Home / Romansa / DIKIRA PENJUAL NASI KUNING / RAHASIA di MASA SILAM

Share

RAHASIA di MASA SILAM

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2024-06-05 18:11:47

POV : DIKTA

Mama jatuh pingsan setelah mendengar pertanyaanku tadi. Papa membawanya ke kamar sembari memijit kakinya perlahan. Sementara Tante Lisa dan Rania masih di ruang tengah menunggu mama sampai siuman sebelum pamit pulang, katanya.

"Papa sama ibunya Lana memang pernah menikah, Dikta. Dia cinta pertama papa, hanya saja almarhum opa sama Oma kamu nggak setuju lalu menjodohkan papa dengan mamamu." Tanpa kutanya papa menjelaskan tentang masa lalunya. Mungkin papa tadi sempat mendengarkan obrolanku dengan mama sebelum akhirnya pingsan.

Kisah papa mirip denganku saat ini yang tak direstui mama. Lana sama-sama cinta pertamaku, tapi mama bersikeras menentang hubungan ini dengan berbagai alasan.

"Terus, Pa?" Aku mendongak, menanti cerita papa selanjutnya.

"Ibunya Lana orang biasa, hal itulah yang membuat almarhum Opa dan Omamu menolak keras. Namun, papa sangat mencintainya. Sama seperti kamu mencintai Lana. Papa pun begitu. Bagi papa ibunya Lana itu spesial meski terlahir dari kelu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   PELAKU

    POV : DIKTA"Kalian bahas apa?" tanya mama dengan tatapan sayu dan lemas. "Nggak kok, Ma. Sekadar cerita tentang masa lalu. Dikta sudah dewasa, dia sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karena itu pula papa merasa dia berhak tahu tentang masa lalu kita dan apa yang membuat mama begitu menolak Lana sebagai calon istrinya Dikta." Mama membulatkan mata, seolah tak setuju dengan keputusan papa. Namun, kali ini seolah tak peduli dengan penolakan mama, papa justru melanjutkan kembali ceritanya. "Dulu papa memang sempat frustasi karena kepergian Rahayu. Papa merasa bersalah selama berbulan-bulan. Namun, akhirnya papa sadar jika jodoh tak mungkin salah tempat. Mungkin memang dia bukan jodoh papa dan mamamulah jodoh yang dituliskan Allah untuk papa di Laut MahfuzNya. Seperti pesan terakhir Rahayu sebelum dia pergi, dia minta papa untuk menjadi suami dan ayah yang baik. Dia berharap papa bisa bahagia meski tanpanya dan dia pun mengharapkan hal yang sama, bahagia meski tanp

    Last Updated : 2024-06-05
  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   CURIGA

    POV : DIKTA[Plat nomor mobil ini yang menabrakku tempo hari di depan sekolah, Mas. Aku foto dari rekaman cctv. Sepertinya aku cukup familiar dengan nomornya sebab tadi aku lihat ada di garasi rumah Mas Dikta]Aku membaca kembali pesan yang dikirimkan Ryan. Kupejamkan mata beberapa saat untuk meredam emosi yang tiba-tiba saja kembali meningkat. Benarkah mama yang menabrak Ryan tempo hari? Jika memang iya, betapa teganya mama melakukan itu semua apalagi pada anak yatim piatu. Apa sebenarnya yang mama inginkan? Apakah sengaja membuat Ryan celaka agar Lana menyerah dan mundur karena tak ingin mama semakin brutal? Ryan nggak salah apapun, tapi mengapa mama tega melakukan ini semua padanya?Kudengar mama dan dua tamunya saling tertawa di ruang keluarga. Ingin rasanya mencecar mama soal kecelakaan Ryan ini, tapi aku nggak mau orang lain mendengarnya. Aku masih menghargai mama sebab walau bagaimanapun dia tetaplah perempuan yang melahirkanku ke dunia. Tak mungkin sengaja mempermalukannya d

