DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHDua orang sahabat itu keluar, meninggalkanku seorang diri yang diliputi rasa penasaran. Kira-kira siapa orang yang telah melakukan ini semua? Beberapa menit kemudian, Mas Rendi kembali masuk ke dalam ruangan. Wajahnya tampak kesal menahan amarah. Tangannya mengepal kuat, dan napasnya terdengar memburu. Sebenarnya aku sudah sangat penasaran, dengan apa yang terjadi dan siapa di balik semua ini. Namun aku urung menanyakannya, takut membuatnya semakin marah. Mas Rendi mengambil botol air mineral dari atas meja, kemudian meneguknya hingga habis. Setelah itu, barulah dia duduk dan menghela napas dengan kuat, seakan sedang berusaha menghempaskan beban yang ada. "Ternyata benar dugaanku, kalau Merry yang melakukan semua ini. Dia tak terima atas kejadian di restoran waktu itu!" Tanpa kuminta, Mas Rendi mengatakan semuanya kepadaku. Sebenarnya aku juga sudah menduga kalau wanita itu biang keroknya. Namun aku tak berani menuduh tanpa bukti, apalagi Merry adalah
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHBulir bening yang sejak tadi kutahan, mendadak jebol saat itu juga. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku menyesal terlalu berharap lebih kepadanya. "Kamu jahat Mas, teganya kau permainkan perasaanku."Aku pikir dengan kembalinya Kinar sebagai teman masa lalunya, bisa menghubungkan kembali benang-benang cinta diantara kami. Nyatanya aku salah, karena hanya aku saja yang berjuang, sementara dia tetap teguh dengan pendiriannya. "Ha ... ha ... ha ..., Kamu lucu sekali Sayang!" Ucapan Mas Rendi terdengar ambigu, membuatku enggan menatap wajahnya. Namun seakan tak peduli dengan perasaanku, kini tangannya bergerak membingkai wajahku. Aku yang tak terima dianggap sebagai bahan lelucon, sengaja menepis tangannya dengan kasar. Untuk apa dia menyentuhku kalau sudah tak ada ruang yang tersisa di dalam hatinya? Kalau mungkin dia tak mau menerimaku sebagai masa lalunya, setidaknya hargai aku sebagai istrinya untuk saat ini."Kamu marah?" tanyanya membuatku semakin kesa
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 39. POV RENDIHari ini aku merasa sangat bahagia karena berhasil memancing Alisha untuk mengutarakan isi hatinya. Meski tak terucap lewat kata, namun aku sudah yakin akan cintanya, melalui sikap yang diperlihatkannya. Rupanya dia juga mencintaiku, seperti aku mencintainya. Dia masih Alishaku yang dulu, yang aku kenal di kala masih belia. Setelah bertahun-tahun terpisahkan jarak dan waktu, akhirnya Tuhan mempertemukan kami dalam ikatan pernikahan. Meski awalnya kami tak saling menyukai, namun lambat laun gadis itu mulai menarik perhatianku. Awalnya aku sangat membencinya, terlebih dia berasal dari kalangan biasa saja. Kupikir dia mau menikah denganku hanya karena harta semata, namun rupanya aku salah menduga. Seiring berjalannya waktu, aku mulai bisa menerima Alisha dengan segala keunikan yang dimilikinya. Bukan hanya cantik, namun juga baik. Sikapnya yang dewasa dan keibuan, membuatku merasa nyaman, berbeda dari istriku yang sebelumnya.Aku mulai
