Merasa terkejut dengan sosok itu pun membuat Adeeva hanya berdeham pelan dan tersenyum lebar untuk menyapa Darrel yang tinggal di Moskow sana.
“Hai Darrel,” sapa Adeeva ramah.
“Hai Adeeva.”
Saat Darrel mengucapkan nama itu kemudian sosok perempuan di sampingnya menoleh dan menatap ke arah ponsel kamera dan sama-sama terkejut namun tak ada reaksi dari keduanya. Kedua perempuan itu hanya saling menatap dan bungkam.
“Adeeva, maaf kalau aku tidak bisa bermain game online denganmu. Tadi alasannya sudah aku jelaskan kepada Leon.”
“Oh tidak apa-apa Darrel.”
“Sekali lagi sorry.”
Adeeva hanya tersenyum lebar karena merasa tidak enak juga sudah memaksa Alex dan Darrel untuk mengikuti keinginannya yang konyol itu. Apalagi melihat Darrel yang seperti tidak baik-baik saja membuat Adeeva semakin tidak enak.
“Tidak apa-apa Darrel, kau tenang saja. Lagian aku dengan Leonel juga
Malam ini niatnya Adeeva dan Leonel hanya ingin makan malam saja kemudian langsung pulang ke apartemen. Nyatanya mereka berdua menginap malam ini karena permintaan dari Marinka.Mereka berdua pun tidak langsung tidur melainkan membahas soal rencana honeymoon yang diminta oleh Marinka.“Kau ingin ke mana?” tanya Leonel.Adeeva diam. Ia bingung jika ditanya seperti ini. Apalagi otaknya masih memikirkan hal yang bukan-bukan.“Leonel, honeymoon itu kita liburan kan?” tanya Adeeva memastikan.“Iya liburan. Itu hanya istilah saja.”“Enggak ngapa-ngapain kan?”“Maksudnya?”“Iya kan pasti kau tahu dong kalau honeymoon itu pasti identik sama yang hal gituan.” Suara Adeeva semakin lirih karena malu membahas hal dewasa seperti ini dengan Leonel. Meski sudah suami istri tetap saja ia merasa canggung juga risih.Mendengar itu kening Leonel mengerut dan tak lama t
Setelah seharian ini bekerja dengan hati yang sangat deg-degan juga takut. Tapi semua itu tak membuat jiwa semangat Adeeva luntur.Adeeva pun memilih pulang ke mansion dibanding ke apartemen karena yang pertama ia takut diteror Elizabeth. Apalagi mantan pacar Leonel itu sangatlah nekad berbuat sesuatu yang terkadang bisa melayangkan nyawa seseorang. Membayangkan saja terkadang merasa merinding sendiri.Saat tiba di mansion, Marinka terkejut namun langsung tersenyum lebar dan merentangkan kedua tangan untuk memeluknya.“Mom, malam ini aku menginap di sini lagi boleh kan?” tanya Adeeva sedikit tak enak.“Tentu saja dear. Aku justru senang jika kau dan Leonel pindah saja ke sini. Jadi aku tak merasa kesepian jika malam nanti. Kita bisa ngobrol-ngobrol sambil ngeteh.”Adeeva tersenyum lebar dan bersukur sekali mendapatkan ibu mertua sebaik Marinka. Kan kebanyakan kadang menantu dengan ibu mertua itu jarang sekali akur.Ad
Selesai makan malam bersama dan kini Adeeva sudah berada di dalam kamarnya pun justru tak bisa tidur malam ini. Banyak hal yang tengah dipikirkannya mala mini. Dari siapa yang meneror ke kantornya. Meski sudah menduga dan mencurigai kalau ini semua perbuatan Elizabeth. Dan mengetahui fakta yang ada jika Leonel bukanlah anak kandung dari Marinka. Adeeva merasa kasihan dengan perempuan tua itu dan sangat salut karena menutup rahasia besar ini sangat rapi. Dan ketiga jika Adeeva belum bertemu dengan Alex untuk mengakhiri hubungan yang tidak bisa dilanjutkan lagi.Banyak hal yang dpikirkan membuat kepalanya terasa akan meledak. Belum lagi kontak di ponselnya saat ini hanya nomor Leonel saja. Dan ponsel miliknya masih dipegang oleh Leonel. Aiiiissshh … rasanya ingin marah tapi selalu ingat pesan Marinka untuk selalu menjaga Leonel. Ah, takdir yang menyebalkan.Untung saja selain cantik Adeeva juga memiliki otak cerdas meski suka turun ke dengkul. Adeeva langsung memb