    Last Updated : 2024-06-07
  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   SANDIWARA TERKUAK

    POV : DIKTA "Ajak Riana ngobrol, Dikta. Mama juga mau ngobrol sama Tante Lisa." Aku menghela napas panjang lalu menyandarkan punggung ke sofa. Daripada bengong, kuambil handphone di saku celana lalu membaca beberapa pesan yang masuk. [Mas, maaf kalau pesanku tadi menyinggung Mas Dikta. Aku hanya nggak ingin terjadi sesuatu sama Mbak Lana makanya secepatnya membongkar masalah itu. Bukannya aku buruk sangka, cuma sepertinya kecelakaan kemarin memang disengaja. Mungkin Mas Dikta juga nggak tahu kalau Tante Delima pernah datang ke sini sama Mbak Laura. Tante Delima bilang perempuan itu kekasih Mas Dikta. Tante Delima mengancam Mbak Lana supaya berhenti mendekati Mas Dikta. Tolong jangan bilang Mbak Lana kalau aku cerita tentang ini, Mas. Dia bisa marah besar sama aku] Pesan Ryan benar-benar membuatku ternganga. Laura? Ngapain mama menemui perempuan itu lagi. Apa mama pengin punya menantu materialistis seperti dia? Sudah berulang kali aku bilang bagaimana sikap Laura sebenarnya, tapi m

    Last Updated : 2024-06-07
  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   TAK PERCAYA

    POV : DIKTA "Aku sudah mendengar semua obrolan dan rencana kalian," ucapku sembari keluar dari area taman. Tadinya melipir ke sana karena mau menelpon Ryan dan menanyakan kejelasan soal kabar kecelakaan itu, tapi mendadak berubah haluan setelah mendengar rencana busuk dua perempuan itu. Wajah-wajah yang berubah seperti bidadari saat bersama mama, tapi berubah syaitan saat di belakang mama. "Kenapa? Kaget kalau aku masih di sini?" Aku tersenyum tipis ke arah anak dan mamanya yang masih mematung di samping mobil yang ternyata bukan milik mereka sendiri melainkan menyewanya dari orang lain itu. Keduanya menjadi salah tingkah. Wajar, karena topengnya terbongkar mendadak. "Obrolan apa sih, Dikta? Aku sama mama cuma ngobrolin arisan kok," balas Riana dengan sedikit gugup lalu pura-pura tersenyum tipis. "Iya, Nak Dikta. Tante cuma bahas soal bisnis perhiasan Tante sama mama kamu yang mulai berkembang." Tante Lisa pun ikut mengelak. Anak dan ibu sama saja pandai bersandiwara. "Kalian pi

    Last Updated : 2024-06-08
  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   CEKCOK

    POV : DIKTA"Mungkin mama mau menuruti papa agar tak cemburu lagi pada Rahayu, tapi mama minta maaf kalau mama tetap nggak setuju anak Rahayu yang akan menjadi menantu kita. Kehadirannya tetap akan membuat papa mengingat mamanya dan membuat mama kembali membencinya." "Buang jauh-jauh dendam di hati mama supaya mama bisa menerima kenyataan jika anak kita memang mencintai anak itu, Ma. Papa yakin sebenarnya mama berhati baik, hanya saja rasa cemburu dan sakit hati itu masih begitu melekat di hati mama. Makanya mama bisa sekeras sekarang. Percayalah, Ma. Sekalipun Lana menjadi menantu kita, tak akan pernah mengubah rasa sayang papa sama mama. Hubungan papa dan ibunya Lana sudah kandas bahkan dia sudah tenang di sisiNya,ngapain terus dibahas? Jangan terlalu memusuhi anak yatim piatu, Ma. Bisa dosa besar jika kita mendzalimi mereka, Ma." Aku yakin kali ini papa mulai mengusap lengan mama lalu memeluknya. Kelembutan dan kesabaran hati papa saat melihat kemarahan mama benar-benar membuatku

