Share

BAB 10

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2021-09-02 12:30:37

BAB 10

“Selamat datang, Non!” ucapnya sambil membungkuk menghormatiku. Aku melirik sekilas ke arah Bu Herman yang masih memegang uang beberapa lembar yang kuberikan. Aku melambaikan tangan padanya. Kulihat wajah wanita itu merah padam melihat perlakuan para penjaga rumah ini kepadaku. Apakah dia curiga siapa aku sebenarnya, entahlah?

Aku bergegas masuk ke dalam rumah setelah menyapa para penjaga. Kulihat rumah masih sepi, mungkin para ART sedang beristirahat di taman belakang. Biasanya setiap pukul sepuluh pagi mereka akan istirahat dan menikmati camilan-camilan atau sekedar minum teh atau kopi yang memang sudah disediakan.

Aku langsung menuju kamar utama. Kamar yang terpisah sendiri dan memiliki balkon yang cukup luas. Aku bergegas ganti pakaian menggunakan pakaian yang sudah disiapkan oleh ibu Mertuaku. Semenjak aku menikah dengan putranya, ibu mertuaku melarang aku memakai pakaian yang berkualitas rendah. Buka napa-apa katanya. Istri itu cerminan suaminya.

Aku membaringkan tubuhku di Kasur empuk ukuran king size bed. Menyalakan AC dan menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhku. Bahkan aku lupa jika aku belum makan siang. Namun deringan telepon rumah membuatku terhaga seketika.

Dengan mata yang masih menempel berat aku meraih gagang telepon.

Hallo!” kudengar suara Sindi dari seberang telepon. Rumah utama ini memasang telepon Telkom dan di setiap kamar ada satu unit pesawat telepon yang bisa terhubung hanya dengan kode extention.

“Apa Sin?” Aku mengenali suaranya tanpa harus membuka mata.

Ta, eh Non. Ada Nona Elisa mau ketemu Nyonya. Sudah saya bilang gak ada tapi dia memaksa naik ke atas!” ucapnya seperti ketakutan.

“Oh, ya, udah biar saya yang temui dia!” ucapku sambil menutup gagang telepon.

Aku duduk di tepi tempat tidur. Sebenarnya hatiku merasa gentar bertemu dengan selebritis papan atas seperti Elisa. Bagaimanapun terkait kecantikan dan kemodisan aku jauh di bawahnya. Begitupun tinggiku yang tidak sampai seratus enam puluh senti.

Namun aku pun penasaran menatap wajah aslinya. Apakah memang secantik tampilannya di layar kaca. Dia bukan hanya model majalah tapi juga termasuk dalam jajaran aktris terkenal Indonesia.

Aku mengambil pashmina instant. Berjalan dengan ragu menuju pintu. Sebetulnya hati berharap jika wanita itu sudah pergi dari sini.

Suara derit pintu menyaksikan kegundahan hatiku. Kepalaku menyembul dari kamar utama. Tatapan mataku langsung menuju kamar ibu mertuakau yang berseberangan terhalang oleh satu ruang keluarga.

Ah, wanita itu benar ada. Untuk pertama kalinya aku melihatnya secara langsung. Tubuhnya tinggi semampai. Kulitnya mulus dan putih. Rambutnya tergerai sebahu dengan model terbaru. Aku mengatur napas dan meredam degup jantung yang seolah berlarian. Ucapan supir pengemudi online kembali terngiang-ngiang.

“Nona Elisa itu kekasih pertama Tuan Muda Ashraf. Cuma memang akhir-akhir ini dikabarkan renggang karena adanya pihak ketiga!”

Wanita itu menoleh ke arahku. Kenapa aku menjadi berdebar seperti ini. Aku tidak merebut apapun. Hanya karena mendengar jika dia kekasih pertamanya suamiku dulu kenapa aku menjadi merasa insecure. Aku memantapkan hati untuk menyapanya.

