Salim. Jumlah itu setara dengan keuntungan bersih yang akan dia peroleh."Jahitannya rapi, Sab. Masing-masing juga udah disetrika, jadi meringankan pekerjaan kita. Bisa aja kamu cari konveksi yang bagus.""Iya, Bu. Yang bikin makin kagum, mereka mempekerjakan orang-orang yang cacat fisik. Aku jadi makin termotivasi buat mengikuti jejaknya."Sabrina menghentikan pekerjaannya sejenak. Matanya menerawang jauh sedangkan bibirnya tersenyum manis. Terbayang seperti apa bahagianya jika impian tersebut bisa terwujud."Ya ... Ya ... Tapi bikin konveksi juga modalnya nggak sedikit, Sab. Apalagi kamu masih ada utang sama Ustadz Adam."Bibir Sabrina langsung kembali seperti semula. Ucapan ibunya sangat realistis."Bapak sama Ibu nggak bisa bantu banyak. Tapi nanti, kalau kami sudah meninggal, kamu boleh jual ruma

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Jatuh, Bangkit Lagi

    "Sudah siap, Ma?" tanya Adam setelah memasukkan tiga koper dan beberapa kardus besar ke dalam bagasi mobil. "Sudah, Dam." Bu Ami menghela napas. Hatinya serasa sesak dan badannya penat. Hari itu, mereka memutuskan untuk pindah rumah. Rumah tersebut akan disewakan kepada teman Om Adib.Sebenarnya rumah itu baru mereka tempati selama setahun. Namun, semenjak Adam batal menikah dengan Sofia, Bu Ami tidak lagi merasakan kenyamanan di sana. Penyebabnya tak lain adalah mulut-mulut tetangga yang selalu merasa paling tahu urusan orang lain.Sekali dua kali, Bu Ami tidak terlalu memusingkan omongan tetangga yang menggunjing batalnya pernikahan Adam. Namun, cerita tersebut berulang terus dan ditambah bumbu-bumbu lain. Ada yang bilang, Adam itu pembawa tulah atau kutukan. Entah siapa yang pertama kali tahu, tetapi kabar bahwa dia sudah tiga kali gagal menikah sudah menyebar luas. Dampaknya tidak hanya pada psikologis Bu Ami, tetapi juga TPA yang dikelola Adam. Banyak walisantri yang memindah

  • DIPANDANG HINA KARENA JANDA   Dilarikan ke Klinik

    "Ma, capek, ya? Mau aku pijitin?" tanya Alifa pada suatu malam menjelang tidur.Dia melihat Sabrina kepayahan bangun dari kasur sebab pinggangnya terlalu letih. Duduk terlalu lama di depan mesin jahit memang kurang baik untuk kesehatan. Apalagi Sabrina terkadang lupa minum air putih atau meregangkan otot barang sebentar."Mau, Sayang. Terima kasih ya, anak baik. Mama sangat bersyukur memiliki anak yang solehah seperti Alifa," jawabnya seraya tersenyum.Alifa dengan senang hati memijit tangan dan kaki Sabrina. Meskipun tenaganya tidak seberapa dan dia belum paham titik-titik yang mesti dpijit, Sabrina merasakan hatinya hangat. Tangan mungil itulah yang secara tidak langsung telah menguatkannya selama ini.Meski letih, Sabrina merasa Allah sangat memudahkan usahanya ketika memulai proses produksi pesanan Salim. Selain doa yang dia panjatkan seusai salat, Sabrina juga rutin melaksanakan salat Tahajjud dan salat Dhuha.Dia tidak bisa berkeluh kesah kepada sembarang orang. Jadi, salat adal

DMCA.com Protection Status