DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 45"Mas kerja dulu ya?" pamit Mas Rendi, pagi itu."Iya Mas, hati-hati di jalan!" Kulambaikan tangan ke arahnya sebelum mobil keluar dari halaman. Mas Rendi membalas lambaian tanganku sembari mengedipkan mata nakal, dan aku tahu apa arti kedipan matanya. Setelah Mas Rendi berangkat, aku dan Zahra kembali memasuki rumah. Sementara Oma, sejak tadi masih sibuk membaca koran di ruang tamu. Zahra kembali sibuk dengan mainannya, sementara aku memilih meneruskan menyusun baju yang sudah di setrika Bi Imah ke dalam lemari. Pekerjaan yang sempat tertunda, sejak semalam. Ya, semalam kami telah melakukan malam pertama setelah dua tahun pernikahan. Sangat menyedihkan bukan? Bagi pengantin lain, mungkin begitu ijab kabul akan langsung tancap gas melakukan ritual malam pertama. Berbeda denganku, bahkan untuk mendapatkan ketulusan hati suamiku saja, harus melalui perjuangan yang panjang, disertai banyak do'a, keringat dan air mata."Dek, udah dong nyusun bajun
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH"Dek, laper lagi!" kata Mas Rendi kembali memelas.Aku dibuat mengerutkan kening demi mendengar permintaannya yang di luar kewajaran. Biasanya Mas Rendi akan sarapan ketika sudah mau berangkat kerja, tapi ini kan masih pagi. Apa dia tak salah bicara? Lah ini kan masih pagi, masa iya sudah lapar?" tanyaku spontan. "Bukan yang itu, tapi yang ini!" Jawab Mas Rendi sembari menunjuk ke arah tubuh bagian bawah. Tanpa sadar aku menepuk jidatku sendiri, merasa malu begitu tahu maksud dari ucapannya itu. Pagi itu, kami kembali mengulangi aktifitas semalam. Mendaki gunung dan mengarungi samudra, hingga mencapai indahnya surga dunia. Setelah itu, kami berebutan untuk masuk ke kamar mandi, karena hari sudah semakin siang. "Bunda ...." teriak Zahra dari luar kamar. "Iya Sayang, ada apa?" tanyaku ketika pintu sudah terbuka. "Zahra boleh masuk nggak?" Gadis kecil itu celingukan menatap ke semua penjuru kamar. Aku segera menoleh ke arah kamar mandi, kulihat Mas
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHSiang berganti, malam pun berlalu. Tak terasa hampir tiga tahun sudah usia pernikahan kami. Suka duka telah kami lalui bersama. Namun, hal itu justru semakin mengeratkan hubungan kami, karena dengan begitu kami lebih bisa mendalami karakter masing-masing.Saat ini, aku merasa sangat beruntung karena berada di antara orang-orang yang mencintaiku. Terlebih karena kini, cinta Mas Rendi sudah bisa aku miliki.Benar yang Bi Imah katakan dulu, bahwa Mas Rendi adalah tipe suami yang setia dan romantis. Setiap pulang kerja, ada saja buah tangan yang dia bawa untuk kami yang menunggu di rumah. Sesekali dia juga membawakan sekuntum mawar putih untukku, dan sekotak coklat untuk Zahra. Kami menerimanya dengan hati berbunga-bunga. Perhatian-perhatian kecil seperti itulah, yang membuat hubungan kami semakin mesra. Meski jarang mendapatkan hadiah, namun Oma terlihat bahagia melihat kekompakan kami. Bukannya tak mau membelikan, namun Oma selalu menolak jika ditawari