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPov. Rendi 2Ketika baru setengah perjalanan, aku melihat sebuah motor yang sangat aku kenal, tergeletak begitu saja di pinggir jalan. Hatiku mulai tak tenang, firasatku mengatakan pasti telah terjadi sesuatu yang buruk dengan istriku. Sebenarnya kamu kemana Alisha? Apa yang terjadi?Aku seperti orang gila yang mondar-mandir di pinggir jalan, bertanya kepada orang sekitar barangkali ada yang tahu tentang kejadian yang menimpa istriku. Namun jawaban mereka sama saja, tak ada yang mengetahui apa yang terjadi. Apa yang harus aku lakukan? Kucoba menghubungi semua rumah sakit yang ada di kotaku, barang kali ada nama istriku di dalam daftar pasien yang tertera. Namun jawaban mereka sama saja, tak ada nama istriku di sana. Kemana perginya Alisha? Kalau dia sengaja kabur, rasanya tidak mungkin, karena meski hubungan kami terbilang datar, namun Alisha adalah tipe istri yang penyabar. Jadi tidak mungkin dia pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas. Ketika sedang
Part 41. Pov AlishaSetelah dua hari di rawat, akhirnya pihak rumah sakit mengijinkanku untuk pulang. Siang itu seperti biasa kami dijemput oleh Doni yang setia. Ketika baru separuh perjalanan, tiba-tiba Doni mengarahkan mobilnya keluar dari jalur biasanya. "Eh, kita mau kemana ini? Bukankah seharusnya kita melewati jalan itu?" tanyaku penasaran sembari menunjuk ke arah jalan yang seharusnya kami lewati. "Tenang saja Tuan Putri, nanti juga akan tahu sendiri!" kelakar Doni yang membuatku merasa geli.Sementara Mas Rendi yang duduk di sebelahku, hanya diam sembari mengulum senyum. Pasti mereka mau mengerjaiku lagi, batinku. Tak lama kemudian, mobil yang kami tumpangi tiba di sebuah salon kecantikan ternama di kota ini. "Untuk apa kita ke sini Mas? Bukankah seharusnya kita pulang ke rumah?" tanyaku masih belum mengerti. "Ikuti saja, nanti kamu akan tahu sendiri!" ujar Mas Rendi, sembari menarik lenganku untuk keluar dari mobil. Namun aku enggan beranjak, karena masih penasaran unt
Setelah itu, tak ada pembicaraan diantara kami. Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Selama dalam perjalanan, tak henti-hentinya Mas Rendi melirik ke arahku. Perlahan tangannya menggenggam tanganku dengan lembut, sambil sesekali mengecup jemariku. Sementara Doni terlihat beberapa kali memandang ke arahku melalui kaca spion di depannya. "Dih, yang lagi bucin! Bener kan aku jadi obat nyamuk? Sabar dikit napa mesra-mesraannya. Apa kalian tak kasian melihat aku yang jomblo ini, hiks ... hiks!" ujar Doni pura-pura menangis, sembari memeluk kursi di sebelahnya, karena kebetulan sedang berhenti di lampu merah. Mobil terasa berjalan sangat lambat, seakan tak berpindah dari tempat. Mungkin juga akibat pengaruh rasa grogi akibat ulah dua sekawan itu. Jujur, baru kali ini aku naik mobil bersama Mas Rendi dengan suasana yang berbeda. Dia yang biasanya terkesan dingin dan jutek, kini berubah hangat dan manis, membuatku sedikit gugup dengan perubahannya.Mungkin kalau dilihat dari kaca, w
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 43Adzan subuh berkumandang dengan merdu, memanggil hamba Allah untuk segera menunaikan kewajibannya. Aku menggeliat malas, apalagi cuaca pagi ini lumayan dingin. Rasanya sangat nyaman sekali untuk tetap bergelung di bawah selimut.Untunglah tamu bulanan sedang datang berkunjung, sehingga aku tak perlu buru-buru beranjak dari tempat tidur. Terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi, pastilah Mas Rendi yang ada di dalam sana. "Halo Sayang, sudah bangun rupanya! Aku ke Masjid dulu ya! Assalamu'alaikum," ujar Mas Rendi setelah berganti baju dan mengambil peci. "Iya, hati-hati Mas! Wa'alaikumussalam," jawabku kemudian. Aku sangat bersyukur, karena setelah kaki Mas Rendi pulih, kini dia sangat rajin shalat berjamaah di Masjid. Biasanya dia akan berjalan kaki bersama Mang Sukri, karena jarak dari rumah kami ke Masjid memang cukup dekat. Setelah Mas Rendi berangkat, awalnya aku berniat untuk kembali meneruskan tidur. Apalagi cuacanya memang sangat men
