DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 57. POV RENDISiang itu, aku sedang berkutat dengan banyaknya berkas-berkas yang harus segera ditandatangani. Kebetulan beberapa minggu yang lalu perusahaan kami mendapatkan proyek baru, sehingga banyak pekerjaan yang harus di selesaikan. Apalagi mendekati akhir tahun seperti ini, biasanya kami sibuk membuat laporan untuk tutup buku. Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul dua belas, waktunya istirahat dan makan siang. Saking sibuknya, aku sampai lupa kalau ponselku sejak tadi masih kusimpan di dalam tas. Segera kuambil benda pipih itu, barangkali ada hal penting yang terlewatkan. Benar saja, ternyata Alisha menyuruhku untuk menjemputnya di sekolah. Pasti dia sangat kebingungan, karena aku lupa memberi tahu kalau Mang Sukri sedang ke luar kota bersama Oma. Selain pesan dari Alisha, ada juga sebuah pesan dari nomor asing yang belum kuketatahui siapa pemiliknya. Sebenarnya bukan nomornya yang menjadi masalah, namun pesan yang dikirimkannya membuat du
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHKupacu mobilku dengan kecepatan tinggi, tanpa arah dan tujuan. Ketika sampai di perempatan lampu merah, kuhentikan mobilku untuk menunggu giliran lampu hijau. Sebuah pemandangan yang tak biasa, menarik perhatianku. Mungkinkah ini bentuk teguran dari Tuhan untuk mengingatkanku?Tanpa sadar, pandanganku tertuju pada sebuah warung makan yang berada di pinggir jalan. Pada sebuah kursi panjang di warung itu, tampak sepasang suami istri yang sudah lanjut usia. Keduanya sedang asyik menikmati sepiring makanan dihadapan mereka. Sang suami dengan telaten menyuapi istrinya yang sedang sibuk menyisir rambut. Setelah selesai menyisir, sang istri gantian menyuapi suaminya. Ah, sungguh indah pemandangan seperti itu. Apakah aku bisa hidup bahagia hingga usia senja seperti mereka? Tiba-tiba aku merasa bersalah telah membuat istriku bersedih. Sedang apa dia saat ini? Apakah aku terlalu egois dengan mencemburuinya tanpa alasan yang jelas? Ah, entahlah. Aku hanya ingin sen
Part 59. Pov. AlishaMalam itu, aku terbangun dan terkejut karena tidak berada di dalam kamarku. Kamar siapakah ini, kenapa aku bisa ada di sini? Lebih terkejut lagi, karena ada seorang nenek yang juga tertidur di sebelahku. Siapa dia? Kembali berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam pikiranku. Mungkinkah aku diculik oleh seseorang? Ah, sepertinya tidak, karena wanita di hadapanku ini tak terlihat seperti orang jahat. Batinku terus berdialog sendiri sembari mataku tak henti menatap ke arah nenek di sebelahku. "Kamu sudah bangun Nak?" Wanita sepuh itu mengucek matanya, mungkin karena silau oleh cahaya lampu. "Iya. Nenek siapa? Aku di mana? Kenapa bisa ada di sini?" tanyaku penasaran. "Kamu di rumahku Nak. Tadi kamu mengalami kecelakaan di depan sana, sehingga membuatmu pingsan. Kami tidak tahu di mana tempat tinggalmu, maka nenek membawamu ke sini." jawab Nenek itu dengan suara serak, khas bangun tidur. "Terimakasih banyak Nek, sudah bersedia menolongku," ujarku tulus. "Iya, sama
