Share

Part79

Author: Oscar
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seperti biasa, kami saling mengobrol satu sama lain, baik itu masalah literasi, curhat pribadi, masalah keuangan dan bahkan masalah percintaan. Pokoknya kalau sudah bertemu sama Bino, pasti rame deh, walaupun yang paling sering kami bahas masalah novel sih.

"Kamu lagi baca apa tuh, Yas. Kok dari tadi aku perhatiin serius amat?"

"Bisa diem gak sih, Bin. Aku lagi fokus nih," jawabku, saat sudah menemukan novel yang kucari.

Dia diam sejenak, tapi nggak lama sih.

"Lagi baca novel dewasa tuh, pasti," ujarnya lagi.

"Dih, amit-amit. Emangnya kamu? Mau ngapain sih, pagi-pagi ke sini. Kalau cuman mau ngerusuh aja, mending balik deh. Aku lagi nggak mood bercanda."

"Jangan galak-galak gitu dong, Yas. Kalau lagi ada masalah, ngomong aja. Gak usah ditutup-tutupin kek gitu, lah. Percuma. Aku juga udah tau, kok."

Dahiku mengernyit, mataku melirik sinis kepadanya. Maksudnya apa nih? Emang kelihatan ya, kalau wanita yang lagi galau gara-gara nggak dapat nafkah batin malam tadi?

Dih, mana mungkin.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
yas yas...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part80

    "Udah cepetan!" "Bin, kalau misalnya istri kamu lagi pengen uwu-uwu, biasanya dia ngasi kode ke kamu itu gimana?" Aku memajukan mukaku mendekat padanya, sembari mengecilkan volume suaraku sehalus mungkin. Habis sudah harga diriku gara-gara terlanjur bucin sama Zein. "Kamu nggak lagi mancing-mancing aku kan, Yas? Ini masih pagi, lho. Kok ngomong yang begituan, sih? Kamu kan tau sendiri, kalau aku ini tipe setia. Segetol apapun kamu menggoda, aku nggak akan pernah berpaling ke kamu."Najis amat sih ini orang. Setia apaan? Takut sama istri sih, iya. Aduh... salah orang nih aku. Mending nggak usah nanya tadi. "Jadi, nggak tau, nih? Ya udah deh.""Gara-gara kamu nih, aku jadi pengen cepat-cepat pulang, kan?"Dih, malah curhat. Bikin hati tambah panas aja. "Ya udah sana pulang! Aku juga males ngomong lama-lama sama kamu. Bosan tau!""Gini aja deh. Mendingan kamu tanya ke emak-emak di grup KBM kawe aja, Yas. Coba curhat sama mereka. Aku aja kemaren kek gitu."Eh, malah di alihin ke oran

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part81

    'Jangan mau terpancing dengan postingan yang beginian Bun, Ts cuman mau membuka aib bunda-bunda di atas ranjang aja, tuh.'Ya, elah. Suudzon amat jadi mahkluk. 'Kalo aku sih, tinggal dipeluk aja, Mak, suaminya. Pasti ngerti tuh.''Iya, aku juga. Tinggal peluk aja udah paham paksunya. Apalagi malam jumat, memang sudah jadwalnya, Bun''Kalo aku, sih. Tinggal disentuh aja, Bun. Pasti berdiri tuh.'Dih. Vulgar amat sih bahasanya. 'Peluk aja, bun. Terus sentuh itunya, berdiri apa nggak. Kalo berdiri sudah respon tuh.'Wih. Yang ini malah lebih parah lagi. 'Tinggal di omongin aja Mak, baik-baik. Ngapain gengsi. Orang suami sendiri aja kok.''Kalo aku sih, tunggu bocil bobok dulu Bun, abis itu tinggal ngomong manjah-manjah aja sama paksunya.'"Di raba-raba aja Bun, bagian yang sensitif. Pasti peka tuh. Gak usah malu, orang suami sendiri kok. Asal. jangan suami orang, ya?'Ya, ampun. Pake raba-rabaan lagi. Nggak malu amat sih ngomong kek gitu. 'Ditarik aja Mak, ke dalam kamar. Kalo gak pe

