POV AUTHOR
Extrapart 2Danes berdiri. Amelia berjalan mendahuluinya menjauh dari tempat Dinda duduk. Mereka mendekat ke tepi pantai dengan jarak beberapa meter dari Dinda. Pastinya suara mereka tidak terdengar. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi tampak sesekali wanita itu menyeka matanya. Dinda menarik napas berulang-ulang. Melihat lelaki yang dicintainya berdiri selama dan sedekat itu dengan wanita lain ada aliran aneh yang meluap. Membumbung memenuhi dadanya sehingga terasa semakin sesak. Apakah dia kali ini tengah cemburu?Dinda berdiri dari tempat duduknya. Dia hendak mencari pemandangan lain untuk menghilangkan sesak di dadanya. Dia berjalan menjauh tanpa sepengetahuan Danes. Dinda menyusuri pinggiran pantai yang dibatasi oleh pagar. Berjalan menjauh ke arah yang berlawanan dengan tempat Danes dan Amelia berdiri. Di salah satu tempat yang cukup sepi dia berhentiPOV AUTHORExtrapart 3“Twin Tower kami datang!”Perjalanan dari Port Dickson Negeri Sembilan Malaysia menuju Kuala Lumpur Convenction Centre (KLCC) memakan waktu kurang lebih satu setengah jam. Nantinya mereka akan mencari hotel di sekitar KLCC sebelum keesokan harinya berangkat kembali ke bandara yang bisa ditempuh dalam waktu empat puluh lima menit dari sana.Mereka berdua menaiki transportasi online. Dinda cukup terkejut ketika sang pengemudi tampak bukan seperti supir pada umumnya. Dari applikasi transportasi online yang dipesannya tampak jika driver yang membawanya bernama Lee Park Ho---seperti nama warga korea.Betul saja ketika transportasi online itu datang. Seorang lelaki bermata sipit yang duduk di balik kemudi.“Hallo, can you deliver me to KLCC?” Dinda berbasa-basi. Lelaki itu menoleh ke kursi penumpang di mana Dinda dan D
"Dia Naila Alfathunnisa, mahasiswi fakultas kedokteran di universitas M*l*ya!” ucapnya setelah menarik napas panjang. “Terus?” Danes mengangkat satu alisnya mengisyaratkan agar adiknya melanjutkan perkataannya. “Orang tuanya asal Solo, terus dia tinggal dan besar di Jakarta!” lanjut Arya tampak enggan. “Lalu?” “Apa sih, Bang?! Udah deh, gak penting juga!” Wajah Arya tampak mulai gusar. Danes bergeming dan hanya menatap sekilas wajah adiknya. Namun Endra tiba-tiba melanjutkan penjelasan sahabatnya yang terputus itu. “Naila itu cantik, pinter dan menjadi idola kampus … kami bertemu pada saat mengikuti pertemuan himpunan mahasiswa Indonesia di Malaysia. Dia itu sudah seperti selebritis yang memiliki penggemar sendiri di lingkungan kampusnya, Bang! Tidak ada alasan untuk seorang lelaki tidak menyukainya, termasuk Arya meski tidak mungkin mereka jadian
PENGANTIN PRIA TIDAK DATANG MENJELANG AKADBATAL_NIKAH (1)[Alma, maafkan aku tidak bisa meneruskan pernikahan ini! Ternyata menjelang detik-detik pernikahan ini, aku semakin tidak yakin akan perjodohan yang sudah diatur orang tua kita! Mungkin ini terdengar egois, tetapi beruntung aku menyadarinya sebelum terlambat. Maafkan aku, Alma!]Seketika itu, aku menjatuhkan gawaiku. Gaun pengantin yang menjuntai indah sudah tidak lagi bisa membuatku tersenyum seperti beberapa menit lalu.Pernikahan indah yang kubayangkannya seketika hancur bersama sebuah pesan yang kudapati. Mas Rangga---calon suamiku, dengan tega mengirimkan sederet kalimat melalui pesan WA untuk membatalkan pernikahan ini pada detik-detik terakhir menjelang acara. Entah apa alasannya, aku tak mengerti.Sesak menyeruak. Air mata tanpa kompromi lag