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 60"Kamu kenapa, ada masalah?" tanya Reno penuh selidik. Sesekali dia menoleh ke arahku melalui kaca spion di depannya. Aku memang sengaja duduk di belakang, takut nanti Mas Rendi salah paham lagi. "Oh, ti __ tidak!" jawabku gugup. "Kamu takut suamimu marah ya?" tanya Reno lagi seolah bisa membaca pikiranku. "Tak usah takut, biar aku yang menjelaskan semuanya!" jawabnya mantap.Tak terasa, mobil yang kami tumpangi telah sampai di halaman. Jantungku semakin berdetak tak karuan, takut membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Apalagi kulihat mobil Mas Rendi masih di rumah, itu artinya dia belum berangkat kerja. Setelah mematikan mesin, Reno segera turun dan memutari mobil kemudian membukakan pintu untukku. Apa yang aku takutkan terjadi. Baru saja kakiku menapak di tanah, Mas Rendi sudah keluar dari rumah dengan berkacak pinggang. "Oh, bagus ya! Suami di rumah kebingungan, ternyata kamu malah asyik menginap bersama pria lain." Mas Rendi se
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 61Hatiku sakit dengan perlakuannya yang yang kasar. Entah se tan apa yang telah merasuki tubuhnya hingga dia bisa berbuat sekejam itu kepadaku. Aku memang istrinya, dan dia berhak memintanya kapanpun dia mau. Tapi bukan dengan memperlakukanku seolah wanita ja lang di luaran sana. Tangisku pecah seketika, seiring senyum kepuasan dari wajah suamiku itu. Ya Allah, dosa apa yang telah aku lakukan, hingga suamiku bisa berbuat sekeji itu kepadaku? Setelah itu, Mas Rendi berlalu ke kamar mandi, meninggalkanku di tempat tidur dengan air mata yang masih membasahi pipi. Puas menangis, aku bergegas masuk ke kamarku sendiri, dan membersihkan tubuhku di sana. Guyuran air tak mampu menentramkan hatiku. Sakit ditubuhku akibat kecelakaan yang kualami, tak sebanding dengan rasa sakit hati yang kurasakan saat ini. Hatiku hancur, batinku berkecamuk menahan amarah yang kian membara hingga membuat tubuhku gemetar. Tanpa sadar tubuhku luruh ke lantai kamar mandi, s
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 62"Alisha mengalami keguguran Oma, dan ini semua akibat kecerobohanku!" Tiba-tiba Mas Rendi menjawab pertanyaan Oma dengan wajah yang masih tertunduk."Maksud kamu?" tanya Oma semakin penasaran. "Iya Oma, Alisha mengalami keguguran pada kehamilan usia enam minggu." jawab Mas Rendi lagi. "Kamu ini ya, baru Oma tinggal beberapa hari saja sudah bikin cicitku celaka! Keterlaluan kamu!"Tanpa kusangka, Oma langsung berdiri dan memukuli Mas Rendi dengan tas yang dibawanya, layaknya seorang ibu yang sedang menghajar anaknya karena bandel."Ampun Oma, ampun!" Mas Rendi melindungi kepalanya dari serangan Oma yang bertubi-tubi. Sejenak aku bisa melupakan kesedihanku melihat ulah nenek dan cucunya itu, layaknya sedang menonton kartun Tom & Jerry.Setelah tiga hari dirawat, kondisiku semakin membaik dan sudah diperbolehkan untuk pulang. Hari-hari kulalui dengan penuh kesedihan dan air mata. Setiap kali mengingat peristiwa itu, hatiku hancur tak terkira. Buah
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 63Sepulang dari panti asuhan waktu itu, kini aku lebih semangat dalam menjalani hidup. Bukan karena bebanku berkurang, namun aku belajar selalu optimis dan mensyukuri nikmat yang Allah beri. Hari-hari berlalu seperti biasa, aku masih rutin mengantarkan Zahra ke sekolah. Kebanyakan siswa di sekolah itu ditunggui oleh orang tuanya, termasuk Zahra.Meski sudah terbiasa bertemu dengan para wali murid setiap harinya, namun masih ada saja yang menganggapku hanya pengasuhnya Zahra. Baru sebagian saja yang tahu kalau aku istrinya Mas Rendi. Mungkin mereka masih mengira kalau Merry belum bercerai dari Mas Rendi. Biarlah mereka mau menganggapku apa, yang penting mereka tidak menggangguku ataupun Zahra. Hingga suatu sore ketika kami sedang bermain bersama, Zahra menanyakan sesuatu di luar dugaan. "Bunda, ibu tiri itu apa sih?" Sejenak aku bingung hendak menjawab apa. Aku belum siap dengan pertanyaan yang Zahra berikan."Memangnya kenapa Sayang? Tumben Zahr