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part82

    Yah, gak jadi hamil dong. Efeknya kan ada enam tuh. Yang aku rasakan cuman ada tiga, sedangkan yang tiga lagi nggak aku rasakan. Jadi masih ada kemungkinan dong, aku hamil. Soalnya kan masih lima puluh-lima puluh. 'Berarti aku gak hamil, dong' tanyaku tak bersemangat. 'Kemungkinan sih, nggak, Yas,' jawabnya. 'Ya udah, deh. Makasih ya,' balasku dan langsung keluar dari aplikasi tersebut. Sebel deh. Percuma aja punya teman tapi nggak mau mensupport orang yang lagi membutuhkan. Kasih semangat kenapa sih. Bilang aku hamil aja susah banget. Bikin kesal aja deh. .Aku sampai di rumah lebih awal dari biasanya. Tak lupa, ku belikan nasi goreng spesial buat Zein yang sedang duduk manis di beranda depan. Kulihat dia sedang menikmati secangkir kopi hitam di hadapannya. Kok kopi, biasanya kan teh melati. Apa Zein mulai belajar jadi Bapak-bapak ya. Ish gelai deh, nggak suka. Entar Zein gendut lagi. "Kok tumben, Ma. Pulangnya cepat," sapa nya lembut. Whatz? Zein bilang apa? Ma? Ma apa?"Em

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part83

    "Zein, sup kamu enak banget loh. Belajar masak dimana sih? Kapan-kapan, aku diajarin juga, ya!" ucapku manjah padanya, saat kami sedang menikmati makan malam di meja makan. Sesekali gak apa-apa lah ya, agak nyanjung si Zein sedikit. Secara, dia kan gak pernah tuh, dapat sanjungan dari orang lain. Apalagi dari golongan ningrat, seperti aku. Kasihan juga, kan kalau hidupnya harus dihina dan direndahkan terus. Kalau bukan aku, siapa lagi coba, yang mau muji-muji dia. Seharusnya, dia tuh bersyukur banget dapat istri seperti aku. Bukan malah dianggurin seperti malam tadi. Ku lirik Zein tersenyum tipis, tipis banget malah. Tapi, tetep aja manis. Cool deh. "Woiya dong, jelas enak. Siapa juga coba, yang masak. Zein, geto loh." Ya, ampuun Zein, sombong amat jadi orang. Lebai lagi. Baru juga di puji sedikit aja, udah langsung ke ge er an, kek gitu. Nyesel deh tadi nyanjung dia. "Emang ada ya, yang muji masakan kamu enak, selain aku?""Wo jelas banyak dong," ucapnya bangga. Masih dengan ga

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part84

    Dia diam sejenak. Lalu kemudian menyentuh daguku lagi. "Tapi, jika kamu merasa semua itu terdengar kasar, maka berhentilah berbicara angkuh seperti itu ya, sayang," ucapnya lirih. Kok plin plan sih, tadi katanya suka, kok disuruh berhenti. "Emang kenapa?""Karena setiap kata-kata yang kita ucapkan akan kembali pula pada diri kita sendiri. Sama halnya seperti kata kiasan tabur tuai. Kamu tahukan?" Aku mengangguk. Bener juga sih apa yang Zein katakan. Saat kita menanam sebuah kebaikan, maka kebaikan pulalah yang kita peroleh. Contohnya aja si Zein sendiri. Dia selalu berbuat kebaikan, maka dia bisa mendapatkan orang baik seperti aku. Untung banyak gak, ituh. "Dari itu, mulai sekarang, berhenti lah bersikap angkuh jika kamu merasakan itu sangat menyakitkan. Jika kamu merasa sakit, begitu juga yang orang lain rasakan. Kamu paham kan," ucapnya lembut. "Jadi, aku gak boleh ya, ngomong kasar lagi sama kamu?"Aku sedikit mengangkat wajahku, memberanikan diri menatap padanya. Ingin sekal