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHSesaat suasana terasa hening dan canggung, barulah setelah itu Mas Rendi angkat bicara. "Dia Istriku Tante Widya!" Jawab Mas Rendi sembari menggandeng tanganku untuk berdiri di sebelahnya. "Kenalkan, ini Alisha, Istriku!" ujar Mas Rendi kepada pemilik rumah. "Oh," Hanya itu yang keluar dari mulut wanita itu, tanpa berniat menyambut uluran tanganku. Merasa tak mendapat sambutan, kembali kutarik uluran tanganku yang sudah menggantung di udara. Sementara suami wanita itu, terlihat kikuk melihat tingkah istrinya. "Maafkan kami ya, karena tak mengetahui kalau kamu sudah menikah lagi pasca kecelakaan itu." kata suami wanita itu kepada Mas Rendi. Menurut penuturan Mas Rendi, wanita itu masih ada hubungan keluarga dengan mendiang ayahnya Mas Rendi, Tante Widya namanya. Semenjak ayahnya Mas Rendi meninggal, mereka jarang bertemu karena baru beberapa hari yang lalu pulang ke kota ini, setelah sebelumnya menetap di Jakarta. Mereka sengaja mengundang keluarga
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHTujuh belas tahun kemudian"Selamat Sayang, sebentar lagi kamu akan resmi menjadi seorang istri. Jadilah istri yang baik, baktikan seluruh hidupmu untuk suami dan anak-anakmu nanti." Kukecup pipi Zahra dengan lembut, kemudian memasangkan kalung warisan Merry di leher Zahra. Namun, calon pengantin itu justru menangis terisak-isak.Seminggu yang lalu, kami telah sepakat memberitahukan tentang Merry, ibu kandungnya yang telah tiada. Gadis itu sangat syok mengetahui bahwa aku bukanlah ibu kandungnya. Awalnya memang dia tak terima, ada ibu selain aku. Namun berkat pengertian yang kami berikan, akhirnya dia bisa menerimanya. Apalagi umurnya juga sudah dewasa, jadi lebih mudah untuk menerima nasihat yang kami berikan. Tak lupa, kami juga mengajaknya berdoa dan berziarah ke makam ibunya.Mas Rendi memang memutuskan untuk memberitahukan tentang Merry setelah dia dewasa."Terimakasih Bunda, telah sabar merawat dan mendidikku selama ini. Bagiku, Bunda yang terbaik
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 88"Mas, ini ada titipan untukmu!" ujarku pada Mas Rendi malam itu, setelah kami selesai menidurkan Zahra dan Dio."Apa itu, dari siapa?" Mas Rendi mengernyitkan keningnya, sambil memandangi amplop tersebut."Terimalah, ini titipan dari Merry. Tadi ibunya datang kemari, dan memberikan ini untukmu.""Untuk apa lagi dia mengirim amplop ini? Apa belum cukup dia membuat kekacauan di keluarga kita?""Jangan begitu Mas, bagaimanapun juga, dia ibunya Zahra. Apalagi dia sudah meninggal, jadi sebaiknya kita bisa memaafkannya." Mendengar jawabanku, seketika Mas Rendi membenahi tempat duduknya dan menoleh ke arahku."Apa? Meninggal?" tanya Mas Rendi seolah tak percaya atas apa yang baru saja di dengarnya."Iya Mas, ibunya sendiri yang mengatakan itu padaku. Daripada penasaran, lebih baik Mas buka saja isinya. Aku permisi dulu, mau melihat anak-anak sebentar." Aku baru saja ingin beranjak dari tempat duduk, ketika Mas Rendi menarik tanganku."Tetaplah di sini be