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 64Sesampainya di kamar, kulihat Zahra sedang asyik menggambar. Ketika kami mendekat, wajahnya seperti tak suka melihat kedatangan kami. "Sepertinya asyik sekali! Zahra sedang menggambar apa?" tanya Mas Rendi sembari duduk di sebelah Zahra. Zahra hanya diam, namun tangannya menunjukkan sebuah gambar yang membuat kami terkejut. Pada gambar itu, terlihat sepasang orang tua yang sedang menggandeng gadis kecil. Sementara di belakangnya, tampak gambar seorang wanita yang wajahnya terlihat lebih buruk dengan memegang tongkat ditangannya. "Ini gambar siapa Sayang?" tanyaku kemudian. "Ini gambar Ayah sama Bunda, dan yang di belakang itu gambar ibu tiri!" "DEG"Ada yang berdenyut nyeri ketika mendengar penuturan Zahra. Meski aku tahu Zahra tak berniat menyakitiku, namun ucapannya sukses membuat air mataku menetes, mengingatkanku dengan Bu Rosma, ibu tiriku. "Ayah, aku tak mau punya ibu tiri. Aku hanya ingin terus bersama Bunda!" rengek Zahra lirih. Se
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHTujuh belas tahun kemudian"Selamat Sayang, sebentar lagi kamu akan resmi menjadi seorang istri. Jadilah istri yang baik, baktikan seluruh hidupmu untuk suami dan anak-anakmu nanti." Kukecup pipi Zahra dengan lembut, kemudian memasangkan kalung warisan Merry di leher Zahra. Namun, calon pengantin itu justru menangis terisak-isak.Seminggu yang lalu, kami telah sepakat memberitahukan tentang Merry, ibu kandungnya yang telah tiada. Gadis itu sangat syok mengetahui bahwa aku bukanlah ibu kandungnya. Awalnya memang dia tak terima, ada ibu selain aku. Namun berkat pengertian yang kami berikan, akhirnya dia bisa menerimanya. Apalagi umurnya juga sudah dewasa, jadi lebih mudah untuk menerima nasihat yang kami berikan. Tak lupa, kami juga mengajaknya berdoa dan berziarah ke makam ibunya.Mas Rendi memang memutuskan untuk memberitahukan tentang Merry setelah dia dewasa."Terimakasih Bunda, telah sabar merawat dan mendidikku selama ini. Bagiku, Bunda yang terbaik
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 88"Mas, ini ada titipan untukmu!" ujarku pada Mas Rendi malam itu, setelah kami selesai menidurkan Zahra dan Dio."Apa itu, dari siapa?" Mas Rendi mengernyitkan keningnya, sambil memandangi amplop tersebut."Terimalah, ini titipan dari Merry. Tadi ibunya datang kemari, dan memberikan ini untukmu.""Untuk apa lagi dia mengirim amplop ini? Apa belum cukup dia membuat kekacauan di keluarga kita?""Jangan begitu Mas, bagaimanapun juga, dia ibunya Zahra. Apalagi dia sudah meninggal, jadi sebaiknya kita bisa memaafkannya." Mendengar jawabanku, seketika Mas Rendi membenahi tempat duduknya dan menoleh ke arahku."Apa? Meninggal?" tanya Mas Rendi seolah tak percaya atas apa yang baru saja di dengarnya."Iya Mas, ibunya sendiri yang mengatakan itu padaku. Daripada penasaran, lebih baik Mas buka saja isinya. Aku permisi dulu, mau melihat anak-anak sebentar." Aku baru saja ingin beranjak dari tempat duduk, ketika Mas Rendi menarik tanganku."Tetaplah di sini be