BATAL NIKAH (2)Happy reading!Namun ada suara bariton yang tiba-tiba muncul dari arah luar.“Siapa yang mengatakan mempelai prianya tidak datang? Ini, calon mempelai prianya ada bersama saya, Bi! Tolong tahan para tamu untuk tidak pulang!” Kudengar suara Azka dari luar. Kami semua menoleh tetapi belum bisa melihatnya datang bersama siapa karena Bi Warsih berdiri di ambang pintuBi Warsih menggeser tubuhnya. Mata kami menatap pada sosok pria yang berdiri mematung di samping Azka---saudara kembarku.“Bang Arya?” gumamku dalam dada. Lelaki dengan wajah dingin itu berdiri dan menatap ke arah kami.“Arya akan menikahi Alma, aku sudah berbicara dengannya!” ucap Azka yakin.&nb
Pov RanggaSubscribe dulu ceritanya jangan lupa! Happy reading!Aku mengerjap. Kedua mataku terasa sangat berat untuk dibuka. Kupijit pelipis yang rasanya berdenyut nyeri. Kuedarkan pandang para sekitar kamar yang terasa asing bagiku ini.“Astaga!”Aku memekik kaget. Ternyata aku tidur dengan kondisi setengah telanjang. Hanya memakai celana selutut tanpa pakaian.Kuedarkan pandang ke sekitar, pakaianku bertebaran di mana-mana. Kucoba mengingat-ingat kenapa aku bisa berada di sini.Sore kemarin Miranti---mengajakku bertemu. Dia itu kakak kelasku dulu sewaktu SMA yang ternyata kakak sepupunya Alma Humaira---calon istriku. Dia bilang, ada pesan yang ingin disampai
#BN 4Happy reading!Aku perlahan membuka mataku. Kejadian hari ini benar-benar membuatku shock. Pernikahan macam apa yang baru saja kulalui?Aku masih tidak percaya jika hari ini takdir menjadikanku istri dari seorang lelaki asing. Lelaki yang belum kutahu latar belakangnya. Bahkan nama lengkapnya saja aku tak faham.Pakaian kebaya pengantinku sudah berganti. Kini aku hanya mengenakan baju tidur seperti biasa. Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri. Kehadiran Mas Rangga dengan tiba-tiba membuat hatiku yang pagi tadi terhempas ke dalam jurang seolah mendapatkan shock terapi darinya. Aku bahkan tidak kuat untuk melihatnya karena terlalu besar kecewaku padanya.“Sudah sadar?” Suara bariton seseorang membuatku menoleh pa
#BN 5Happy reading!Aku menatap pada wanita paruh baya yang memakai daster rumahan itu. Tampilannya sederhana dan rupanya pun biasa. Tidak ada mirip-miripnya sekali dengan Bang Arya.“Perkenalkan, Saya Alma, Bu!” Aku menangkupkan tangan di dada pada akhirnya.“Saya Bi Sumi, Non! Yang biasa bersih-bersih di rumah ini! Mari masuk, Non! Tuan Kecil!” ujarnya sambil memberikan kami jalan.Aku tertegun. Ternyata dugaanku salah. Kukira dia adalah ibu mertuaku. Namun ternyata bukan. Dia hanya orang yang biasa bersih-bersih di rumah ini. Aku cukup geli dengan dipanggil non olehnya. Terlebih dia memanggil Bang Arya dengan sebutan Tuan kecil."Gak usah panggil Non, Bi!" uj
Setelah dua hari dari acara pernikahan Alma dengan lelaki yang entah siapa? Aku mencoba berkunjung kembali ke rumahnya. Berharap dalam kondisi tenang ini, semua bisa menerima penjelasanku. Dalam dua hari ini aku sudah mengklarifikasi masalahnya pada saudara-saudara dekatku. Begitu pun kujelaskan pada ayah dan ibu yang tampak sangat terpukul sekali. Mereka tetap menyalahkan akan kecerobohanku. Namun kini tidak lagi menuduhku. Bahkan ibuku sempat meminta agar dia bisa segera pulang dari rumah sakit agar bisa mengunjungi rumah calon besannya. Namun ternyata dokter belum membolehkannya. Aku sudah memarkirkan mobil di depan rumah Alma. Rumah tapak yang terletak tidak jauh dari ruko itu tampak sepi. Mungkin masih dalam masa istirahat setelah acara resepsi kemarin. “Assalamu’alaikum!” Aku mengetuk daun pint