“Nona, sedang apa di sana? Jika mencari Ibu Mertuaku, dia tidak ada!” ucapku akhirnya bisa berbicara dengan lantang. Padahal jari jemari ini sudah keringatan.

Wanita itu berjalan dengan anggun menghampiriku. Dia menatapku dari atas ke bawah dengan mata memicing kemudian tertawa.

“Ya ampuuun! Ashraf … jangan sampai seluruh dunia menertawakanmu dengan memilih wanita seperti ini sebagai penggantiku! Kamu suka main-main rupanya!” ucapannya seolah ditujukan pada dirinya sendiri tetapi aku tahu dia sedang merendahkanku.

“Mbak! Kamu yakin bisa bertahan dari ejekan media dengan berani menikahi seorang konglomerat muda yang kaya raya dengan tampilanmu yang kampungan seperti ini?” Dia menyilangkan tangannya di dada. Satu sudut bibirnya tersenyum merendahkanku.

“Heyyy! Nona … awalnya aku sangat kagum pada setiap tampilan dan pemberitaanmu di media. Namun ternyata sangat berbeda jauh dengan aslinya,” ucapku. Rasa gugup yang tadi mendera perlahan bergeser oleh rasa kesal dengan kalimat hinaan yang terlontar dari bibir indahnya.

“Nyalimu cukup besar ternyata! Tapi nyali besar saja tidak cukup … asal kamu tau, Ashraf hanya menjadikanmu pelarian! Jika aku menariknya kembali ke dalam pelukanku! Dengan gampangnya gadis sepertimu akan segera di singkirkan!” ucapnya.

“Tidak akan, suamiku sangat mencintaiku! Apalagi kami telah melewati malam-malam yang indah bersama! Dia menginginkanku bukan dirimu!” ucapku dengan tangan yang turut berlipat di dada dan mata menantang ke arahnya.

“Cih! Lihat saja nanti! Berapa lama Ashraf akan mempertahankanmu sebagai istri! Bisa jadi dia hanya ingin mencicipi rasa yang berbeda karena sudah terbiasa bermain denganku! Asal kamu tahu, kepiawan Ashraf di ranjang itu aku yang mengajarinya! ” ucapannya membuatku mual.

“Kalau tidak ada lagi keperluan silakan meninggalkan rumah suamiku!” Akhirnya aku sudah tidak tahan dengan sikap tamu yang ternyata sangat kurang ajar itu.

Dengan wajah menahan amarah dia melenggang pergi. Wanita yang sebetulnya kembali menggoyahkan keyakinanku akan pernikahan ini.

Aku kembali masuk ke kamar dan menjatuhkan tubuhku di atas dipan. Kedua telapak tanganku menutup wajahku. Aku mencoba menghapus bayang-bayang wanita menyebalkan itu. Aku hendak mencoba tidak peduli seperti aku tidak mempedulikan saudara-saudara sepupuku.

Namun ini berbeda. Hatiku seolah terbakar setiap kali terngiang ucapannya. Apakah dulu suamiku pernah tidur seranjang dengannya? Kenapa hatiku sakit dan pedih sekali Ya Tuhaan! Seandainya dia bukan Tuan Muda Ashraf mungkin sekarang aku sudah menelpon dan mencecarnya dengan rentetan pertanyaan.

Panas dan sesaknya hati semakin menjadi. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kamar. Berharap bertemu Rani atau Sindi untuk sekedar mengobrol. Namun ketikaku berada di pertengahan anak tangga. Aku melihat siluet wanita itu baru keluar dari pintu depan dengan Sindi yang terlihat begitu manut kepadanya.

Apakah tadi itu Sindi bekerja sama dengannya agar aku bertatap muka langsung dengan Elisa. Apakah mereka berdua yang bekerja sama untuk menerorku selama ini?

Aku sudah hendak memutar tubuhku kembali ke atas Ketika suara seseorang memanggilku.

“Permisi, Nona!”