Setelah cerita panjang lebar mengenai Darrel dan mendapat jawaban yang sangat gamblang dari Alex membuat Adeeva mengangguk paham.Apalagi Adeeva tahu dan kenal dengan dia. Sudah pasti rasa penasaran sangat menggebu-gebu di hatinya meski tidak ia tampakkan. Dan rasa penasaran itu sudah terjawab jelas saat ini.Lebih bersukurnya lagi jika hubungan dirinya dan Alex sudah berakhir tanpa susah payah seperti Leonel dan Elizabeth. Tidak ada drama mengamuk atau marah-marah meski awalnya Adeeva kaget karena Alex seperti enggan mengakhiri hubungan ini namun, untungnya sikap dan sifat Alex sangatlah dewasa dan mengerti perasaan orang lain. Itu yang membuat Adeeva bangga dengan pria itu.Dan siapapun yang mendapatkan pria itu adalah perempuan beruntung karena sifatnya pengertian dan sangat memahami perasaan lawan jenisnya.Tok. Tok. Tok.Sontak Adeeva terkejut kala pintu ruangan dirinya diketuk oleh seseorang. Ya, ia sudah berada di kantornya lagi setelah urus
Merasa suaminya sangat berharap dan menginginkan pun membuat Adeeva mengangguk malu-malu. Apalagi kalau tidak dikasih ngeri jajan di luar.Senyum lebar pun langsung menghiasi bibir keduanya. Dan tak lama Leonel segera merapatkan tubuh mereka dan segera meraih bibir ranum sang istri untuk segera mencecapnya.Mulailah mereka berdua saling melepaskan rindu satu sama lain dengan saling menggebu-gebu. Mengeksplor seluruh tubuh satu sama lain tanpa tersisa sedikitpun.Di malam yang dingin ini mereka berdua mulai mencumbu seperti indahnya bintang. Menyusuri lorong-lorong rindu yang menggelorakan jiwa. Saling mendekat dan melekat tanpa kata dan suara. Hingga mereka saling meleburkan hasrrrat dalam satu cinta.Sampai pagi menjelang mereka pun terhempas dan mengeerang hingga merasakan indahnya dunia.“Morning wife,” sapa Leonel dengan suara seraknya.Mendengar suaminya menyapa pun membuat Adeeva mulai membuka matanya perlahan dan tersenyum
Leonel terkejut dituding mengintip oleh Adeeva. Pasalnya tidak mengintip saja sudah melihatnya tadi waktu mandi bersama dan bercinta semalaman. Ini pikiran istrinya ada-ada saja.Lain hal dengan Adeeva yang sedang merutuki dirinya sendiri karena hal bodoh yang baru saja diucapkannya.Entah kenapa otak cerdasnya kini seperti berpindah tempat menjadi di dengkul sih. Jelaslah Leonel bisa melihat kalau sekarang di depan ia berdiri itu kaca semua. Kenapa juga ia tidak menyadari itu sejak awal. Dasar bodoh bodoh bodoh.“Sudah tidak usah dibahas,” kata Adeeva yang langsung membalik badan dan ingin berjalan keluar ruangan ini. Namun suara Leonel membuat Adeeva merutuki otak cerdasnya yang benar-benar pindah tempat.Adeeva tersenyum sambil membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Leonel. “Tas-ku ada di luar. Aku malu keluar dengan rambutku yang masih acak-acakan seperti ini. Jadi tolong ambilkan, ya, hehe.” Adeeva pun tak lupa memperlihatkan
