Share

Bersabar Meski Sulit

Sinta mematut diri di depan cermin besar di kamar Sabrina. Sebuah setelan celana kulot warna nude berpadu cantik dengan tunik motif bunga-bunga. Pashmina yang senada dengan kulot turut memperlengkap penampilan. Semua pakaian yang dikenakan Sinta itu adalah milik Sabrina.

"Bikinin aku baju kayak gini juga dong, Sab. Kalau beli di mall mahal pasti," pinta Sinta.

"Iya, Insyaa Allah kapan-kapan aku bikinin. Tunggu ada sisaan kain, ya. Lagian Mbak Sinta juga bakalan tinggal di sini, jadi nggak harus buru-buru."

Wanita berwajah oval itu merengut. "Kok dibikinnya pakai kain sisa, sih? Yang baru, dong!"

"Gini aja. Mbak Sinta beli kainnya, nanti aku yang jahitkan semuanya."

"Ish, pelit banget sama saudara sendiri. Ya udah, deh, tunggu ada kain lebihan yang penting aku nggak bayar. Kamu kan tahu sendiri kalau Mas Hasan sekarang udah nggak kerja."

Sabrina memasang senyum yang dipaksakan. Dia sudah banyak bersabar semenjak keluarga Hasan menginvasi kamarnya. Masalahnya, sebelum menjatuhkan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status