Pov Author Selamat Membaca! Maafkan kalau kurang maksimal. Masih oleng Mak Othornya 😁 Rumah Madina dan Alka sudah ramai sejak pagi. Beberapa tetangga turut rewang karena untuk pertama kalinya Madina dan Alka akan menyelenggarakan acara empat bulanan kehamilan untuk cucu pertamanya. Awalnya Nyonya Sinta bersikeras agar semua perayaan dilaksanakan di rumahnya. Namun Madina menolak, karena ingin terlibat langsung dalam syukuran calon cucu pertamanya itu. Meskipun demikian, Tuan Ashraf tidak kalah antusias dalam menyambut kehadiran cucu-cucunya. Lelaki yang masih terlihat jelas garis ketampanannya itu tidak mau tinggal diam. Sejak pagi, semua orang dibuat berdecak kagum dengan kiriman beragam makanan dengan kualitas premium ke kediaman besannya. Beragam makanan itu untuk
Pov Author Selamat Membaca! Alma menelan saliva. Benar-benar gugup dan takut. Khawatir jika dirinya memang belum hamil. Tidak kuasa melihat wajah Arya kecewa nanti. “Bismillah, semoga Engkau memudahkan segalanya,” batinnya. Arya menuju ke bagian pendaftaran. Beberapa pasang mata tampak mencuri-curi pandang pada lelaki yang menggamit jemarinya itu. Tampak mereka mengusap perutnya, mungkin berharap memiliki anak rupawan seperti lelaki gagah yang membersamai Alma. Usai daftar. Mereka duduk berjejeran dengan beberapa wanita hamil. Namanya juga poli kandungan, isinya kebanyakan wanita-wanita hamil pastinya. Tampak mereka bersama masing-masing pasangan. Hanya ada satu orang yang tampak sendirian, hamilnya sudah kentara mungkin sudah tujuh bulanan. “Hamil
Pov Alma (bulan madu) Extra part Gaess! Selamat Membaca! Coba komen yang masih hadir di sini! 😁 Hari ini kami sudah berada di salah satu tempat yang jauh dari keramaian. Kata Bang Arya kami ini sedang bulan madu. Di sini hanya ada kami berdua. Entah seberapa kaya suamiku ini. Satu area pulau ini katanya hanya di sewa oleh kami selama seminggu. Selain para pekerja yang memang ada, tidak ada lagi pengunjung lainnya. Bang Arya melingkarkan lengan kekarnya pada pinggangku. Aku menyandarkan kepalaku yang tak terbalut kerudung ini pada dada bidangnya. Kami duduk bersisian tanpa cela. Sesiang ini masih betah menikmati suasana cottage terbuka yang kami tempati. Dari sini, kami bisa langsung menatap indahnya riak gelombang lautan. Hembusan angin sepoi yang mendamaikan.&n
Pov Author “Bang, ini aku Alma---istrimu. Sadarlah, Bang! Maafkan aku yang bodoh ini! Kalau kamu sadar, aku berjanji akan mengabulkan apapun keinginanmu, Bang! Sadarlah, Bang!” ucapnya sambil terisak. Alma duduk pada kursi di tepi ranjang tempatnya berbaring. Detak jam dinding terdengar. Entah sudah berapa lama dia berbicara sendiri hingga akhirnya terlelap. Tiba-tiba dia menatap sosok berpakaian putih itu datang mendekat. Dia mengusap pucuk kepalanya dan berbisik. “Terima kasih, Dek … terima kasih sudah menjagaku,” lirihnya lembut. Wajahnya tampak. Gerak jemari yang digenggamnya membuat Alma mengerjap. Rupanya dia kembali tertidur dan bermimpi bertemu dengan Arya. “Bang, kamu sudah sadar?” Alma menata