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 87Tiga Tahun Kemudian"Bunda, ada tamu di depan! Katanya pengen ketemu sama Bunda." kata Zahra, siang itu. "Siapa tamunya?" tanyaku penasaran. "Zahra nggak tahu Bund, tapi sepertinya orang asing." jawab Zahra lagi. "Baiklah, Bunda temuin tamunya dulu ya. Tolong ajak dedek Dio main dulu ya!" kataku sembari berlalu meninggalkan kedua anakku di dalam kamar. "Siap Bunda," sahut Zahra semangat, kemudian mengacungkan kedua jempolnya ke arahku.Zahra kini sudah berumur delapan tahun, sehingga sudah bisa menemani adiknya bermain.Aku berjalan perlahan menuju ruang tamu, merasa penasaran, siapa tamu yang dimaksud oleh Zahra. Sesampainya di ruang tamu, aku melihat seorang nenek, sedang duduk dengan wajah menunduk. Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya?"Assalamu'alaikum?" sapaku kepada nenek itu, yang langsung berusaha bangkit ketika melihat kedatanganku. "Wa'alaikumussalam, dengan Nak Alisha?" tanya nenek itu yang membuatk
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 86Pagi menjelang, mentari mulai keluar dari peraduannya. Harum semerbak bunga mawar dari samping kamar, menebarkan semangat tersendiri bagiku. Cicit burung-burung kecil, menambah semarak pagi itu. "Mas, kita berangkat sekarang saja ya!" kataku pada Mas Rendi, yang sudah selesai memasukkan barang-barang bawaan kami ke dalam mobil. Ya, pagi ini kami akan berangkat ke rumah sakit. Aku sudah siap dengan segala resikonya, yang penting anakku bisa lahir dengan sehat dan selamat. Setelah berpamitan kepada Bi Imah dan Zahra, kamipun berangkat ke rumah sakit. Hatiku tak tenang, harap-harap cemas memikirkan persalinanku nanti.Tak perpikirkan olehku, akan melahirkan secara caesar. Sanggupkah aku menjalaninya?Tak ingin terus dilanda kecemasan, aku memilih berzikir dan berdoa selama dalam perjalanan. Entah apa yang ada di pikiranku, namun bagiku meja operasi itu menakutkan. Namun demi lahirnya sang buah hati, aku akan berusaha kuat untuk melawan ketakutanku
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 85Lamunanku terhenti ketika mendengar suara ketukan di pintu kamar."Masuk!" Jawabku kemudian. Ketika pintu terbuka, aku terkejut melihat siapa yang datang. Tampak Zahra sudah berdiri dengan senyum manisnya. Gadis kecil itu terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Sementara Mas Rendi, berdiri di belakang Zahra dengan membawa buqet bunga mawar kesukaanku. "Selamat ulang tahun Bunda! Ini kado dari Zahra! " seru Zahra seraya berlari memelukku, kemudian menyerahkan sebungkus coklat yang dia bawa. "Selamat ulang tahun Sayang!" seru Mas Rendi seraya menyusul Zahra, yang sudah lebih dulu memelukku. Kami saling berpelukan, mencurahkan kasih sayang satu sama lain. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk mengurus segala sesuatu, sampai aku lupa akan hari ulang tahunku sendiri. "Terimakasih banyak kesayangan-kesayanganku, kalian semua luar biasa!" kataku seraya mencium pipi Zahra dan Mas Rendi bergantian. Aku tak menyangka mereka akan m
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 84Tak ingin terus menduga-duga, aku segera mencari nomor Ulfa, sahabatku yang juga tetanggaku di sana. Tak perlu waktu lama, panggilanku terhubung, memperdengarkan suara indah sahabatku yang sudah lama tak bertemu. Saat ini Ulfa sudah menikah, bahkan sudah dikaruniai seorang gadis cantik. Aku sangat senang mendengar kabar tersebut, karena dulu kami sama-sama ditinggal pergi oleh calon suami. Aku sangat tahu apa yang dia rasakan waktu itu, karena akupun mengalaminya. Untuk sesaat, aku lupa dengan tujuanku meneleponnya, malah justru asyik saling bertukar kabar. Hingga Ulfa menanyakan tujuanku meneleponnya. ["Oh ya Sha, tumben kamu nelpon siang-siang gini. Ada apa?"] Tanya Ulfa, dari seberang sana. Sha, adalah nama panggilan untukku ketika sedang bersamanya. Katanya dia malas menyebut nama Alisha, kepanjangan. ["Iya nih. Barusan aku lihat berita kalau rumahku yang di sana kebakaran. Apakah itu benar?"] Tanyaku penasaran. Ulfa terdengar menghela n