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH "Kami ijin masuk dulu ya?" Mas Rendi menarik tanganku memasuki kamar. Sepertinya Mas Rendi sengaja mengajakku pergi, agar tak semakin tertekan dengan ucapan tantenya."Maafin tanteku ya, orangnya memang begitu. Suka ceplas-ceplos kalau ngomong." Mas Rendi berusaha menenangkanku, setelah kami berada di dalam kamar. "Nggak papa Mas, semua yang dikatakan tante memang benar adanya. Buktinya hingga sekarang aku belum juga hamil." jawabku pasrah, berusaha menahan sesak yang menghimpit dada. Ya Allah, berilah kekuatan untuk menghadapi semua ini.Setelah kejadian itu, Tante Widya tak pernah lagi datang ke rumah ini. Mungkin marah atas kejadian waktu itu, atau memang sibuk dengan urusannya sendiri, entahlah. Hingga suatu hari, ketika aku sedang bermain dengan Zahra, datang seorang gadis berambut pirang ke rumah kami. Entah dari mana datangnya gadis itu, tiba-tiba saja sudah berada di halaman rumah. Kebetulan waktu itu Mas Rendi sedang bekerja, sedangkan Oma meng
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH"Selamat pagi Oma?" Sapa gadis itu ketika melihat Oma menuju ke meja makan. "Selamat pagi juga Sayang, gimana tidurmu semalam? Nyenyak?""Nyenyak sekali Oma. Lihatlah, tubuhku sudah kembali segar," jawab gadis itu, kemudian mengibas-ngibaskan rambutnya di depan Oma.Kami yang baru saja keluar dari kamar, hanya menyimak saja obrolan mereka. Ketika jarak kami sudah semakin dekat, kutarik kursi yang biasa ditempati Mas Rendi. Melihat suamiku sudah duduk, Jessika segera menggeser posisi duduknya untuk berada di sebelah Mas Rendi. Namun rupanya hal itu tak luput dari perhatian Oma."Jessika, tolong kamu pindah ke sebelah Oma saja ya, kursi itu khusus untuk Alisha!" tegur Oma, ketika melihat gadis itu menempati kursiku. "Ish, Oma nih. Cuma duduk aja pake dipermasalahkan sih! Bukannya di situ juga masih ada kursi yang kosong! Kenapa aku harus pindah?" Gadis itu masih menggerutu, tak terima dengan teguran Oma. "Jessika, tolong!" Kali ini Mas Rendi yang berbicar
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHKetika sedang asyik ngobrol dengan Bi Imah, tiba-tiba ponselku berdering. Terlihat wajah Mas Rendi terpampang di layar ponsel. Ada apa dia menelponku?["Assalamu'alaikum Mas, ada apa?"] tanyaku pada suara di ujung sana. Pada layar itu, terlihat Mas Rendi sedang sangat sibuk dengan berkas-berkas di depannya. "Sayang, tolong ambilkan map warna biru di ruang kerjaku ya? Setelah itu tolong antar ke mari. Aku sedang banyak urusan, jadi tak bisa mengambilnya sendiri. Kebetulan Doni juga sedang ada pekerjaan di lapangan, jadi tak bisa kusuruh untuk mengambil ke rumah. Tolong ya Sayang, pliiiss?" pinta Suamiku memelas. "Baiklah, kirim alamatnya ke sini, biar nanti aku antar!" jawabku kemudian. "Tak perlu alamat, kamu ajak Mang Sukri aja! Dia sudah tahu alamatnya kok!" jawab suara di ujung sana."Baiklah, akan kucari dulu mapnya. Assalamualaikum," ucapku mengakhiri obrolan. Setelah panggilan selesai, aku segera menuju ke ruang kerja Mas Rendi untuk mencari ma
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 51Sesampainya di ruangan, Mas Rendi menyuruhku untuk duduk di sofa dan mengunci pintu."Mas, ngapain sih pakai di kunci pintunya?" tanyaku penasaran. "Aku laper," katanya memelas sembari berjalan mendekatiku. "Mas! Jangan main-main ya, ini di tempat kerja loh!" Pikiranku mendadak berkelana kemana-mana setiap kali mendengar Mas Rendi mengucapkan kata 'lapar'di depanku. Mas Rendi semakin mendekat, hingga hembusan napasnya terasa lembut menyapu telingaku. Perlahan dikecupnya pipiku dengan mesra seraya berbisik. "Kamu kenapa sih Yang, aku emang laper kok. Lihat, sekarang sudah jam 12.00, waktunya makan siang kan?"Jawabannya kali ini berhasil membuatku menarik napas lega. Ah, ternyata aku yang terlalu jauh mengartikan ucapan suamiku. "Maaf ya Mas, tadi aku buru-buru berangkat ke sini, jadi gak sempat bawain kamu makan siang,""Oh, nggak masalah Sayang. Aku sudah pesan makanan untuk kita. Palingan sebentar lagi juga datang," sahut Mas Rendi dengan s