Aku menoleh melihat sosok lelaki gemulai yang dulu merias wajahku Ketika hari pernikahan. Dia juga yang dipercaya suamiku untuk membuatkan gaun untuk acara resepsi nanti.

“Ya, Mike! Kenapa datang sekarang? Suamiku baru pulang beberapa hari lagi!” ucapku sambil menatap alis tipisnya yang melengkung seperti cerulit untuk perang.

“Justru itu Sis! Ayo kita ukur dulu buat gaunmu! Nanti suamimu datang semua sudah dalam pengerjaan! Kamu tahu sendiri kan selera Ashraf yang haru perfecto!” ucapnya sambil melambaikan tangan ke arahku.

Aku menapaki anak tangga satu persatu. Namun tiba-tiba kakiku menginjak sesuatu yang licin dan membuatku hilang keseimbangan.

“Awww!”

“Sisy!”

Mike berlari ke arahku. Beruntung aku bisa meraih pegangan tangga. Tuhan masih melindungiku.

“Sisy, kamu gak apa-apa?” tanyanya.

“Aku hanya sedikit terkilir!” jawabku sambil meringis melihat kakiku yang sedikit membengkak.

“Ayo kubantu ke kamar!” Mike hendak membopongku.

“Tidak, Mike! Nanti jadi fitnah! Panggilkan saja Rani dan Sindi untuk memapahku!” ucapku.

“Oke, kamu jangan kemana-mana! Tapi kamu tetap harus jadi ukur untuk pembuatan gaun! Aku tidak mau uang bonusku dipotong suamimu yang kejam itu!” ujar Mike sambil berlari memanggilkan Rani dan Sindi.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Wiwi Adja
boros banget baca disini. mendingan beli novel di gr*****a jauh lebih murah
goodnovel comment avatar
Fareez AkuMu
seperti nya Ada rencana jahat
goodnovel comment avatar
Agung Putra
menarik sih...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 11

    BAB 11“Oke, kamu jangan kemana-mana! Tapi kamu tetap harus jadi ukur suntuk pembuatan gaun! Aku tidak mau uang bonusku dipotong suamimu yang kejam itu!” ujar Mike sambil berlari memanggilkan Rani dan Sindi.Akhirnya Sindi dan Rani memapahku kembali ke kamar. Mereka berdua membantu memijat kakiku. Rani memoleskan salep pereda nyeri. Sementara Sindi memijiti kakiku.“Makasih ya, Ran, Sin!” ucapku.“Sudah kewajiban kami, Non!” ucap Rani mulai membiasakan diri.“Aku sebetulnya tidak suka kalian memanggilku seperti itu. Aku lebih suka kalian memanggilku seperti dulu,” ucapku.“Tapi kami harus terbiasa, gimanapun jika di depan Tuan Muda dan Nyonya memanggilmu seperti dulu pasti kami akan kena sanksi,” ucap Rani lagi. Sementara Sindi hanya mengangguk-angguk mendengarkan.Pintu terbuka. Mike datang dengan asissten wanitanya. Dia mem

    Last Updated : 2021-09-02
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 12

    BAB 12Tiba-tiba hatiku seolah terbentur benda dengan keras. Yang tergeletak itu adalah photo. Tidak hanya satu, tapi lebih dari itu. Namun itu bukan photoku ataupun photo pernikahan kami. Itu photo-photo suamiku dengan Elisa. Apakah dia masih menyimpan semua kenangan masa lalunya? Ataukah memang wanita itu belum pergi dari hatinya? Lalu aku ini apa?Aku kembali menarik diri keluar ruangan itu. Dengan hati yang masih kacau aku melangkah ke ruangan ibu mertuaku.Hanya butuh beberapa langkah akhirnya aku tiba di sana. Setelah menguatkan hati akhirnya aku mengetuk pintu itu perlahan.“Masuk!” Kudengar suara wanita paruh baya itu dari bilik kamarnya.Aku mendorong daun pintu. Segera kumelangkah berhambur memeluk wanita yang tengah tiduran itu. Suamiku rupanya di sini sedang memberinya makan,“Mah, gimana kondisinya?” tanyaku sambil berjalan ke arah mereka berdua.“Alhamdulilah,

