Share

Bab 9a

Penulis: ET. Widyastuti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Mbak, undangannya sudah aku kirim kemarin ya. Nanti kurir langsung antar ke kantor Mbak Ratih." Pesan Dini masuk ke ponselku

Dini memang adik yang dapat diandalkan. Saat aku malas-malasan mengurus semuanya, tangannya terbuka melakukan semua untukku. Bahkan, dia juga tak minta uang seperser pun untuk ganti biayanya.

"Gampang lah, Mbak, itungannya. Kan pesennya juga sekalian di teman aku. Jadi harga juga bisa miring," ucap Dini saat aku minta slip tagihannya, mau aku transfer sejumlah uang padanya.

"Mas Rizal udah transfer aku. Ntar kalau kurang, baru aku bilang sama kamu."

"Apa?" Aku melotot membaca pesan dari Dini. Bisa-bisanya Dini dan Rizal berkomunikasi di belakangku?

Apa aku cemburu? Sebenarnya bukan ke cemburu, tapi, semacam merasa dilangkahi saja. Tapi, ini semua juga salahku. Aku yang cuek dan tak mau tahu urusan pernikahan ini. Jadi, mungkin Dini yang ambil inisiatif.

"Tenang Mbak. Calon Kakak Iparku baik kok. Nggak neko-neko. Semua diserahin padaku, asal tahu bere
ET. Widyastuti

Terimakasih sudah mengikuti cerita ini. Jangan lupa mampir juga ke ceritaku yang lain BIARKAN AKU PERGI KETIKA DIRIMU MENDUA (BEST SELLER) DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI (TAMAT) PETAKA SALAH POSTING (TAMAT) AKU TAKKAN MENYERAH, MAS! (TAMAT) MENIKAH DENGAN TETANGGA JUTEK (ON GOING) Jangan lupa tinggalkan ulasan dan GEM sebagai bentuk dukungan atas karyaku. Terimakasih semuanya....

| 5
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Sri Rahayu T D
lanjunbaca tp sayang harus beli koin jadi tunda baca nunggu gajian
goodnovel comment avatar
Shofie Widdianto
aku lanjut baca di sini. ...
goodnovel comment avatar
Etika Hasminar
moga pernikahan nya samawa ya ratih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 9b

    Saat jam makan siang, tiba-tiba Anggi sudah berdiri di depan mejaku. Dia bersama Cyntia, staf yang sama-sama masih muda usia. Doyan banget kalau diajak ngomongin cowok. Aku biasanya hanya menjadi pendengar saja. Umurku sudah terlalu tua untuk ikut menjadi penilai lawan jenis. Aku tak bisa menolak saat Anggi dan Cyntia menyeretku ke kantin. Bahkan, mereka tak memberiku kesempatan menolak. "Ada apa, nih rame-rame?" Baru juga kami memilih lokasi duduk yang strategis di kantin, Bu Winda, staf paling senior di antara kami ikut nimbrung. "Ayo, Bu gabung. Kita mau interogerasi Mbak Ratih, nih, BU," ujar Cyntia dengan antusias. Apa pula anak ini. "Biarin aku yang pesen makan. Kamu jagain Mbak Ratih." Anggi langsung pergi begitu saja setelah bertitah. Aku benar-benar seperti di penjara. "Jadi, orang mana, siapa dia?" Cyntia sudah siap dengan pertanyaan. Aku yakin, sebelum menyeretku ke sini, Anggi dan Cyntia pasti sudah nghibahin aku. "Ini gara-gara Bu Winda kasih tahu mereka." Ak