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH"Kamu sudah bangun Sayang!" Mas Rendi terlihat cemas. Pria itu mendekat, lalu mengusap kepalaku dengan lembut. "Iya Mas, jam berapa sekarang, kok kamu sudah pulang? Bukannya kamu masih ada meeting hari ini? " Tanyaku kemudian. "Udah, nggak usah pikirkan pekerjaanku. Semuanya sudah beres, yang penting bagiku sekarang adalah kamu Sayang," sahut Mas Rendi seraya mengecup keningku lembut. "Sebentar ya, Mas keluar dulu!" Kata Mas Rendi kemudian keluar dari kamar. Tak lama kemudian, Mas Rendi kembali masuk seraya menyeret Jessika di belakangnya. "Buruan kamu minta maaf sekarang!" perintah Mas Rendi, kemudian mendorong Jessika hingga tubuhnya tersuruk ke atas tempat tidurku. Mendapat perlakuan seperti itu, Jessika tampak sangat marah, matanya menatap tajam ke arahku. "Ini semua gara-gara kamu. Dasar pelakor!" teriak Jessika kepadaku. Aku yang tak tahu apa-apa, terkejut mendengar tuduhan Jessika kepadaku. Begitu juga dengan Mas Rendi, tangannya sudah siap
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHTujuh belas tahun kemudian"Selamat Sayang, sebentar lagi kamu akan resmi menjadi seorang istri. Jadilah istri yang baik, baktikan seluruh hidupmu untuk suami dan anak-anakmu nanti." Kukecup pipi Zahra dengan lembut, kemudian memasangkan kalung warisan Merry di leher Zahra. Namun, calon pengantin itu justru menangis terisak-isak.Seminggu yang lalu, kami telah sepakat memberitahukan tentang Merry, ibu kandungnya yang telah tiada. Gadis itu sangat syok mengetahui bahwa aku bukanlah ibu kandungnya. Awalnya memang dia tak terima, ada ibu selain aku. Namun berkat pengertian yang kami berikan, akhirnya dia bisa menerimanya. Apalagi umurnya juga sudah dewasa, jadi lebih mudah untuk menerima nasihat yang kami berikan. Tak lupa, kami juga mengajaknya berdoa dan berziarah ke makam ibunya.Mas Rendi memang memutuskan untuk memberitahukan tentang Merry setelah dia dewasa."Terimakasih Bunda, telah sabar merawat dan mendidikku selama ini. Bagiku, Bunda yang terbaik
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 88"Mas, ini ada titipan untukmu!" ujarku pada Mas Rendi malam itu, setelah kami selesai menidurkan Zahra dan Dio."Apa itu, dari siapa?" Mas Rendi mengernyitkan keningnya, sambil memandangi amplop tersebut."Terimalah, ini titipan dari Merry. Tadi ibunya datang kemari, dan memberikan ini untukmu.""Untuk apa lagi dia mengirim amplop ini? Apa belum cukup dia membuat kekacauan di keluarga kita?""Jangan begitu Mas, bagaimanapun juga, dia ibunya Zahra. Apalagi dia sudah meninggal, jadi sebaiknya kita bisa memaafkannya." Mendengar jawabanku, seketika Mas Rendi membenahi tempat duduknya dan menoleh ke arahku."Apa? Meninggal?" tanya Mas Rendi seolah tak percaya atas apa yang baru saja di dengarnya."Iya Mas, ibunya sendiri yang mengatakan itu padaku. Daripada penasaran, lebih baik Mas buka saja isinya. Aku permisi dulu, mau melihat anak-anak sebentar." Aku baru saja ingin beranjak dari tempat duduk, ketika Mas Rendi menarik tanganku."Tetaplah di sini be