    Last Updated : 2021-09-02
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 13

    BAB 13“Kamu berjanji akan mempercayaiku apapun yang akan kukatakan nanti?” tanyanya. Pupil hitamnya memandang lekat kedua netraku.Aku mengangguk. Karena hanya itu pilihannya.“Jika yang kukatakan itu membuatmu terluka, apakah kamu masih bersedia menjadi istriku?” pertanyaan berikutnya membuatku takut. Hati semakin menerka-nerka sejauh apa hubungan mereka dulu.Aku kembali mengangguk. Dia menarik napas panjang sebelum memulai cerita.“Pada waktu itu, aku sangat mencintai Elisa! Tidak ada wanita lain lagi yang kulirik selain dia. Kami berpacaran cukup lama dan melakukan hal-hal yang biasa orang lakukan pada umumnya!” ucapnya. Baru sampai pada kalimat itu aku sudah memejamkan mata. Mengatur napas dan menata keberanian untuk muncul kembali.“Apa yang mereka lakukan, Ya Tuhaaan?”“Heyyy!” Suamiku menepuk lembut punggung tanganku. Aku terperanjat da

    Last Updated : 2021-09-02
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 14

    BAB 14“B-Boss! Barang-barangnya sudah gak ada sekarang!” ucapnya sambil menatapku dan Mas Ashraf bergantian.Suamiku berdiri dan menghampirinya. Wajah Mike sudah terlihat pucat seperti kapas. Bagaimanapun semua orang mengenal Suamiku sebagai orang yang tegas.“Makasih, Mike!” ucapnya sambil menepuk bahu Mike dua kali kemudian memutar badan untuk beranjak ke lantai atas.“Makasih … untuk?” Mike mengernyitkan dahi sambil menatap punggung Suamiku.“Akhirnya aku akan segera tahu, siapa orang dalam rumah ini yang memihak Elisa? Taman belakang tersorot CCTV, jadi aku bisa segera mengetahuinya!” ucap Mas Ashraf sambil berlari meniti anak tangga.Kami saling melempar pandang. Wajah Mike berangsur membaik. Setelah Mas Ashraf tidak terlihat lagi, Jelly mengajakku bergegas ke ruang olah raga.“Silakan, Nona!” ucap Jelly sopan sa

    Last Updated : 2021-09-02
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 15

    BAB 15 – POV AshrafHari itu di salah satu butik milik Mike yang sudah menjadi langganan keluarga kami. Kami dipertemukan dengan seorang fashion desainer ternama yang sudah kuminta untuk merancang gaun pengantin itu.Aku memang sudah memesannya enam bulan lalu. Disaat hatiku mulai yakin jika dia adalah tujuan hidupku. Entah kepercayaan diri tingkat mana yang membuatku berani meminta dirancangkan sebuah gaun untuk seorang wanita biasa. Wanita yang bahkan pada saat itu sama sekali tidak tahu jika aku sudah menaruh hati padanya. Wanita yang memiliki daya tarik tersendiri.Wanita yang alunan suaranya mampu menggetarkan hatiku. Membuatku betah berlama-lama menguping dari luar kamar para ART dengan berpura-pura lewat untuk olah raga.Dia tidak pernah tahu, jika sudah begitu lama aku mengagumi alunan suara yang menggetarkan hati itu. Lantunan yang bisa membuat mataku berkaca-kaca meski aku tidak mengerti artinya.Jika

    Last Updated : 2021-09-02
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 16