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part85

    Aku melepaskan pelukanku, dan berbaring di tempat tidur. Sengaja pura-pura merajuk, berharap Zein datang menghampiriku. Membujuk, merayu, dan ujung-ujungnya maksa deh. Ish ish ish... aku kok ngarep banget, ya? Malu-maluin aja tau! Akibat bucin nih. Hilang deh harga diri. Lama aku menunggu, namun Zein tak kunjung datang. Aku mengintip dari celah bantal yang sengaja kututup di wajahku. Kulihat Zein masih asik dengan laptop butut di hadapannya. Tiba-tiba aja dadaku terasa panas. Apalagi saat teringat komentar-komentar Emak-emak grup kloningan tadi siang. Dianggurin gara-gara game online. Jadi begini rasanya dicuekin. Zein kenapa sih. Nggak biasa-biasanya bersikap tak acuh sama aku. Akupun bangkit, dan menghampiri Zein kembali. "Serius, amat sih, Sayang. Lagi ngapain tuh? Pasti lagi chatingan sama tukang buah, kan?" rajukku manja. "Ya ampun, Yas. Curiga amat.""Woiya dong. Secara, kamu itu cuek banget Zein, sama aku. Nggak biasanya juga, kan? Emang aku udah nggak menarik lagi, ya?"

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part86

    "Yas, ada panggilan masuk, nih." teriak Zein saat aku lagi asik keramas pagi-pagi. "Diangkat aja, Zein!" balasku dari kamar mandi. Setelah selesai, aku melihat Zein duduk bersandar, dengan memegang ponsel mahalku. "Dari siapa tadi, Zein?" tanyaku manja. "Mami!" jawabnya singkat. "Ada apa? Kok tumben pagi-pagi nelpon?" "Nggak tau!"Dih, kok jadi ketus amat? "Kenapa lagi, Zein? Emang Mami ngomong apa?" Kenapa perasaanku mendadak nggak enak ya?Zein tiba-tiba berubah jadi ketus begitu. Padahal kan, baru selesai mesra-mesraan tadi malam. Pake acara nambah lagi. "Apa maksud semua ini?" Dia menyodorkan ponsel yang tadi dipegangnya ke arahku. "Apa sih?" Aku penasaran, sembari mengambil gadget mahal yang ada di genggamannya.Mataku melotot, dan jantungku berdetak lebih kencang. Ini kan....Ku lirik Zein menatap tajam padaku, seakan-akan bertanya tentang isi ponsel itu. Bahkan aku sendiri baru melihatnya pagi ini. "Kamu udah baca, Zein?" tanyaku dengan bibir gemetaran. "Menurut kamu

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part87

    "Kamu kenapa, Yas?" Mami masuk menghampiriku di dalam kamar. Namun, aku tak bergeming sama sekali. Saat ini aku masih aja menangis. Walaupun sedikit kutahan. Sengaja kututup wajahku dengan bantal, agar Mami tidak melihat. Malu juga rasanya mau bicara jujur dengan Mami. Andaipun aku jujur, sudah pasti Mami akan marah-marah karena hal bodoh yang sudah aku lakukan. "Kalian pasti lagi berantem,kan? " tuduh Mami lagi. Loh, kok Mami tau, aku lagi berantem sama Zein. Jangan-jangan, Zein udah ngadu sama Mami. Terus bilangin soal masalah kami tadi. Sebenarnya Zein nggak salah, sih. Wajar kalau dia marah. Dari kemarin diakan memang sangat berharap hadirnya buah hati dari hasil perbuatan kami selama ini. Aku nggak bisa menyalahkan, juga. Dia langsung kecewa setelah membaca pesan whatsappku. Ya, aku ketahuan.Dia melihat semua isi percakapan antara aku dan Sekar tentang alat kontrasepsi itu. Membuat dia merasa dibohongi dan juga dipermainkan. Untung aja dalam percakapan kami tidak ada menyin

