#BN 4
Happy reading!
Aku perlahan membuka mataku. Kejadian hari ini benar-benar membuatku shock. Pernikahan macam apa yang baru saja kulalui?
Aku masih tidak percaya jika hari ini takdir menjadikanku istri dari seorang lelaki asing. Lelaki yang belum kutahu latar belakangnya. Bahkan nama lengkapnya saja aku tak faham.
Pakaian kebaya pengantinku sudah berganti. Kini aku hanya mengenakan baju tidur seperti biasa. Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri. Kehadiran Mas Rangga dengan tiba-tiba membuat hatiku yang pagi tadi terhempas ke dalam jurang seolah mendapatkan shock terapi darinya. Aku bahkan tidak kuat untuk melihatnya karena terlalu besar kecewaku padanya.
“Sudah sadar?” Suara bariton seseorang membuatku menoleh pa
#BN 5Happy reading!Aku menatap pada wanita paruh baya yang memakai daster rumahan itu. Tampilannya sederhana dan rupanya pun biasa. Tidak ada mirip-miripnya sekali dengan Bang Arya.“Perkenalkan, Saya Alma, Bu!” Aku menangkupkan tangan di dada pada akhirnya.“Saya Bi Sumi, Non! Yang biasa bersih-bersih di rumah ini! Mari masuk, Non! Tuan Kecil!” ujarnya sambil memberikan kami jalan.Aku tertegun. Ternyata dugaanku salah. Kukira dia adalah ibu mertuaku. Namun ternyata bukan. Dia hanya orang yang biasa bersih-bersih di rumah ini. Aku cukup geli dengan dipanggil non olehnya. Terlebih dia memanggil Bang Arya dengan sebutan Tuan kecil."Gak usah panggil Non, Bi!" uj
Setelah dua hari dari acara pernikahan Alma dengan lelaki yang entah siapa? Aku mencoba berkunjung kembali ke rumahnya. Berharap dalam kondisi tenang ini, semua bisa menerima penjelasanku. Dalam dua hari ini aku sudah mengklarifikasi masalahnya pada saudara-saudara dekatku. Begitu pun kujelaskan pada ayah dan ibu yang tampak sangat terpukul sekali. Mereka tetap menyalahkan akan kecerobohanku. Namun kini tidak lagi menuduhku. Bahkan ibuku sempat meminta agar dia bisa segera pulang dari rumah sakit agar bisa mengunjungi rumah calon besannya. Namun ternyata dokter belum membolehkannya. Aku sudah memarkirkan mobil di depan rumah Alma. Rumah tapak yang terletak tidak jauh dari ruko itu tampak sepi. Mungkin masih dalam masa istirahat setelah acara resepsi kemarin. “Assalamu’alaikum!” Aku mengetuk daun pint
Tinggal seatap bersama orang asing yang tiba-tiba menjadi suami itu hal yang terasa aneh dan membingungkan. Segalanya masih serba canggung. Terlebih karakternya yang lebih banyak diam ketimbang mengobrol membuat suasana masih saja sama. Kami bak orang asing. Menghabiskan waktu dengan saling berdiam.“Bang, aku mau tidur, ya!”Aku beranjak dari depan televisi. Sedari tadi hanya suara dari dalam sana yang membuat suasana rumah ini sedikit hidup.“Iya,” ucapnya sambil melirik sekilas ke arahku. Lalu kembali fokus pada gawainya.Aku beranjak ke kamar. Meniti tangga ke kamar kami yang berada di lantai atas. Semua barang-barangku sudah diletakkan olehnya di sana.Gegas kuberganti pakaian, menggunaka