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 87Tiga Tahun Kemudian"Bunda, ada tamu di depan! Katanya pengen ketemu sama Bunda." kata Zahra, siang itu. "Siapa tamunya?" tanyaku penasaran. "Zahra nggak tahu Bund, tapi sepertinya orang asing." jawab Zahra lagi. "Baiklah, Bunda temuin tamunya dulu ya. Tolong ajak dedek Dio main dulu ya!" kataku sembari berlalu meninggalkan kedua anakku di dalam kamar. "Siap Bunda," sahut Zahra semangat, kemudian mengacungkan kedua jempolnya ke arahku.Zahra kini sudah berumur delapan tahun, sehingga sudah bisa menemani adiknya bermain.Aku berjalan perlahan menuju ruang tamu, merasa penasaran, siapa tamu yang dimaksud oleh Zahra. Sesampainya di ruang tamu, aku melihat seorang nenek, sedang duduk dengan wajah menunduk. Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya?"Assalamu'alaikum?" sapaku kepada nenek itu, yang langsung berusaha bangkit ketika melihat kedatanganku. "Wa'alaikumussalam, dengan Nak Alisha?" tanya nenek itu yang membuatk
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 86Pagi menjelang, mentari mulai keluar dari peraduannya. Harum semerbak bunga mawar dari samping kamar, menebarkan semangat tersendiri bagiku. Cicit burung-burung kecil, menambah semarak pagi itu. "Mas, kita berangkat sekarang saja ya!" kataku pada Mas Rendi, yang sudah selesai memasukkan barang-barang bawaan kami ke dalam mobil. Ya, pagi ini kami akan berangkat ke rumah sakit. Aku sudah siap dengan segala resikonya, yang penting anakku bisa lahir dengan sehat dan selamat. Setelah berpamitan kepada Bi Imah dan Zahra, kamipun berangkat ke rumah sakit. Hatiku tak tenang, harap-harap cemas memikirkan persalinanku nanti.Tak perpikirkan olehku, akan melahirkan secara caesar. Sanggupkah aku menjalaninya?Tak ingin terus dilanda kecemasan, aku memilih berzikir dan berdoa selama dalam perjalanan. Entah apa yang ada di pikiranku, namun bagiku meja operasi itu menakutkan. Namun demi lahirnya sang buah hati, aku akan berusaha kuat untuk melawan ketakutanku
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 85Lamunanku terhenti ketika mendengar suara ketukan di pintu kamar."Masuk!" Jawabku kemudian. Ketika pintu terbuka, aku terkejut melihat siapa yang datang. Tampak Zahra sudah berdiri dengan senyum manisnya. Gadis kecil itu terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Sementara Mas Rendi, berdiri di belakang Zahra dengan membawa buqet bunga mawar kesukaanku. "Selamat ulang tahun Bunda! Ini kado dari Zahra! " seru Zahra seraya berlari memelukku, kemudian menyerahkan sebungkus coklat yang dia bawa. "Selamat ulang tahun Sayang!" seru Mas Rendi seraya menyusul Zahra, yang sudah lebih dulu memelukku. Kami saling berpelukan, mencurahkan kasih sayang satu sama lain. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk mengurus segala sesuatu, sampai aku lupa akan hari ulang tahunku sendiri. "Terimakasih banyak kesayangan-kesayanganku, kalian semua luar biasa!" kataku seraya mencium pipi Zahra dan Mas Rendi bergantian. Aku tak menyangka mereka akan m
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 84Tak ingin terus menduga-duga, aku segera mencari nomor Ulfa, sahabatku yang juga tetanggaku di sana. Tak perlu waktu lama, panggilanku terhubung, memperdengarkan suara indah sahabatku yang sudah lama tak bertemu. Saat ini Ulfa sudah menikah, bahkan sudah dikaruniai seorang gadis cantik. Aku sangat senang mendengar kabar tersebut, karena dulu kami sama-sama ditinggal pergi oleh calon suami. Aku sangat tahu apa yang dia rasakan waktu itu, karena akupun mengalaminya. Untuk sesaat, aku lupa dengan tujuanku meneleponnya, malah justru asyik saling bertukar kabar. Hingga Ulfa menanyakan tujuanku meneleponnya. ["Oh ya Sha, tumben kamu nelpon siang-siang gini. Ada apa?"] Tanya Ulfa, dari seberang sana. Sha, adalah nama panggilan untukku ketika sedang bersamanya. Katanya dia malas menyebut nama Alisha, kepanjangan. ["Iya nih. Barusan aku lihat berita kalau rumahku yang di sana kebakaran. Apakah itu benar?"] Tanyaku penasaran. Ulfa terdengar menghela n