Latest chapter

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part106

    "Pasti karena aku cantik kan, Zein?" ucapku penuh percaya diri. "Iya, kamu cantik."Pipiku bersemu kemerahan kaya artis-artis korea. "Selain itu....""Selain itu, apa?" tanyaku penasaran, karena ia menghentikan kata-katanya. "Selain itu, kamu kalau jalan lucu. Mirip badut." Dia tertawa ringan. "Ish... Zein! Udah mulai nakal, ya. Goda-godain aku."Dia semakin tertawa. Dan aku merasa senang melihat wajah cerianya lagi. Tanpa sadar aku menerkam tubuhnya dan masuk dalam dekapannya. "Eh, eh, kenapa nih? Main peluk-peluk aja. Pasti kangen uwu-uwu nih," godanya lagi. "Enggak, kok. Cuman terharu aja. Aku pikir kita nggak akan bisa lagi kek gini. Aku takut banget," aku menangis sesenggukan. Zein ikut memelukku dengan erat. "Ini semua berkat doa kamu, Yas. Kamu istri yang baik buat aku. Makasih ya, Yas. Udah mau nerima aku apa adanya.""Aku juga ya, Zein. Makasih udah nyelamatin aku dari rasa malu dan menutupi semua aibku di masa lalu.""Jangan bicarakan itu lagi, Yas. Bagiku kamu tetap

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part105

    Akhirnya operasi Zein selesai. Kami yang tadinya harap-harap cemas dengan hasilnya, mendadak menarik napas lega. Operasinya berjalan lancar. Kini Zein harus mendapat perawatan pasca operasi di ruangan ICU. Tanpa terasa air mataku mengalir begitu aja. Ternyata, jarak hidup dan kematian itu hanya sepersekian detik saja. Apa yang mau kita banggakan lagi di dunia ini? Adik-adikku mengusap bahuku dengan lembut. Mencoba menguatkan aku yang terlalu down karena masalah ini. Ditambah lagi usia kandunganku yang semakin tua. Apa yang kulakukan kalau Zein belum pulih dan tak bisa berjalan?Kuatkah aku mengahadapi kelahiran ini sendiri, tanpa Zein yang seharusnya mendampingi? Dokter bilang, Zein tidak mungkin langsung sembuh dan normal seperti sedia kala. Butuh waktu untuk masa pemulihan. Asal dia semangat, semua bisa berjalan lebih cepat. Setelah satu harian di ruang ICU, akhirnya Zein kembali ke ruangan. Ruangan VVIP yang super mewah pastinya. Tentunya setelah dia sadar, dan tekanan darahnya

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part104

    Sebenarnya, Zein nggak mau kalau Ibuk tahu dia sedang dirawat di rumah sakit seperti ini. Katanya takut nyusahin Ibuk, dan membuat orang tua itu cemas. Akan tetapi, setelah kompromi sama Papi dan Mami, kami mutusin agar Ibuk tetap di beritahu secepatnya. Soalnya, jika diberitahu belakangan nanti, seperti yang Zein katakan. Takutnya Ibuk malah berkecil hati, dan merasa tidak dianggap sebagai keluarga. Kan jadi repot lagi urusannya. Taulah kalau golongan dari kalangan bawah inikan, perasaannya terlalu sensitif menilai sesuatu hal. Ini fakta ya, bukannya aku yang ngarang. Makanya aku minta tolong sama Bino untuk menjemput ke sana langsung. Setelah si Bino nanti sudah sampai, Baru Mami yang akan nelpon, bilangin kalo Zein sedang sakit dan mobil lagi menuju rumah mereka buat menjemput. Mudah-mudahan Ibuk nggak kenapa-napa. . "Sayang, kami pulang dulu, ya!" Aku pamit pada Zein setelah menjelang sore. Malam ini, Ada Nita dan Papi yang bersedia menemani Zein disini. Sebenarnya, Papi dis