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 9c

    “Ini utamanya buat yang akan menikah dengan duda yang sudah punya anak. Kalau Duda yang belum punya anak, mungkin poin ini nggak terlalu penting. Kenapa?” DI ujung kalimatnya, Bu Winda mengajukan pertanyaan retoris. "Karena mantan sang suami adalah ibu dari anak akan bakal menjadi anak sambungmu,” tambahnya. Dahiku lagi-lagi mengernyit. Apa ini yang dimaksud Rizal tempo hari? Dia tidak mau membuka alasannya berpisah dengan mamanya Sasti jika aku nggak korek-korek. Bisa jadi, agar aku lebih objektif menilai Desti. Bagaimana pun dia adalah mamanya Sasti. Kelak, kalau aku sudah menikah dengan Rizal, pasti pengasuhan Sasti juga tanggung jawabku. Namun, aku juga tak boleh memisahkan Sasti dengan mama kandungnya. Dia harus bisa menyayangi mama kandungnya terlepas dari apapun itu. “Dan terakhir." Bu Winda melanjutkan. "Pelajari masa lalu pasangan. Mengapa dia bisa gagal. Siapa tahu kamu bisa ambil pelajaran. Bukan untuk menjustifikasi, tapi, paling tidak, baik kamu dan dia tidak mengulan

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 10a

    Pagi-pagi, saat aku sudah siap hendak ke kantor. Tiba-tiba ponselku kembali berdering. Sebenarnya aku malas membukanya. Aku khawatir itu Desti yang mencoba menghubungiku karena ingin bertemu. Parahnya, aku tak menyimpan nomor Desti, atau orang-orang yang bagiku belum terlalu penting dan ke depan belum tentu berinteraksi lagi, termasuk nomor Rizal. Biasanya hanya akan kusimpan setelah aku merasa benar-benar perlu dan kelak akan banyak berhubungan lagi. Tapi, tunggu! Jangan-jangan ini Rizal.Nomor memanggil masih berkedip-kedip di ponselku. Tak ada foto profil karena belum tersimpan di kontak. Aku juga bukan penghafal angka. Tak mungkin aku mengingat angka-angka nomor telpon. Segera kuusap tombol hijau di aplikasi itu. “Assalamualaikum!” Deg! Suara pria terdengar di ujung telepon.Tak sadar senyumku mengembang. Dadaku rasanya berdebar tak karuan. Aku sudah biasa menerima telpon dari pria untuk urusan pekerjaan. Namun, suara pria yang diujung sana, tentu saja bukan masalah pekerja

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 10b

    Aku ingin tahu reaksi Rizal, apakah dia akan setuju atau tidak. Tapi, tak ada sahutan. “Zal, kamu nggak usah khawatir. Aku sudah istikharah,” lanjutku usai terdengar desahan nafasnya yang mengisyaratkan ketidaksukaan. . Sepertinya dia berat mengijinkanku. Sepertinya dia masih menyimpan kekhawatirannya padaku. Dia khawatir kalau aku termakan ucapan Desti karena mantan istrinya itu bisa saja memanfaatkan putri mereka sebagai alasan, agar aku iba. “Tih, tak semua sebaik kamu. Ada orang-orang yang punya rencana lain dibalik sikapnya yang manis,”tutur Rizal kemudian. Sebaik aku? Tubuhku seolah terbang melayang mendengar ucapan Rizal. Senyumku tak henti mengembang. Rizal bilang aku baik? Aku segera menekan-nekan telingaku untuk menyadarkan kalau aku tidak salah dengar. Lalu aku menata hati untuk kembali melanjutkan percakapan, agar Rizal tidak curiga bahwa aku sukses dibuatnya salah tingkah. “Kita tak boleh berburuk sangka, Zal,” tukasku, terdengar normatif. Terdengar dari balik

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 10c

    Aku hanya bisa menarik nafas, sebelum kemudian mengangguk pada Pak Amir. Ada rasa tak enak pada atasanku ini. Ini jam kerja. Desti malah mengangguku untuk sesuatu yang bukan urusan kerja. Padahal selama ini aku berusaha keras untuk menjaga profesionalitas. Setelah Pak Amir berlalu, melirik sekilas pada Desti dengan tatapan yang entahlah. Mungkin terlihat kesal, aku tak peduli. Biar Desti juga paham, aku tak sebaik yang dia kira. Meski kata-kata Rizal tentang kebaikanku sempat membuatku melambung, aku tak peduli. "Bisa ngomong di tempat lain? Kantin misalnya?" usul Desti saat aku mengajaknya ke luar. Di luar ruang kerjaku ada sofa yang biasa untuk menunggu klien atau tamu yang akan rapat atau bertemu dengan atasan kami. Dengan ogah-ogahan, aku mengajaknya ke kantin. Dengan lift, kami turun ke basemen. Ada kantin di sana. Kalau pagi-pagi begini, yang ada hanya menu sarapan. “Ada apa, sih, Mbak?” tanyaku. Usai Desti memesan dua cangkir capucino. Satu buatku, dan satu lagi untuknya.