Leonel pun melepaskan pelukannya dan membelai wajah Adeeva lembut. “Jangan pernah berbuat nekad yang membahayakan dirimu sendiri, mengerti?”Adeeva diam. Ia padahal habis ini akan pergi mendatangi apartemen Elizabeth dengan bertanya kepada Alex.“Hm.” Adeeva tersenyum agar suaminya tidak usah terlalu khawatir akan keadaannya yang baik-baik saja saat ini. “Sepertinya aku harus segera ke kantor. Ini sudah sangat siang nanti aku bisa menjadi pemimpin yang tidak baik lagi.”“Rasanya ingin mengurungmu saja di sini.”Adeeva terkekeh pelan. “Nanti kau tidak konsen bekerja justru terus menggodaku.” Adeeva langsung berdiri dan segera melangkah pergi menuju ke arah pintu setelah kembali berpelukan dan saling mencumbu satu sama lain di depan Brandon yang masih tetap diam dan fokus menatap tablet.“Jaga dirimu baik-baik.”“Hm.” Baru dua langkah akhirnya Adeeva menoleh da
Satu minggu kemudian.Akhirnya tiba hari ini baik Leonel dan Adeeva telah disibukkan oleh packing soal honeymoon mereka. Mengingat satu minggu belakangan Leonel benar-benar lembur dan kerja keras pun kini akan terbayar dengan perginya honeymoon dengan sang istri.“Apa nggak kebanyakan?” tanya Leonel heran.“Tidak. Ini tuh udah paling sedikit kita bawanya. Kau tahu kan di sana lagi musim dingin. Jadi memang harus banyak bawa baju sama mantel.”“Ya sudah terserah kau saja. Yang penting jangan lupa lingerie hitam dibawa.”Mendengar itu membuat Adeeva langsung melempar sandal rumahan ke arah Leonel karena sejak tadi dia selalu berkata seperti itu. Selalu mengingatkan membawa lingerie hitam.“Kau kenapa melempar sandal, hm?”“Lagian kau menyebalkan.”Adeeva bersungut kemudian pipinya langsung merona merah jika otak Leonel kembali kotor. Kenapa sih hatinya gampang seka
Adeeva pun akhirnya maju, dan menyapa seramah mungkin kepada customernya. Adeeva tersenyum simpul yang membuat orang itu tetap menatap kosong dan mengabaikan keberadaannya.“Pagi, Kak. Kakak mau pesan apa?” tanya Adeeva, ramah.Merasa tidak dijawab membuat Adeeva merasa kesal sendiri karena keberadaannya dianggap hantu? Adeeva pun memejamkan mata dan menahan napasnya meski dalam hati kesal diabaikan seperti ini.“Kita ada menu spesial jika Kakak membeli dua por—““Buatkan semuanya.”“Hah! Apa, Kak?”“Kamu budeg, ya? Buatkan semua menu di sini. Tidak usah banyak tanya lagi. Kamu pasti pelayan baru di sini makanya tanya menu pesananku,” cerocosnya yang membuat Adeeva kesal sampai ke ubun-ubun.“Baik, Kak.”Adeeva langsung berlalu pergi dengan wajah masamnya. Ia melempar buku note kecil ke arah Zia. Adeeva langsung mendengkus sebal karena ini masih jam s
Jujur saja saat ini Adeeva masih tidak menyangka jika Emilia tega melakukan ini semua kepadanya. Entah apa motifnya ia masih belum tahu.Kini Adeeva menghubungi nomor ponsel Emilia untuk memastikan semuanya. Namun, panggilannya belum juga diangkat-angkat.Disaat akan menyerah, mendadak telinga Adeeva mendengar suara gemeresak dari seberang telepon sana.“Hallo.”“Em.”“Oh, kau. Ada apa?”“Kenapa kau tega sekali melakukan ini kepadaku? Apa salahku, Em!” Suara Adeeva tampak menggebu-gebu saat ini. Ia masih kesal dan tidak menyangka jika orang yang selama ini dipercaya dan sudah dianggap saudara justru tega melakukan ini semua kepadanya.“Kau bicara apa, sih?”Adeeva langsung tertawa hambar mendengar Emilia yang masih saja pura-pura tidak mengetahui rasa kekesalannya saat ini. Apa perlu Adeeva harus meledak-ledak secara gamblang agar perempuan di seberan