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part103

    "Bin!" Aku keluar dari ruangan,tempat Zein dirawat dan bergabung dengan yang lain. Tempat yang disediakan pihak rumah sakit untuk keluarga pasien, beristirahat. "Iya, Yas.""Aku minta tolong, ya. Mulai besok kamu yang ngurus perusahaan!""Siap...siap."Dih, langsung nyahut. Nolak dulu kek. Emang nggak ada segan-segannya ya ini orang. Malu dikit napa."Tapi ingat ya, Bin. Jangan ambil kesempatan!""Ya elah, Yas, Yas. Masih aja, ya! Suudzon terus.""Woiya dong, Bin. Sebagai teman yang baik, aku kan harus selalu ngingatin kamu, supaya jangan merusak persahabatan kita selama ini, hanya karena masalah uang.""Iya, iya. Makasih ya udah ngingetin aku. Entar kalo urusan kamu udah selesai sekalian aja bawa BPK sama KPK buat geledah rumah aku, Yas," jawabnya sewot. Dih, tersinggung. Sensi amat. " Untuk apa?" tanyaku pura-pura bego. "Untuk meriksa. Kalo kamu nggak percaya sama aku.""Aku percaya, loh Bin sama kamu. Makanya aku ngingetin, biar amanah yang aku kasi nggak kamu salah gunain," b

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part102

    "Dia nanyakin, Mami. Kabarnya, gimana? Udah punya anak berapa? Udah punya cucu apa belum?""Terus, nanyakin apa lagi, Pi?""Ya elah, Mami kok kepo banget. Emang ada apa sih?" tanyaku penasaran. "Dokter Faisal Itu, Yas. Mantannya Mami," jelas Papi. "Belum sempat jadian loh, Pi. Pasti Papi cemburu, deh." Timpal Mami. "Nggak lah, Mi. Buat apa Papi cemburu."Kok aku nggak ngerti dan makin kepo aja, nih. "Emang ceritanya, gimana sih, Pi? Kok Mami juga kenal?""Gini, Yas ceritanya. Dulu itu, Dokter Faisal temen dekat Papi, terus Mami naksir tuh sama dia. Tapi Mami malu bilang langsung sama dia, taulah Mami kalian inikan dulu gengsian orangnya. Jadi, Mami minta Papi yang nyampaiin jadi posnya mereka. Setelah Papi sampein, Dokter Faisal menolak dengan alasan mau fokus kuliah dan ngejar karir dulu. Kecewa tuh, Mami," jelas Papi, sambil senyum-senyum. "Nggak gitu juga, ceritanya, Pi," sergah Mami malu-malu. "Pasti Papi nggak nyampein tuh ke orangnya karena Papi suka sama Mami, iyakan, Pi."

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part101

    Sekilas dia menatapku dan tersenyum. Kemudian kembali menatap bola lampu di atas ruangan. Sudah dari tadi kuperhatikan, Zein selalu saja memandang ke arah bola lampu yang menyala itu. "Zein, kamu liatin apa?" tanyaku penasaran. "Aku melihat cahaya putih yang terpancar dari bola lampu itu, Yas," jawabnya, tanpa berpaling. "Buat apa?"Dia menarik napas dalam. "Aku berharap, Tuhan masih mau memberikanku kesempatan dan sedikit cahaya dari-Nya agar aku segera sembuh, dan bisa melihat anak kita tumbuh besar, bisa menggendongnya, merawat dan bisa bermain-main dengannya kelak. Dan aku juga berharap masih bisa bekerja dan menafkahi kalian berdua.""Amin." Segera kujawab harapan Zein tadi."Kamu tau, Yas. Apa keinginanku saat ini?" tanyanya. "Apa?""Aku hanya ingin sehat dan bisa bertahan hidup.""Makanya, kamu yang semangat dong, Zein. Banyak-banyak berdoa juga. Tuhan akan cepat mengabulkan doa orang-orang yang lagi sakit." Aku menguatkan genggaman tanganku sebagai bentuk support untuknya.