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 11a

    Aku sudah tak menggubris kedatangan Desti lagi. Meski dalam hati, aku tetap was-was. Was-was kalau dia nekat balik ke ruangan dan minta ijin ke Pak Amir lagi untuk menemuiku. Padahal bosku itu orangnya saklek. Nggak mau mencampur urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Sepanjang pekerjaan, aku berusaha untuk tak memikirkan Desti. Orang bilang, semakin dekat hari H, semakin banyak godaan. “Mba Ratih, ada yang nyari, tuh.”Anggi yang baru datang dari luar mendekat ke mejaku. Gadis itu tampak bahagia menatapku. Bibirnya cengar-cengir nggak jelas. Aku menatapnya sembari mengerutkan kening. Siapa lagi? Apa mungkin Desti masih berada di sekitar sini? Tapi, buru-buru Anggi mendekatkan wajahnya ke telingaku sambil berbisik, “Duren!” “Ecieeee!” lanjutnya dengan suara agak keras sekaligus tertawa meledek. "Stttt!" Refleks aku meletakkan telunjuk di depan bibir. Bocah ini malah membuat teman-teman tengah fokus bekerja, jadi menatap ke arah kami. Aku mendelik disertai kening yang berker

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 11b

    Duh. Dilihat seperti itu, aku bertambah malu. Apa aku lancang? Apa aku tidak sopan kalau mengajaknya makan? Tapi, bukannya dia datang dari jauh? Kantornya saja tidak berada di sekitar sini? Tidak salah 'kan kalau aku menawari makan. Lagi pula, seharusnya dia tidak perlu repot ke sini. Aku bisa mengirim undangan ini lewat aplikasi jasa pengiriman yang betebaran. Boleh kan aku GR kalau dia sebenarnya ingin menemuiku? “Ya udah, ayok,” ujarnya seraya tersenyum. Manisnya membuatku sukses mabuk kepayang. Aku segera melesat kembali ke meja untuk mengambil dompet. Hatiku girang tak terkira. Mirip seperti anak kecil mendapatkan permen. Ya Tuhan, apakah begini rasanya jatuh cinta? Bahkan, aku sampai tak memperdulikan Pak Amir, atasanku yang sedang berdiri di depan ruangannya. Padahal, sepertinya dia kebingungan mencari sesuatu. Aku hanya fokus bisa bersama dengan Rizal siang ini. "Ecieee... mau ngedate sama duren, nih, ye?" Anggi lagi-lagi meledek. Kontan sorakan dari teman kerjaku yang

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Bab 11c

    Kutunggu reaksinya sejenak dengan perasaan was-was. Namun, ternyata dia biasa saja. Ekspresinya tak berubah sama sekali. Malah, dia seolah menunggu ceritaku selanjutnya. “Dia tahu-tahu datang. Bahkan, sampai minta ijin ke Pak Amir, atasanku, kalau dia mau bicara penting sama aku,” lanjutku. "Ke atasanmu?" Senyum miring tercipta di bibir Rizal. "Iya." Aku mengangguk. Tiba-tiba aku merasa penasaran dengan pertanyaan Rizal ini. "Apa kira-kira dia kenal sama Pak Amir?" Rizal mengedikkan bahunya. "Dia memang begitu. Semua orang, kadang dianggapnya remeh, lebih rendah dari dia. Makanya dia merasa tak segan ke atasanmu, kalau kamu nggak menuruti perintahnya." "Oh...." Aku mulai paham sekarang. Betapa beraninya Desti masuk ke ruangan Pak Amir tadi pagi. Padahal, kami yang stafnya aja sungkan. Hanya kalau terpaksa, dipanggil atau harus melapor saja, kamu masuk ke ruangan itu. Lontong pecel pesanan kami pun datang, beserta minuman yang aku pesan tadi. Diam-diam aku mencuri pandang pa