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 87Tiga Tahun Kemudian"Bunda, ada tamu di depan! Katanya pengen ketemu sama Bunda." kata Zahra, siang itu. "Siapa tamunya?" tanyaku penasaran. "Zahra nggak tahu Bund, tapi sepertinya orang asing." jawab Zahra lagi. "Baiklah, Bunda temuin tamunya dulu ya. Tolong ajak dedek Dio main dulu ya!" kataku sembari berlalu meninggalkan kedua anakku di dalam kamar. "Siap Bunda," sahut Zahra semangat, kemudian mengacungkan kedua jempolnya ke arahku.Zahra kini sudah berumur delapan tahun, sehingga sudah bisa menemani adiknya bermain.Aku berjalan perlahan menuju ruang tamu, merasa penasaran, siapa tamu yang dimaksud oleh Zahra. Sesampainya di ruang tamu, aku melihat seorang nenek, sedang duduk dengan wajah menunduk. Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya?"Assalamu'alaikum?" sapaku kepada nenek itu, yang langsung berusaha bangkit ketika melihat kedatanganku. "Wa'alaikumussalam, dengan Nak Alisha?" tanya nenek itu yang membuatk
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 86Pagi menjelang, mentari mulai keluar dari peraduannya. Harum semerbak bunga mawar dari samping kamar, menebarkan semangat tersendiri bagiku. Cicit burung-burung kecil, menambah semarak pagi itu. "Mas, kita berangkat sekarang saja ya!" kataku pada Mas Rendi, yang sudah selesai memasukkan barang-barang bawaan kami ke dalam mobil. Ya, pagi ini kami akan berangkat ke rumah sakit. Aku sudah siap dengan segala resikonya, yang penting anakku bisa lahir dengan sehat dan selamat. Setelah berpamitan kepada Bi Imah dan Zahra, kamipun berangkat ke rumah sakit. Hatiku tak tenang, harap-harap cemas memikirkan persalinanku nanti.Tak perpikirkan olehku, akan melahirkan secara caesar. Sanggupkah aku menjalaninya?Tak ingin terus dilanda kecemasan, aku memilih berzikir dan berdoa selama dalam perjalanan. Entah apa yang ada di pikiranku, namun bagiku meja operasi itu menakutkan. Namun demi lahirnya sang buah hati, aku akan berusaha kuat untuk melawan ketakutanku
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 85Lamunanku terhenti ketika mendengar suara ketukan di pintu kamar."Masuk!" Jawabku kemudian. Ketika pintu terbuka, aku terkejut melihat siapa yang datang. Tampak Zahra sudah berdiri dengan senyum manisnya. Gadis kecil itu terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Sementara Mas Rendi, berdiri di belakang Zahra dengan membawa buqet bunga mawar kesukaanku. "Selamat ulang tahun Bunda! Ini kado dari Zahra! " seru Zahra seraya berlari memelukku, kemudian menyerahkan sebungkus coklat yang dia bawa. "Selamat ulang tahun Sayang!" seru Mas Rendi seraya menyusul Zahra, yang sudah lebih dulu memelukku. Kami saling berpelukan, mencurahkan kasih sayang satu sama lain. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk mengurus segala sesuatu, sampai aku lupa akan hari ulang tahunku sendiri. "Terimakasih banyak kesayangan-kesayanganku, kalian semua luar biasa!" kataku seraya mencium pipi Zahra dan Mas Rendi bergantian. Aku tak menyangka mereka akan m
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 84Tak ingin terus menduga-duga, aku segera mencari nomor Ulfa, sahabatku yang juga tetanggaku di sana. Tak perlu waktu lama, panggilanku terhubung, memperdengarkan suara indah sahabatku yang sudah lama tak bertemu. Saat ini Ulfa sudah menikah, bahkan sudah dikaruniai seorang gadis cantik. Aku sangat senang mendengar kabar tersebut, karena dulu kami sama-sama ditinggal pergi oleh calon suami. Aku sangat tahu apa yang dia rasakan waktu itu, karena akupun mengalaminya. Untuk sesaat, aku lupa dengan tujuanku meneleponnya, malah justru asyik saling bertukar kabar. Hingga Ulfa menanyakan tujuanku meneleponnya. ["Oh ya Sha, tumben kamu nelpon siang-siang gini. Ada apa?"] Tanya Ulfa, dari seberang sana. Sha, adalah nama panggilan untukku ketika sedang bersamanya. Katanya dia malas menyebut nama Alisha, kepanjangan. ["Iya nih. Barusan aku lihat berita kalau rumahku yang di sana kebakaran. Apakah itu benar?"] Tanyaku penasaran. Ulfa terdengar menghela n