Berulang kali aku mencoba menghubungi nomornya. Berharap dia masih memaafkan aku. Berharap aku masih ada tempat untuk kembali ke sisinya. Berharap dia dan laki-laki itu akan segera berpisah. Aku menyukai Alma bukan hanya karena paras cantiknya. Namun dirinya memiliki pesona yang tidak dimiliki wanita lain pada umumnya. “Kenapa kamu tidak mau mengangkat teleponku? Alma … aku harus menjelaskan semuanya padamu!” Kuacak rambutku frustasi. Betapa pahit perjalanan cinta ini. Karir yang cemerlang ternyata tidak mudah membuatku jatuh cinta meski banyak wanita yang datang untuk menyatakan perasaannya. Salah satunya---Miranti. Namun aku sudah mencoba menjelaskan padanya. Aku sudah memilih Alma dan akan menikah. Akhirnya dia mengerti. Kami akan menjadi saudara sepupu dan dia menerimanya. Alma tidak pernah tahu akan hal
Tampak dari dalam tergopoh seorang perempuan setengah baya.Mungkin itu mertuanya atau pembantunya Alma.“Maaf, Mas nyari siapa, ya?” tanyanya sopan.“Saya temannya, Alma! Apakah Almanya ada?” tanya Rangga langsung dengan hati yang berdebar kencang.“Oh, Neng Alma istrinya Tuan Kecil, eh maksud Bibi istrinya Tuan Arya?” Dia memastikan.Rangga mengangguk sambil tetap memasang senyuman.“Iya, Bi … apakah Almanya ada?” tanyanya lagi.“Maaf, Mas! Tuan Kecil sama Neng Alma sudah berangkat dari setelah shubuh tadi! Ada tugas ke luar kota!” katanya.Hati Rangga sek
PENGANTIN PRIA TIDAK DATANG MENJELANG AKAD (10)Alma membiarkan sang suami terlelap. Sementara dirinya bergegas membersihkan diri. Meskipun udara masih sangat sejuk, akan tetapi perjalanan panjang tadi membuatnya ingin mandi.Vila mewah itu dilengkapi dengan fasilitas water heater. Dia mengguyur tubuhnya cukup lama hingga sendi-sendi dan ototnya terasa relax. Lalu dia mengambil handuk dan segera keluar dari kamar mandi. Perlahan menggeser daun pintu, takut membangunkan Arya yang sedang tertidur. Namun ketika kepalanya dilongokkan lelaki itu sudah tidak ada di kamar.Alma merasa lega. Dia bergegas mencari pakaian ganti sebelum sang suami masuk ke kamar lagi. Namun ketika tengah sibuk mencari pakaian terdengar derit pintu terbuka. Alma langsung bersembunyi di balik lemari untuk menutupi tubuhnya yang hanya terlilit handuk.
Aku mengerjap ketika merasa ada sesuatu yang hangat melingkar di pinggangku. Ditengah kesadaran yang timbul tenggelam hampir kumenjerit ketika dalam beberapa senti ada wajah lain yang berbaring pada bantalku, bahkan hangat hembusan napasnya terasa menyapu wajah. Sosok tampan itu tampak terpejam dengan tenang, kedua alis tebalnya membingkai kelopak mata dengan bulu mata lentiknya. Sejenak aku terdiam, seolah terhipnotis oleh rupanya yang nyaris sempurna. Susunan sketsa wajah itu membuatku betah memandang lama-lama.“Astagfirulloh!” Aku beristighfar sambil menjauh.Debaran dalam dada semakin bertalu. Perlahan kumenggeser lengannya yang ternyata melingkar di pingggangku. Memindahkannya hati-hati agar pemiliknya tidak terbangun.Aku tertegun sejenak, kenapa kami berada pada posisi sedekat ini? Padahal tadi mala
PENGANTIN PRIA TIDAK DATANG MENJELANG AKAD (12)BATAL NIKAH – Pov Alma“Begitu kejadiannya Alma! Aku harap kita bisa kembali bersama, mumpung semuanya belum terlalu jauh! Pasti saat ini orang yang menunggu hubungan kita hancur sedang bersorak gembira! Apakah kamu rela melihat dia menang dan kita kalah serta saling menderita?” tanyanya pelan tapi penuh penekanan. Membuat pertahananku luluh dan membiarkan air mata ini tumpah.Aku masih terdiam. Membiarkan air mata ini berjatuhan bersama rasa sesak yang kurasakan. Kudengar dia bertanya kembali.“Gimana, Alma?” tanyanya lagi. Tatapannya seolah meminta kepastian.Aku menarik napas panjang. Kuseka sudut mata ini lalu menatap sekilas wajahnya yang tampak menyedihkan