Bab terbaru

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 72

    “Besok aku ke kantor. Kita meeting semua ya. Jam delapan harus sudah siap.” Rizal tegas memberikan instruksi. Rizal teringat ancaman mantan mertua dan mantan iparnya. Mungkin ini adalah titik kulminasinya, setelah mereka tahu, pada siapa akhirnya Rizal memutuskan. Pasti saat dia tidak ada di kantor, mantan mertua dan iparnya itu mencarinya. Atau bisa jadi mereka mendengar dari Prita atau malah Desti sendiri. Bukannya dia sendiri yang mengenalkan Desti pada Ratih. Dan cerita Ratih kalau Desti pun berusaha menemuinya di kantor.“Minum, Mas.” Rizal tergagap saat Ratih sudah di dekatnya membawa segelas air putih.“Besok mulai kerja?” sambung Ratih. Ratih paham, urusan pekerjaan pasti sangat beragam.”Iya. Jam delapan ada meeting.”“Mau disiapkan sesuatu?”Rizal tersenyum. Pertanyaan Ratih mengingatkan statusnya yang sudah tak duda lagi.Kalau biasanya dia memikirkan diri sendiri, kini ada orang lain di sampingnya.”Kok malah senyum-senyum doang? Kamu biasanya pagi sarapan apa? Nasi goren

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 71

    Rizal menghentikan mobilnya di luar kompleks perumahan. Nomor Gilang disegera dihubunginya. “Lang, ketemuan sekarang!” ucapnya begitu nomor Gilang tersambung. “Astaga. Ada apa lagi sih, Zal. Udah berapa kali kamu ganggu aku?” terdengar suara ketus dari Gilang. “Bisa nggak?” Rizal tak menimpali ucapan Gilang. “Nggak bisa, Bos. Gue ini cuma pegawai rendahan. Nggak kayak elu yang CEO! Jam makan siang, deh,” tawar Gilang. “Justru gue nggak bisa jam makan siang.” “Eits. Tumben?” “Nggak usah ngeledek. Besok siang. Awas jangan bikin janji sama yang lain!” ”Ya nggak bisa jamin juga....” Gilang belum selesai bicara, namun Rizal dengan semena-mena menutup sambungan teleponnya. Pikiran Rizal sedikit terganggu dengan beragam hal. Pertama pertemuannya dengan Desta. Cepat atau lambat, keluarga Desti pasti tak akan tinggal diam mengetahui dirinya memutuskan menikah lagi, dan bukan dengan Desti. Padahal Papa Desti sudah berulang kali memintanya. Dan, perusahaan yang dipegangnya, tentu sekara

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 70

    ”Makasih, Sa.” Ekor mata Ratih mencari-cari Rizal yang tak kunjung kelihatan. Teman SMA-nya itu baru saja keluar dari supermarket. Dia tengah membawa tentengan belanjaan. “Ingat pesanku dulu. Jangan sampai kamu dimanfaatkan oleh Rizal.” Suara Danisa terdengar tegas dan mengancam. ”Aku duluan. Salam buat Rizal,” sambungnya. Belum sempat mencegah, Danisa sudah berlalu. “Kok malah bengong. Ayo. Katanya mau belanja.” Rizal mengambil alih troly yang dipegang Ratih. Mereka berdua masuk ke dalam area supermarket. Meski hari masih pagi, tapi supermarket ini sudah buka. ”Tadi ada Danisa. Kamu ingat kan? Nitip salam buat kamu.” Ratih berbicara sambil memberi kode Rizal untuk berhenti di stand aneka seafood. Kalimat paling belakang, sungguh menganggu Rizal. Rizal tahu, itu bukan salam biasa layaknya teman. Danisa, memang pernah kuliah satu kampus dengannya. Dulu, seperti Ratih, gadis itu dulu sering mencari perhatian padanya. Namun, lagi-lagi, Danisa bukan tipe yang Rizal inginkan.