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 83Tepat pukul lima sore, rombongan mobil yang menjemput Bi Imah telah sampai di halaman. Keharuan dan kesedihan, seketika begitu terasa saat Bi Imah turun dari mobil itu. Aku berharap bahwa kabar tentang kematian Oma hanyalah mimpi belaka, namun semua itu kian terasa nyata saat Bi Imah turun dari mobil itu seorang diri, tanpa Oma di sisinya. Aku tak kuasa membendung air mata, ketika Bi Imah menyerahkan oleh-oleh yang sengaja dibelikan Oma untuk kami. Zahra yang belum mengerti apa-apa, langsung menanyakan tentang Oma kepada Bi Imah. "Oma uyut di mana Nek, kenapa tak pulang bareng Nenek? tanya Zahra kepada Bi Imah. Sesaat kami terdiam, bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada Zahra. Dia masih terlalu kecil untuk memahami apa itu arti kematian. "Oma sudah pergi ke Surga, Sayang. Oleh karena itu, Nenek pulang sendiri." jawabku kemudian, berusaha menenangkannya. "Surga itu apa Bunda?" tanya Zahra lagi. "Surga, adalah rumah bagi orang-
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 82Bukannya menjawab, Mas Rendi justru memelukku dengan erat. Dapat kurasakan tubuhnya mulai berguncang. Dia menangis lagi, ada apa ini?"Mas, menangislah kalau memang itu bisa mengurangi bebanmu. Setelah itu, berbagilah denganku agar aku tahu yang sedang Mas pikirkan!" bujukku sembari mengusap punggungnya lembut. "Maafkan aku, kalau terlihat lemah di matamu." Jawab Mas Rendi kemudian. "Tidak Mas. Justru tangisanmu itu menunjunjukkan bahwa Mas memiliki jiwa yang lembut dan penyayang. Tak ada larangan seorang pria untuk menangis. Namun, yang terpenting dari itu semua, setelah tangisanmu reda, bangkitlah. Jangan terus terpuruk dengan masalahmu, karena jalan kita masih panjang. Masih ada aku, dan Zahra yang butuh perhatian darimu. Juga, calon buah hati kita yang masih dalam kandunganku." Aku terus berusaha memberi semangat untuk suamiku, padahal aku sendiri belum tahu masalah apa yang sedang menimpanya. "Katakan Mas, aku siap mendengarkannya!" ujar
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 81Setelah bercengkerama sebentar, malam itu kami terbuai ke dalam mimpi masing-masing. "Oma pergi ya Sayang, jaga diri kalian baik-baik!" seru Oma, seraya melambaikan tangan meninggalkanku. "Oma mau kemana?" teriakku berusaha menghentikan langkah Oma. Namun sayang, Oma terus berjalan menjauh, semakin lama semakin menghilang dari pandangan. "Oma!" Seketika aku terbangun, keringat dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhku. Saat ini aku benar-benar merasa takut. Entah mengapa, mimpi itu terasa sangat nyata bagiku. Mimpi itu datang lagi, setelah sebelumnya juga pernah memimpikan hal yang sama. Kuambil air putih di atas nakas, kemudian meneguknya hingga tandas. Ketika menoleh ke sebelah, aku baru sadar kalau Mas Rendi tak ada di sebelahku. Kemana perginya? Aku turun dari tempat tidur, untuk mencari keberadaan suamiku. Dari kamar mandi hingga kamar Zahra, tak kutemukan Mas Rendi di sana. Lalu kemana dia malam-malam begini? Aku terus berjalan meny