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 83Tepat pukul lima sore, rombongan mobil yang menjemput Bi Imah telah sampai di halaman. Keharuan dan kesedihan, seketika begitu terasa saat Bi Imah turun dari mobil itu. Aku berharap bahwa kabar tentang kematian Oma hanyalah mimpi belaka, namun semua itu kian terasa nyata saat Bi Imah turun dari mobil itu seorang diri, tanpa Oma di sisinya. Aku tak kuasa membendung air mata, ketika Bi Imah menyerahkan oleh-oleh yang sengaja dibelikan Oma untuk kami. Zahra yang belum mengerti apa-apa, langsung menanyakan tentang Oma kepada Bi Imah. "Oma uyut di mana Nek, kenapa tak pulang bareng Nenek? tanya Zahra kepada Bi Imah. Sesaat kami terdiam, bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada Zahra. Dia masih terlalu kecil untuk memahami apa itu arti kematian. "Oma sudah pergi ke Surga, Sayang. Oleh karena itu, Nenek pulang sendiri." jawabku kemudian, berusaha menenangkannya. "Surga itu apa Bunda?" tanya Zahra lagi. "Surga, adalah rumah bagi orang-
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 82Bukannya menjawab, Mas Rendi justru memelukku dengan erat. Dapat kurasakan tubuhnya mulai berguncang. Dia menangis lagi, ada apa ini?"Mas, menangislah kalau memang itu bisa mengurangi bebanmu. Setelah itu, berbagilah denganku agar aku tahu yang sedang Mas pikirkan!" bujukku sembari mengusap punggungnya lembut. "Maafkan aku, kalau terlihat lemah di matamu." Jawab Mas Rendi kemudian. "Tidak Mas. Justru tangisanmu itu menunjunjukkan bahwa Mas memiliki jiwa yang lembut dan penyayang. Tak ada larangan seorang pria untuk menangis. Namun, yang terpenting dari itu semua, setelah tangisanmu reda, bangkitlah. Jangan terus terpuruk dengan masalahmu, karena jalan kita masih panjang. Masih ada aku, dan Zahra yang butuh perhatian darimu. Juga, calon buah hati kita yang masih dalam kandunganku." Aku terus berusaha memberi semangat untuk suamiku, padahal aku sendiri belum tahu masalah apa yang sedang menimpanya. "Katakan Mas, aku siap mendengarkannya!" ujar
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 81Setelah bercengkerama sebentar, malam itu kami terbuai ke dalam mimpi masing-masing. "Oma pergi ya Sayang, jaga diri kalian baik-baik!" seru Oma, seraya melambaikan tangan meninggalkanku. "Oma mau kemana?" teriakku berusaha menghentikan langkah Oma. Namun sayang, Oma terus berjalan menjauh, semakin lama semakin menghilang dari pandangan. "Oma!" Seketika aku terbangun, keringat dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Saat ini aku benar-benar merasa takut. Entah mengapa, mimpi itu terasa sangat nyata bagiku. Mimpi itu datang lagi, setelah sebelumnya juga pernah memimpikan hal yang sama. Kuambil air putih di atas nakas, kemudian meneguknya hingga tandas. Ketika menoleh ke sebelah, aku baru sadar kalau Mas Rendi tak ada di sebelahku. Kemana perginya? Aku turun dari tempat tidur, untuk mencari keberadaan suamiku. Dari kamar mandi hingga kamar Zahra, tak kutemukan Mas Rendi di sana. Lalu kemana dia malam-malam begini? Aku terus berjalan meny