Kini Adeeva dan keluarganya makan malam di salah satu restoran Korea di kawasan Jakarta Selatan. Meski habis menghadapi polemik rumah tangga yang begitu menguras energi, tapi tidak menyurutkan rasa kebahagiaan saat berkumpul bersama seperti ini bersama keluarga.Bahkan saat melihat sang ayah yang selalu menggoda bunda-nya membuat Adeeva tersenyum lebar. Melihat sang ayah yang meminta izin nikah lagi yang langsung direspon galak sang bunda membuat Adeeva menilainya sangat lucu. Meski hanya bercanda saja, tapi terkadang sang bunda tersulut rasa kesalnya.“Adeeva setuju enggak kalau punya Bunda lagi?” tanya Ryan, disela-sela makan.“Jangan mulai deh. Enggak lihat kalau sekarang Bunda lagi pegang gunting?” Justru Kiki yang menyahuti ucapan Ryan itu. lagian mentang-mentang Abangnya mau nikah lagi terus dia suka sekali menggoda meminta ikut-ikutan. Benar-benar menyebalkan.“Kalau Adeeva, sih, terserah Ayah saja. Selama membuat Ayah
Empat Bulan Kemudian.Akhirnya hasil sidang perceraian Adeeva dengan Leonel berjalan lancar hingga memakan waktu hanya empat bulan saja. Biasanya jika banyak tuntutan dan perkara akan memakan waktu enam bulan lebih.Kini Adeeva resmi menyandang status janda. Adeeva tersenyum getir, namun hatinya lega. Ia merasa tidak ada beban dalam hidupnya.Bahkan sang ayah benar-benar mensupport dan terus menemani sampai sidang selesai. Tidak seharipun Ryan melewatkan anaknya pergi ke sidang sendirian. Ryan pasti akan selalu mengutamakan anaknya terlebih dulu dibanding pekerjaan yang digelutinya.“Tidak apa-apa menjadi janda tidaklah buruk. Hanya saja terkadang pandangan orang soal status ini masih suka salah kaprah. Menganggap janda ini buruk. Padahal tidak. Ayah dan Bunda selalu dukung apapun keputusan kamu ke depannya.”Adeeva tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Adeeva tahu jika kedua orangtuanya pasti lebih terluka namun m
Setelah sadar dari pingsan, Adeeva langsung memilih duduk bersandar di penyangga ranjang. Menatap kedua orangtuanya secara bergantian. Bahkan menatap ke arah sang grandma yang memang berada di dekat Kiki.Adeeva tersenyum senang, karena masih bisa merasakan kasih dan cinta dari keluarganya. Adeeva langsung menggenggam telapak tangan Kiki erat. Menatapnya sendu.“Bun, maafkan segala kesalahan Adeeva yang tidak pernah menurut selama ini. Maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk Bunda. Belum bisa menyenangkan hati Bunda, juga Ayah serta Grandma. Maaf beribu-ribu maaf jika Adeeva masih suka membantah ucapan Bunda. Maaf sudah sering buat nangis atas kelakuan Adeeva yang bandel. Maaf Bun ….”Adeeva langsung memeluk dan mencium pipi sang bunda. Adeeva menangis karena teringat suka membantah ucapan bundanya.Lain hal dengan Kiki yang membalas erat pelukan sang anak. Mengusap dan menepuk-nepuk pelan punggung sang anak. Matanya pun ikut