    BAB 16 Mobil yang kami tumpangi akhirnya tiba di sebuah rumah besar. Hanya sebentar. Kata Suamiku ini adalah rumah pamannya. Adik tiri dari ayahnya.Kami hanya sebentar singgah di sana. Tidak ada keakraban dan keramahan yang terjalin. Bahkan aku merasakan ada tatapan mata yang seolah tajam menikam. Tatapan mata yang bagiku sangat menakutkan dari seorang lelaki yang suamiku panggil paman. Apakah karena aku dari keluarga tidak punya, lalu lelaki itu tidak menyukaiku?Sepanjang bertamu di sana, suamiku tak lepas menggamit jemariku. Aku merasakan ada hal yang aneh juga antara hubungannya. Masih teringat jelas beberapa kalimat yang Mas Ashraf ucapkan penuh penekanan.“Paman pikir, aku tidak bisa bahagia jika wanita itu tidak bersamaku? Paman salah … justru aku berterima kasih padamu karena telah menunjukkan kebusukannya sebelum pernikahan itu terjadi,” masih teringat jelas ucapan suamiku saat tadi

    Last Updated : 2021-09-02
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 17

    BAB 17[Ta, mau sembunyi di mana? Aku memang kehilangan jejak ketika mengikutimu waktu itu! Tapi aku bisa dengan mudah mendapatkan nomormu! Kalau mau semua baik-baik saja, temui aku di Café Bunga dekat pasar Siang, akhir minggu ini. Hafiz.]Ya, Tuhaaan! Dari mana juga Kang Hafiz bisa mendapatkan nomorku. Mas Ashraf menoleh ke arahku yang terlihat bingung.“Kenapa, Sayang?” tanyanya.Aku memberikan Iphone itu padanya. Bagaimanapun aku tidak bisa menyembunyikannya lagi. Terlebih nomor ini akan disita oleh suamiku sore ini. Alisnya saling bertaut sambil membaca deretan pesan yang tertera.“Siapa dia?” Mas Ashraf menoleh ke arahku. Sorot matanya meminta penjelasan.“D-Dia Kang Hafiz ….” Aku menundukkan kepala. Tidak kuasa netra ini bersitatap dengan tajam tatapannya.“Siapa Hafiz itu?” tanyanya memburu.“S-Seperti Nona Elisa

    Last Updated : 2021-09-02
  • DINIKAHI KONGLOMERAT   BAB 18

    BAB 18"Oh, jadi semua yang kamu ucapkan itu hanya bualan ... ternyata sebenarnya Sinta tidak lebih berharga daripada sebuah jabatan di perusahaanku!"Kulihat Kang Hafiz menunduk. Tangannya saling meremas satu sama lain.“Lain kali, tolong lebih hati-hati dalam bertindak dan berbuat! Menggoda dan memaksa istri orang, bisa saja saya masukkan ke dalam tuntutan hukum pasal perbuatan tidak menyenangkan!”Suamiku berkata penuh penekanan dan dengan kesan dingin. Kang Hafiz kulihat semakin menunduk dan wajahnya masih pucat seperti kapas.“T-tolong T-Tuan, j-jangan perkarakan saya ke ranah hukum!”Tanpa kusangka Kang Hafiz bersimpuh di bawah Kaki Mas Ashraf. Aku sampai menutup mulut tidak percaya! Gaya congkak dan sombongnya yang baru beberapa menit kulihat sudah menguap. Suamiku bergeming. Dia menggamit jemariku.“Saya pikirkan nanti! Selama kamu tidak berbuat onar dan

    Last Updated : 2021-09-02

Latest chapter

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 127_SDK2_38

    Pov Author Selamat Membaca! Maafkan kalau kurang maksimal. Masih oleng Mak Othornya 😁 Rumah Madina dan Alka sudah ramai sejak pagi. Beberapa tetangga turut rewang karena untuk pertama kalinya Madina dan Alka akan menyelenggarakan acara empat bulanan kehamilan untuk cucu pertamanya. Awalnya Nyonya Sinta bersikeras agar semua perayaan dilaksanakan di rumahnya. Namun Madina menolak, karena ingin terlibat langsung dalam syukuran calon cucu pertamanya itu. Meskipun demikian, Tuan Ashraf tidak kalah antusias dalam menyambut kehadiran cucu-cucunya. Lelaki yang masih terlihat jelas garis ketampanannya itu tidak mau tinggal diam. Sejak pagi, semua orang dibuat berdecak kagum dengan kiriman beragam makanan dengan kualitas premium ke kediaman besannya. Beragam makanan itu untuk