Pov Alma Selamat Membaca! “Alma! Maafkan aku. Rumah tangga ini tidak bisa kita lanjutkan! Terima kasih sudah memberiku kebebasan! Aku bisa leluasa memilih hidupku ke depannya! Aku pergi … jaga diri baik-baik!” “B—Bang, B—Bang Arya!” Satu sentuhan mengguncang bahuku. Aku mengerjap ditengah isak. Rupanya aku tertidur selepas shalat isya tadi di kamar belakang. “Ma, kamu kenapa? Mimpi?” Anggrainin tengah menatapku. “Astagfirulloh ....” Aku menyeka sudut mata yang hangat. Aku menangis. Isaknya terbawa ke alam nyata. Barusan aku bermimpi, Bang Arya benar-benar terasa nyata. Dia memakai pakaian
Pov Author Selamat Membaca! Pikiran Arya berkecamuk. Semua campur aduk menjadi satu. Kalimat demi kalimat yang Azka ucapkan membuat dirinya benar-benar tidak bisa berpikir dengan baik. Ya, memang foto itu benar, dirinya dan Naila pernah mengikat janji untuk menua bersama. Semua yang Azka ucapkan itu benar, dia menikahi Alma karena pernah berjanji jika dia akan membalas hutang nyawa pada Azka dengan cara apapun juga. Menikahi Alma tanpa cinta, itu juga benar. Awalnya dia memperlakukan dengan baik karena rasa tanggung jawab akan amanah dari sahabatnya itu. Harusnya Arya senang ketika lelaki itu tidak lagi menuntutnya untuknya terkungkung dalam hutang budi. Dia sudah bisa bebas kembali ke dalam kehidupannya tanpa terikat janji pada Azka untuk memperla
Pov Author Selamat membaca! Azka menatap punggung Alma yang sudah menghilang dibalik angkutan. Azka tahu, Alma akan baik-baik saja di sana. Azka juga tahu jika sudah ada pancaran rasa dari setiap tatapan adiknya pada Arya. Namun dia tidak berpikir jika di hati Arya---sahabatnya masih ada Naila. Azka memutar sepeda motornya. Dia menuju sebuah café. Alamat itu didapatkannya dari Riani yang mengirimkan foto pada Alma beberapa waktu tadi. Azka berjalan memasuki café tersebut dan mengedarkan pandangan matanya ke seluruh ruangan. Benar saja, sosok yang dicarinya ada di sana. Arya tampak tengah duduk berhadap-hadapan dengan Naila. Tidak ada kesan resmi terkait pekerjaan. Bahkan tidak ada berkas dan laptop juga di antara mereka.
Pov Alma “Bismillahirrohmanirrohim!” Aku memejamkan mata sambil membuka amplop tersebut. Jujur hatiku bercampur antara was-was dan penasaran atas isi dalam amplop milik suamiku ini. Perlahan lembaran yang ada didalam itu kutarik keluar. Netraku menyipit, mengintip apa sebetulnya yang ada di dalam amplop ini. Tiba-tiba ada yang bergemuruh dalam dada. Ada dua lembar foto di sana. Tampak dalam gambar itu, suamiku sedang menyematkan cincin pada jemari seorang perempuan yang tidak lain ialah Naila. Begitupun pada foto yang satunya. Tampak dengan wajah sumringah, Naila menyematkan cincin pada jemari Bang Arya. "Ya Tuhaaan? Sejauh apa sebetulnya hubungan mereka dulu? Apakah mereka sudah bertunangan?" Hatiku rasanya tercubit. Meski itu masa l
Pov Author Selamat Membaca! Teriakan dari kamar Mina membuat semuanya terbangun. Mina berlari keluar setelah berhasil mendorong tubuh Mang Pian yang seperti kerasukan. Lelaki itu berusaha mengendalikan dirinya dan berlari ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya malam-malam. Nyonya Sinta, Arya dan Alma turun dari lantai atas. Karena Mina berteriak sekuatnya di luar kamar. Mereka melihat wajah Mina yang panik ketakutan. Entin yang tengah terlelap pun terbangun. Sambil menggisik-gisik mata dia keluar. “Ada apa sih, Min?” tanya Entin sambil sesekali menguap. Matanya mengerjap-ngerjap. Arya, Alma dan Nyonya Sinta menuruni tangga dan mendekat ke arah di mana Mina berada. “