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 69

    Darah Rizal seolah mendidih. Dari kejauahan dia melihat istrinya yang tengah ngobrol dengan seorang pria.Awalnya dia pikir hanya seseorang yang ingin bertanya sesuatu. Namun, mendadak, dia merasa cukup mengenal sosok itu.Sejenak Rizal berusaha mengingat, hingga satu nama ada di kepalanya. Ya, saat itu, dia bertemu dengan pria itu di pusat kuliner di ibukota saat tengah janjian makan siang dengan Gilang.Ya, benar. Itu adalah pria yang akan dikenalkan pada Ratih oleh Gilang.[Lang, sepupu Sekar yang kamu sebut tempo hari namanya siapa?] Rizal langsung mengirim pesan ke Gilang. Dia sungguh tak mengingatnya.[Sepupu Sekar yang mana?] Tumben Gilang langsung membalas. Padahal biasanya sepagi itu dia akan sibuk dengan urusan domestic dan anak-anaknya.[Yang kamu kenalin ke aku sebelum aku melamar Ratih.][Hah? Emang ada apa? Pengantin baru kok malah nanyain rival?] Sebuah emotikon tawa ngakak terlihat di layar ponsel Rizal.Tanpa menunggu lama, Rizal langsung menelon sahabatnya itu.”Jawa

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 68

    “Mas, bangun. Udah adzan!” Tepukan lembut di pipi kanan sekaligus suara lembut yang memenuhi gendang telinganya membuat mata Rizal mengerjap.Pria itu bak hidup di alam mimpi. Bahkan dia baru menyadari di mana dia berada.“Jam berapa ini?” tanyanya. Tubuhnya merasa sungguh kelelahan. Dia bahkan seolah mati suri.”Jam 5.””Hah? Jam 5?”Rizal yang tadinya masih malas membuka mata, kaget dan refleks langsung terduduk.”Kok kamu baru bangunin?” Matanya masih berusaha mengerjap. Rambutnya acak-acakan. Namun tangannya sibuk mencari ponsel. Meyakinkan kalau dia benar-benar bangun kesiangan.Ditanya begitu, Ratih hanya terdiam. Dia memang sengaja tak membangunkan Rizal sebelum dia rapi.Ratih sudah mandi. Aroma sampo sudah tercium.Rizal langsung melompat dari tempat tidurnya. Dia tak peduli dengan penampilannya yang acak-acakan.“Siapin bajuku!” teriak Rizal sebelum dia menutup pintu kamar mandi.Sebenarnya dahulu saat masih bersama Desti, bahkan Rizal tak pernah meminta istrinya itu menyiap

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 67

    ”Dik, yuk kita balik. Barang-barang sudah mau diantar.” Rizal berucap setelah emnerima telepon dari seseorang. Rupanya pengirim barang yang dibelinya tadi sudah hampir tiba di rumahnya.Ratih mengiyakan.“Di, aku tunggu di rumah baru, ya!” Rizal memberi titah pada pemuda yang tengah menyusun barang-barang Rizal ke mobil box.“Siap, Mas!”Dalam perjalanan pulang mereka tak banyak bicara.”Dekat ya, Mas?” tanya Ratih setelah masuk ke kompleks yang dikunjungi pertama tadi.”Ya, kurang lebih. Sasti kan sekolahnya sekitar sini. Nggak mungkin pindah jauh-jauh,” ucap Rizal.Ratih mengangguk paham. Apalagi bapak-bapak seperti Rizal pasti rumit kalau ingin memindahkan putrinya ke sekolah yang baru.”Saat ini, mungkin kamu nggak akan masalah dengan anak suami kamu. Tapi, kita nggak tahu setelahnya. Jadi, hati kamu harus seluas samudera jika suami kamu bakal banyak mementingkan anak sambung kamu. Dia juga pasti punya beban sendiri dalam membesarkannya. Akan lebih baik kamu selalu support dia, di