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 126_SDK32_37

    Pov Author Selamat Membaca! Alma menelan saliva. Benar-benar gugup dan takut. Khawatir jika dirinya memang belum hamil. Tidak kuasa melihat wajah Arya kecewa nanti. “Bismillah, semoga Engkau memudahkan segalanya,” batinnya. Arya menuju ke bagian pendaftaran. Beberapa pasang mata tampak mencuri-curi pandang pada lelaki yang menggamit jemarinya itu. Tampak mereka mengusap perutnya, mungkin berharap memiliki anak rupawan seperti lelaki gagah yang membersamai Alma. Usai daftar. Mereka duduk berjejeran dengan beberapa wanita hamil. Namanya juga poli kandungan, isinya kebanyakan wanita-wanita hamil pastinya. Tampak mereka bersama masing-masing pasangan. Hanya ada satu orang yang tampak sendirian, hamilnya sudah kentara mungkin sudah tujuh bulanan. “Hamil

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 125_SDK2_36

    Pov Alma (bulan madu) Extra part Gaess! Selamat Membaca! Coba komen yang masih hadir di sini! 😁 Hari ini kami sudah berada di salah satu tempat yang jauh dari keramaian. Kata Bang Arya kami ini sedang bulan madu. Di sini hanya ada kami berdua. Entah seberapa kaya suamiku ini. Satu area pulau ini katanya hanya di sewa oleh kami selama seminggu. Selain para pekerja yang memang ada, tidak ada lagi pengunjung lainnya. Bang Arya melingkarkan lengan kekarnya pada pinggangku. Aku menyandarkan kepalaku yang tak terbalut kerudung ini pada dada bidangnya. Kami duduk bersisian tanpa cela. Sesiang ini masih betah menikmati suasana cottage terbuka yang kami tempati. Dari sini, kami bisa langsung menatap indahnya riak gelombang lautan. Hembusan angin sepoi yang mendamaikan.&n

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 124_SDK2_35

    Pov Author “Bang, ini aku Alma---istrimu. Sadarlah, Bang! Maafkan aku yang bodoh ini! Kalau kamu sadar, aku berjanji akan mengabulkan apapun keinginanmu, Bang! Sadarlah, Bang!” ucapnya sambil terisak. Alma duduk pada kursi di tepi ranjang tempatnya berbaring. Detak jam dinding terdengar. Entah sudah berapa lama dia berbicara sendiri hingga akhirnya terlelap. Tiba-tiba dia menatap sosok berpakaian putih itu datang mendekat. Dia mengusap pucuk kepalanya dan berbisik. “Terima kasih, Dek … terima kasih sudah menjagaku,” lirihnya lembut. Wajahnya tampak. Gerak jemari yang digenggamnya membuat Alma mengerjap. Rupanya dia kembali tertidur dan bermimpi bertemu dengan Arya. “Bang, kamu sudah sadar?” Alma menata

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 123_SDK2_34

    Pov Alma Selamat Membaca! “Alma! Maafkan aku. Rumah tangga ini tidak bisa kita lanjutkan! Terima kasih sudah memberiku kebebasan! Aku bisa leluasa memilih hidupku ke depannya! Aku pergi … jaga diri baik-baik!” “B—Bang, B—Bang Arya!” Satu sentuhan mengguncang bahuku. Aku mengerjap ditengah isak. Rupanya aku tertidur selepas shalat isya tadi di kamar belakang. “Ma, kamu kenapa? Mimpi?” Anggrainin tengah menatapku. “Astagfirulloh ....” Aku menyeka sudut mata yang hangat. Aku menangis. Isaknya terbawa ke alam nyata. Barusan aku bermimpi, Bang Arya benar-benar terasa nyata. Dia memakai pakaian