Pov Author Selamat Membaca! Maafkan kalau kurang maksimal. Masih oleng Mak Othornya 😁 Rumah Madina dan Alka sudah ramai sejak pagi. Beberapa tetangga turut rewang karena untuk pertama kalinya Madina dan Alka akan menyelenggarakan acara empat bulanan kehamilan untuk cucu pertamanya. Awalnya Nyonya Sinta bersikeras agar semua perayaan dilaksanakan di rumahnya. Namun Madina menolak, karena ingin terlibat langsung dalam syukuran calon cucu pertamanya itu. Meskipun demikian, Tuan Ashraf tidak kalah antusias dalam menyambut kehadiran cucu-cucunya. Lelaki yang masih terlihat jelas garis ketampanannya itu tidak mau tinggal diam. Sejak pagi, semua orang dibuat berdecak kagum dengan kiriman beragam makanan dengan kualitas premium ke kediaman besannya. Beragam makanan itu untuk
Pov Author Selamat Membaca! Alma menelan saliva. Benar-benar gugup dan takut. Khawatir jika dirinya memang belum hamil. Tidak kuasa melihat wajah Arya kecewa nanti. “Bismillah, semoga Engkau memudahkan segalanya,” batinnya. Arya menuju ke bagian pendaftaran. Beberapa pasang mata tampak mencuri-curi pandang pada lelaki yang menggamit jemarinya itu. Tampak mereka mengusap perutnya, mungkin berharap memiliki anak rupawan seperti lelaki gagah yang membersamai Alma. Usai daftar. Mereka duduk berjejeran dengan beberapa wanita hamil. Namanya juga poli kandungan, isinya kebanyakan wanita-wanita hamil pastinya. Tampak mereka bersama masing-masing pasangan. Hanya ada satu orang yang tampak sendirian, hamilnya sudah kentara mungkin sudah tujuh bulanan. “Hamil
Pov Alma (bulan madu) Extra part Gaess! Selamat Membaca! Coba komen yang masih hadir di sini! 😁 Hari ini kami sudah berada di salah satu tempat yang jauh dari keramaian. Kata Bang Arya kami ini sedang bulan madu. Di sini hanya ada kami berdua. Entah seberapa kaya suamiku ini. Satu area pulau ini katanya hanya di sewa oleh kami selama seminggu. Selain para pekerja yang memang ada, tidak ada lagi pengunjung lainnya. Bang Arya melingkarkan lengan kekarnya pada pinggangku. Aku menyandarkan kepalaku yang tak terbalut kerudung ini pada dada bidangnya. Kami duduk bersisian tanpa cela. Sesiang ini masih betah menikmati suasana cottage terbuka yang kami tempati. Dari sini, kami bisa langsung menatap indahnya riak gelombang lautan. Hembusan angin sepoi yang mendamaikan.&n
Pov Author “Bang, ini aku Alma---istrimu. Sadarlah, Bang! Maafkan aku yang bodoh ini! Kalau kamu sadar, aku berjanji akan mengabulkan apapun keinginanmu, Bang! Sadarlah, Bang!” ucapnya sambil terisak. Alma duduk pada kursi di tepi ranjang tempatnya berbaring. Detak jam dinding terdengar. Entah sudah berapa lama dia berbicara sendiri hingga akhirnya terlelap. Tiba-tiba dia menatap sosok berpakaian putih itu datang mendekat. Dia mengusap pucuk kepalanya dan berbisik. “Terima kasih, Dek … terima kasih sudah menjagaku,” lirihnya lembut. Wajahnya tampak. Gerak jemari yang digenggamnya membuat Alma mengerjap. Rupanya dia kembali tertidur dan bermimpi bertemu dengan Arya. “Bang, kamu sudah sadar?” Alma menata