Setelah sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, kini Adeeva memilih untuk kembali ke Indonesia sesuai perintah Kiki. Adeeva sudah memberikan kabar jika hari ini ia akan kembali ke Indonesia. Mungkin rasa-rasanya ia sudah tidak akan merantau lagi. Adeeva akan memilih stay di Jakarta bersama keluarga kecilnya. Adeeva akan menghabiskan sisa usia bersama Ayah, Bunda, juga Grandma.“Adeeva,” panggil Ryan.“Ayah.”Ryan pun langsung berjalan cepat untuk menyambut kedatangan putrinya. Ryan segera memeluk putrinya erat. Mencium pipinya dan segera mengusap buliran air mata yang mulai menetes di pipi mulus milik Adeeva.“Jangan sedih, Ayah akan selalu ada untukmu, Nak.”Adeeva masih tidak menyangka jika pernikahannya akan berakhir seperti ini. Padahal dulu juga pas awal nikah memang niat bercerai. Namun, seiring berjalannya waktu perasaan mulai timbul dan keduanya benar-benar sepakat melupakan perjanjian itu. Tapi, te
Hari ini Adeeva mendapat kabar jika Leonel tinggal di sebuah apartemen milik Darrel. Ternyata kehidupan Leonel selama seminggu ini ditanggung oleh Darrel. Dengan cepat pula Alex langsung menjemput Adeeva dan segera menuju ke kawasan El Born.Alex bilang jika Darrel memiliki apartemen di kawasan yang sangat sepi. Katanya dia lebih suka ketenangan dibanding hirup pikuk keramaian kota.Bahkan kawasan ini dihiasi jalan-jalan sempit hingga tampak sangat misterius. Tak pelak juga tempat ini banyak terdapat kafe kecil di sekitarnya untuk menikmati berbagai jenis minuman juga hidangan catalan.Mereka berdua pun memillih memarkirkan mobil di bahu jalan depan gedung apartemen. Alex dan Adeeva langsung berjalan menuju ke unit Darrel.Alex yang sudah pernah ke sini dan mengetahui password sahabatnya langsung memencetkan sederet password hingga suara ‘klik’ terdengar di telinganya juga Adeeva.“Alex … apa tidak apa-apa kita masuk?
Satu minggu sudah Adeeva melalui hari-harinya begitu berat. Bukan hanya dirinya saja, namun Marinka merasakan hal yang sama.Leonel bahkan tidak masuk kantor sudah semingguan ini. Parahnya, semua kunci mobil, ATM, beserta semua fasilitas lainnya dikirim ke mansion Marinka.Perempuan paruh baya itu merasa sedih dengan sikap Leonel yang sangat gegabah ini. Adeeva pun terus menguatkan Marinka. Entah dengan apa pria itu hidup saat ini jika semua fasilitas dikembalikan kepada Marinka.“Mom, dia pasti nanti kembali. Kau tenang saja, ya.”Marinka mengangguk dan kembali menguatkan Adeeva untuk tetap tabah dalam menghadapi ujian ini. Adeeva pun mendadak dapat telepon dari Indonesia—Bunda Kiki menelepon tiada henti yang membuat Adeeva mengerut bingung.Merasa penasaran membuat Adeeva mengangkat telepon itu dan menyapa bundanya dengan suara yang dibuat seceria mungkin agar tidak ketahuan.“Halo, Bunda,” sapanya dengan nada
Rasa-rasanya saat ini Leonel masih belum bisa menerima kenyataan yang sesungguhnya jika ia bukanlah anak dari Marinka. Apalagi sikap Marinka sangat lembut dan benar-benar menunjukkan kasih sayangnya dengan tulus.Seusai mendengarkan kejujuran Marinka, Leonel langsung pamit pergi meninggalkan mansion. Bahkan saat berpapasan dengan Adeeva pun ia rasanya sangat malu menatap perempuan itu. Bahkan Leonel tidak berani menyapa atau mengajaknya bicara. Leonel terlalu malu. Sifat gengsi yang dimilikki masih menguasai otaknya hingga membuat Leonel tidak melakukan itu semua.Kini tujuannya pergi ke apartemen. Leonel berpikir jika ia sudah tidak pantas lagi menikmati kemewahan yang diberikan oleh Marinka. Leonel terlalu malu kepada perempuan itu. Leonel kesal karena diapit oleh dua perempuan sebaik Marinka juga Adeeva. Rasa-rasanya ia tidak pantas berada di dekat mereka berdua. Kedua perempuan itu hanya pantas berada dilingkungan orang-orang baik saja. Sedangnya dirinya? Hanya ora