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 66

    Mobil yang dikendarai Rizal masuk ke halaman.”Aman semuanya?” tanya Rizal pada Pardi sambil membuka kaca mobilnya. Pemuda yang selain membantu Rizal bersih-bersih, juga kadang merangkap menjadi orang kepercayaannya.“Aman, Mas.”“Pardi ini juga dari kampung kita. Masih saudara. Dia ikut sejak lulus SMA. Dia sekarang kerja sama aku, sambil aku suruh kuliah,” terang Rizal.”Jadi, ini rumah kamu?” tanya Ratih.Mobil Rizal berhenti.”Betul. Ini rumah aku dan Desti dulu. Sebentar lagi akan laku. Aku sudah menjualnya. Sebelum pulang kemarin, Mbak Siti sudah packing barang-barangnya dan milik Sasti. Barang-barangku juga. Nanti kita bawa ke rumah baru. Sisanya, semua furniture dan perabot, akan dijual saja. Hasil penjualan, aku bagi dua dengan Desti.”Ratih mengangguk.“Ayo turun,” ajak Rizal.Pria itu membuka pintu depan.Tak bisa dikatakan mewah jika dibanding rumah artis. Namun, tergolong cukup elit untuk ukuran masyarakat awam. Barang-barangnya pun terlihat berkelas.Rizal mencuri pandan

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 65

    Rizal terkekeh melihat Ratih yang belum nyambung. Puas rasanya dia bisa bercanda dengan pasangan. Hal yang hilang dari impiannya selama ini.Buat apa menikah, kalau semuanya palsu. Bahkan, selama pernikahannya, dia tak bisa menjadi dirinya sendiri. Sudah berkorban menjadikan pasangan sebagai ratu, malah berakhir dikhianati.Namun, Rizal tak ingin memutar waktu. Semua dapat diambil hikmahnya. Dia punya putri yang cantik. Dan tak menyesalinya.”Ayo, kalau sudah, kita bayar.” Rizal langsung menghubungi petugas di toko itu, menunjukkan item yang hendak dibeli, dan petugas mengecek ketersediaan di gudang.”Serius kamu beli semuanya?””Itu belum semua sayang. Bulan depan, kita beli lagi barang yang masih diperlukan. Sekarang seadanya dulu.”Ratih menghela nafas.“Kalau kamu bilang langsung belanja, aku bawa amplop dari teman-teman,” bisik Ratih.“Oh, klo gitu, besok kita belanja lagi…” Rizal mengedip-ngedipkan matanya.Refleks Ratih memukul lengan Rizal.“Coba hitung, sejak ijab qobul, kamu

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 64

    ”Sate Kambing, mau?” Rizal mengedip-kedipkan matanya.“Iya, nggak papa. Emangnya kenapa?” tanya Ratih. Bukannya dia sudah bilang mau apa saja.”Sama tongseng juga?” tawar Rizal tanpa menjawab pertanyaan Ratih.”Boleh.” Ratih tak mau ambil pusing masalah menu makanan. Dia malah kepikiran dengan rumah yang hendak mereka tinggali.Selama ini, Ratih tak berfikir sejauh itu. Dia pikir Rizal sudah punya rumah, jadi dia tinggal angkat koper. Meski sebenarnya dia mau menikah dengan duda, bukan karena asetnya. Tapi buat apa beli baru kalau yang lama masih ada dan masih bisa dipakai.”Nggak berubah pikiran?” tanya Rizal dengan ekspresi jahilnya. ”Kalau udah dipesan, nggak bisa berubah lho.”Ratih mendengus. Keningnya berkerut. “Seperti ada yang tidak beres,” gumamnya dalam hati.Kenapa Rizal berubah aneh. Apa selama sepuluh tahun memang banyak yang berubah. Atau selama ini dia memang tak tahu karakter Rizal.Kadang terlalu mengagumi orang, dapat menutupi sikap-sikap lainnya yang tak pernah terp

DMCA.com Protection Status