Pov Alma Selamat Membaca! “Alma! Maafkan aku. Rumah tangga ini tidak bisa kita lanjutkan! Terima kasih sudah memberiku kebebasan! Aku bisa leluasa memilih hidupku ke depannya! Aku pergi … jaga diri baik-baik!” “B—Bang, B—Bang Arya!” Satu sentuhan mengguncang bahuku. Aku mengerjap ditengah isak. Rupanya aku tertidur selepas shalat isya tadi di kamar belakang. “Ma, kamu kenapa? Mimpi?” Anggrainin tengah menatapku. “Astagfirulloh ....” Aku menyeka sudut mata yang hangat. Aku menangis. Isaknya terbawa ke alam nyata. Barusan aku bermimpi, Bang Arya benar-benar terasa nyata. Dia memakai pakaian
Pov Author Selamat Membaca! Pikiran Arya berkecamuk. Semua campur aduk menjadi satu. Kalimat demi kalimat yang Azka ucapkan membuat dirinya benar-benar tidak bisa berpikir dengan baik. Ya, memang foto itu benar, dirinya dan Naila pernah mengikat janji untuk menua bersama. Semua yang Azka ucapkan itu benar, dia menikahi Alma karena pernah berjanji jika dia akan membalas hutang nyawa pada Azka dengan cara apapun juga. Menikahi Alma tanpa cinta, itu juga benar. Awalnya dia memperlakukan dengan baik karena rasa tanggung jawab akan amanah dari sahabatnya itu. Harusnya Arya senang ketika lelaki itu tidak lagi menuntutnya untuknya terkungkung dalam hutang budi. Dia sudah bisa bebas kembali ke dalam kehidupannya tanpa terikat janji pada Azka untuk memperla
Pov Author Selamat membaca! Azka menatap punggung Alma yang sudah menghilang dibalik angkutan. Azka tahu, Alma akan baik-baik saja di sana. Azka juga tahu jika sudah ada pancaran rasa dari setiap tatapan adiknya pada Arya. Namun dia tidak berpikir jika di hati Arya---sahabatnya masih ada Naila. Azka memutar sepeda motornya. Dia menuju sebuah café. Alamat itu didapatkannya dari Riani yang mengirimkan foto pada Alma beberapa waktu tadi. Azka berjalan memasuki café tersebut dan mengedarkan pandangan matanya ke seluruh ruangan. Benar saja, sosok yang dicarinya ada di sana. Arya tampak tengah duduk berhadap-hadapan dengan Naila. Tidak ada kesan resmi terkait pekerjaan. Bahkan tidak ada berkas dan laptop juga di antara mereka.
Pov Alma “Bismillahirrohmanirrohim!” Aku memejamkan mata sambil membuka amplop tersebut. Jujur hatiku bercampur antara was-was dan penasaran atas isi dalam amplop milik suamiku ini. Perlahan lembaran yang ada didalam itu kutarik keluar. Netraku menyipit, mengintip apa sebetulnya yang ada di dalam amplop ini. Tiba-tiba ada yang bergemuruh dalam dada. Ada dua lembar foto di sana. Tampak dalam gambar itu, suamiku sedang menyematkan cincin pada jemari seorang perempuan yang tidak lain ialah Naila. Begitupun pada foto yang satunya. Tampak dengan wajah sumringah, Naila menyematkan cincin pada jemari Bang Arya. "Ya Tuhaaan? Sejauh apa sebetulnya hubungan mereka dulu? Apakah mereka sudah bertunangan?" Hatiku rasanya tercubit. Meski itu masa l
Pov Author Selamat Membaca! Teriakan dari kamar Mina membuat semuanya terbangun. Mina berlari keluar setelah berhasil mendorong tubuh Mang Pian yang seperti kerasukan. Lelaki itu berusaha mengendalikan dirinya dan berlari ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya malam-malam. Nyonya Sinta, Arya dan Alma turun dari lantai atas. Karena Mina berteriak sekuatnya di luar kamar. Mereka melihat wajah Mina yang panik ketakutan. Entin yang tengah terlelap pun terbangun. Sambil menggisik-gisik mata dia keluar. “Ada apa sih, Min?” tanya Entin sambil sesekali menguap. Matanya mengerjap-ngerjap. Arya, Alma dan Nyonya Sinta menuruni tangga dan mendekat ke arah di mana Mina berada. “