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part100

    "Kamu kok tau aku ada disini?""Maaf, Zein. Aku tadi yang jemput, Tyas," ucap Bino merasa bersalah. "Emang kenapa kalo aku datang kesini? Kamu nggak suka karena udah ada Silvi yang nemenin?" ucapku meradang. Tentu aja setelah Silvi keluar dari ruangan ini saat melihat kedatangan kami tadi. Pasti tadi abis ngelus-ngelus si Zein, tuh. Waktu di jalan tadi, Bino juga sudah bilang kalau Zein berpesan jangan memberi tahu tentang keadaannya padaku. Dia sangat khawatir, takut terjadi sesuatu padaku dan juga kandunganku.Disaat sakit pun, Zein masih aja selalu perhatian yang membuat diriku makin jatuh cinta sama dia. Aku jadi terharu deh dibuatnya. Aku kan baperan orangnya. "Keadaannya, gimana, Zein?" tanya Mami. "Kata Dokter harus operasi, Mi. Tapi nunggu persetujuan dari pihak keluarga.""Kok pake operasi segala? Emang separah apa?""Katanya penyumbatan pembuluh darah, Mi." Lututku ikut bergetar mendengar kata operasi. "Bahaya, nggak tuh?" tanyaku panik. Air mataku mengalir begitu aja

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part99

    "Jadi, keadaannya gimana?" tanyaku cemas. "Lagi diperiksa, Yas. Tadi setelah masuk IGD, petugas minta surat-surat buat administrasi. Aku kurang ngerti juga, surat apa. Terus mereka juga nanya keluarganya yang mana? Makanya aku nyusul kamu ke sini.""Kenapa nggak nelpon aku aja, Bin? Kan aku bisa langsung ke sana.""Nggak berani lah, Yas. Bukannya kamu tinggal sendirian di rumah? Kalau tiba-tiba pingsan gimana?"Iya juga sih. Tumben si Bino pikirannya lurus. "Jadi, yang jagain Zein di sana, siapa?" tanyaku cemas. "Ada Silvi. Tadi aku minta tolong sama dia, juga. Sekalian bareng ke rumah sakit."What? Dasar sontoloyo. Emang teman nggak punya akhlak ini si Bino ya. Badanku makin lemas setelah mendengar nama Silvi. Pasti nangis-nangis tuh, sambil meluk-meluk. Merasa menyesal karena belum sempat menyatakan rasa cintanya pada Zein. Iyyuhhh... Sok dramatis banget deh kisahnya. Aku duduk di sofa ruang tamu setelah di papah oleh Bino. Sekujur tubuhku terasa lemah dan berat. Pikiranku mel

  • DINODAI SUAMI SENDIRI   Part98

    "Eh, jangan. Entar kalo jatuh gimana?" tolaknya. "Makanya hati-hati dong, Zein.""Ya udah deh, tapi pelan-pelan aja, ya." Dia menundukkan tubuhnya dan segera mengangkat ku dalam gendongannya. Membuat aku senyum-senyum sendiri. Teringat kembali akan kenangan masa lalu, saat Zein memaksa menodaiku untuk yang pertama kali. Betapa gagah dan romantisnya Zein kala itu, sampai-sampai membuat bulu mataku merinding disko. So sweet banget, kan? "Zein, entar kalo sudah pulang kantor, langsung balik ke rumah ya! jangan singgah -singgah lagi di jalan," ucapku saat sedang menikmati sarapan di meja makan. "Iya, bawel.""Awas kalo ketauan singgah-singgah, apalagi nekat jajan di luar.""Iya, sayang.""Good.". "Hati-hati Zein, mengemudinya! Jangan kebut-kebutan ya!" Pesanku pada Zein, sebelum dia berangkat. "Iya, iya." Ih, nurut banget sama istri. Makin gumush deh liatnya. Setelah Zein pergi, aku rebahan di tempat tidur sambil chatingan bareng trio ember. Ya, walaupun sudah jarang ketemu lang

DMCA.com Protection Status