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 122_SDK2_33

    Pov Author Selamat Membaca! Pikiran Arya berkecamuk. Semua campur aduk menjadi satu. Kalimat demi kalimat yang Azka ucapkan membuat dirinya benar-benar tidak bisa berpikir dengan baik. Ya, memang foto itu benar, dirinya dan Naila pernah mengikat janji untuk menua bersama. Semua yang Azka ucapkan itu benar, dia menikahi Alma karena pernah berjanji jika dia akan membalas hutang nyawa pada Azka dengan cara apapun juga. Menikahi Alma tanpa cinta, itu juga benar. Awalnya dia memperlakukan dengan baik karena rasa tanggung jawab akan amanah dari sahabatnya itu. Harusnya Arya senang ketika lelaki itu tidak lagi menuntutnya untuknya terkungkung dalam hutang budi. Dia sudah bisa bebas kembali ke dalam kehidupannya tanpa terikat janji pada Azka untuk memperla

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 121_SDK2_32

    Pov Author Selamat membaca! Azka menatap punggung Alma yang sudah menghilang dibalik angkutan. Azka tahu, Alma akan baik-baik saja di sana. Azka juga tahu jika sudah ada pancaran rasa dari setiap tatapan adiknya pada Arya. Namun dia tidak berpikir jika di hati Arya---sahabatnya masih ada Naila. Azka memutar sepeda motornya. Dia menuju sebuah café. Alamat itu didapatkannya dari Riani yang mengirimkan foto pada Alma beberapa waktu tadi. Azka berjalan memasuki café tersebut dan mengedarkan pandangan matanya ke seluruh ruangan. Benar saja, sosok yang dicarinya ada di sana. Arya tampak tengah duduk berhadap-hadapan dengan Naila. Tidak ada kesan resmi terkait pekerjaan. Bahkan tidak ada berkas dan laptop juga di antara mereka.

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 120_SDK2_31

    Pov Alma “Bismillahirrohmanirrohim!” Aku memejamkan mata sambil membuka amplop tersebut. Jujur hatiku bercampur antara was-was dan penasaran atas isi dalam amplop milik suamiku ini. Perlahan lembaran yang ada didalam itu kutarik keluar. Netraku menyipit, mengintip apa sebetulnya yang ada di dalam amplop ini. Tiba-tiba ada yang bergemuruh dalam dada. Ada dua lembar foto di sana. Tampak dalam gambar itu, suamiku sedang menyematkan cincin pada jemari seorang perempuan yang tidak lain ialah Naila. Begitupun pada foto yang satunya. Tampak dengan wajah sumringah, Naila menyematkan cincin pada jemari Bang Arya. "Ya Tuhaaan? Sejauh apa sebetulnya hubungan mereka dulu? Apakah mereka sudah bertunangan?" Hatiku rasanya tercubit. Meski itu masa l

  • DINIKAHI KONGLOMERAT   Bab 119_SDK2_30

    Pov Author Selamat Membaca! Teriakan dari kamar Mina membuat semuanya terbangun. Mina berlari keluar setelah berhasil mendorong tubuh Mang Pian yang seperti kerasukan. Lelaki itu berusaha mengendalikan dirinya dan berlari ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya malam-malam. Nyonya Sinta, Arya dan Alma turun dari lantai atas. Karena Mina berteriak sekuatnya di luar kamar. Mereka melihat wajah Mina yang panik ketakutan. Entin yang tengah terlelap pun terbangun. Sambil menggisik-gisik mata dia keluar. “Ada apa sih, Min?” tanya Entin sambil sesekali menguap. Matanya mengerjap-ngerjap. Arya, Alma dan Nyonya Sinta menuruni tangga dan mendekat ke arah di mana Mina berada. “

DMCA.com Protection Status