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 83Tepat pukul lima sore, rombongan mobil yang menjemput Bi Imah telah sampai di halaman. Keharuan dan kesedihan, seketika begitu terasa saat Bi Imah turun dari mobil itu. Aku berharap bahwa kabar tentang kematian Oma hanyalah mimpi belaka, namun semua itu kian terasa nyata saat Bi Imah turun dari mobil itu seorang diri, tanpa Oma di sisinya. Aku tak kuasa membendung air mata, ketika Bi Imah menyerahkan oleh-oleh yang sengaja dibelikan Oma untuk kami. Zahra yang belum mengerti apa-apa, langsung menanyakan tentang Oma kepada Bi Imah. "Oma uyut di mana Nek, kenapa tak pulang bareng Nenek? tanya Zahra kepada Bi Imah. Sesaat kami terdiam, bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada Zahra. Dia masih terlalu kecil untuk memahami apa itu arti kematian. "Oma sudah pergi ke Surga, Sayang. Oleh karena itu, Nenek pulang sendiri." jawabku kemudian, berusaha menenangkannya. "Surga itu apa Bunda?" tanya Zahra lagi. "Surga, adalah rumah bagi orang-
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 82Bukannya menjawab, Mas Rendi justru memelukku dengan erat. Dapat kurasakan tubuhnya mulai berguncang. Dia menangis lagi, ada apa ini?"Mas, menangislah kalau memang itu bisa mengurangi bebanmu. Setelah itu, berbagilah denganku agar aku tahu yang sedang Mas pikirkan!" bujukku sembari mengusap punggungnya lembut. "Maafkan aku, kalau terlihat lemah di matamu." Jawab Mas Rendi kemudian. "Tidak Mas. Justru tangisanmu itu menunjunjukkan bahwa Mas memiliki jiwa yang lembut dan penyayang. Tak ada larangan seorang pria untuk menangis. Namun, yang terpenting dari itu semua, setelah tangisanmu reda, bangkitlah. Jangan terus terpuruk dengan masalahmu, karena jalan kita masih panjang. Masih ada aku, dan Zahra yang butuh perhatian darimu. Juga, calon buah hati kita yang masih dalam kandunganku." Aku terus berusaha memberi semangat untuk suamiku, padahal aku sendiri belum tahu masalah apa yang sedang menimpanya. "Katakan Mas, aku siap mendengarkannya!" ujar
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 81Setelah bercengkerama sebentar, malam itu kami terbuai ke dalam mimpi masing-masing. "Oma pergi ya Sayang, jaga diri kalian baik-baik!" seru Oma, seraya melambaikan tangan meninggalkanku. "Oma mau kemana?" teriakku berusaha menghentikan langkah Oma. Namun sayang, Oma terus berjalan menjauh, semakin lama semakin menghilang dari pandangan. "Oma!" Seketika aku terbangun, keringat dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Saat ini aku benar-benar merasa takut. Entah mengapa, mimpi itu terasa sangat nyata bagiku. Mimpi itu datang lagi, setelah sebelumnya juga pernah memimpikan hal yang sama. Kuambil air putih di atas nakas, kemudian meneguknya hingga tandas. Ketika menoleh ke sebelah, aku baru sadar kalau Mas Rendi tak ada di sebelahku. Kemana perginya? Aku turun dari tempat tidur, untuk mencari keberadaan suamiku. Dari kamar mandi hingga kamar Zahra, tak kutemukan Mas Rendi di sana. Lalu kemana dia malam-malam begini? Aku terus berjalan meny