    Last Updated : 2024-06-08
  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   KEPUTUSAN AKHIR

    [Lana, sudah selesai istikharahnya, kan?] Pesan dari Mas Radit membuatku tercekat seketika. Aku memang sempat bilang sama Ibu Sulis soal istikharah itu. Mungkin wanita berhati lembut itu memberi tahu Mas Radit jika aku sudah siap dengan jawabannya. Beberapa kali istikharah untuk memilih antara Dikta dengan Mas Radit, hati ini tetap fokus pada satu nama saja, Dikta. Meski belum bisa meluluhkan hati Tante Delima, tapi aku yakin sekeras-kerasnya batu akan rapuh juga oleh tetesan air yang terus-menerus menimpanya. Aku berharap bisa menjadi air yang akan meluluhkan hatinya suatu saat nanti. Mas Radit bukan lelaki yang buruk. Dia bahkan nyaris sempurna, tampan, mapan, perhatian, sopan, patuh pada orang tua dan banyak kebaikan yang dia punya. Hanya saja cinta memang tak bisa dipaksakan bukan? Aku tak mencintainya dan menganggap dia seperti keluarga, oleh karena itulah aku memilih Dikta sebab sejak dulu memang hanya dia satu-satunya lelaki yang membuatku jatuh hati. [Alhamdulillah.

    Last Updated : 2024-06-09
  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   SALING MENGANCAM

    Aku benar-benar kaget saat melihat perempuan itu sudah ada di sampingku. Entah sejak kapan, aku pun tak tahu sebab fokus pada lamunanku sendiri sejak beberapa menit lalu. "Jangan kasar begitu bisa kan?" omelku kesal saat merasakan perih di lenganku. "Sok ngatur lagi, emang kamu siapa hah?! Itu belum seberapa, Lana. Kalau kamu masih saja berhubungan dengan Dikta, aku bisa melakukan hal yang lebih parah daripada ini. Mengerti?!" Riana berkacak pinggang di depanku dengan wajah memerah. Entah kesambet dari mana dia sampai pagi-pagi begini sudah ada di sini dengan emosi yang meluap-luap. "Kamu mengancamku, Ri?" tanyaku santai meski dalam hati khawatir apa yang akan dilakukannya. Aku sedikit trauma dengan kecelakaan Ryan tempo hari yang ternyata karena ulah mamanya Dikta. Bisa saja Riana melakukan hal yang sama bukan? Jika tak bisa membuatku celaka, dia bisa jadi membuat Ryan terluka. Aku benar-benar nggak habis pikir kenapa mereka selalu membenciku dan menentang hubungan ini. Apakah me

    Last Updated : 2024-06-09
  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   PERTEMUAN

    "Mas Radit kok di sini?" tanyaku cukup kaget melihat laki-laki itu sudah ada di sampingku. Mungkin dia hanya kebetulan lewat saja dan tak berniat untuk menodong jawabanku sekarang. Soalnya tempat kerja Mas Radit memang tak terlalu jauh dari sini. "Iya, Lan. Kebetulan nanti malam bapak minta aku untuk mengantarnya ke rumah Pakde di luar kota. Jadi, nggak bisa ketemu kamu. Makanya aku datang sekarang." "Mas Radit nggak nagih jawaban sekarang kan?" tanyaku sedikit gugup. Laki-laki itu justru tersenyum tipis sembari menatapku lekat. "Sekalian saja, Lan. Bukannya jawaban pagi ini ataupun nanti malam akan tetap sama?" Laki-laki itu kembali mengulum senyum."Iya juga sih, Mas. Cuma belum latihan. Eh maksudku bingung jawabnya." Aku memilih ujung hijab saking gugupnya. "Nggak usah bingung, ikuti kata hatimu saja. Jangan memaksakan sesuatu untuk menerima di saat hatimu menolaknya. Begitu pula sebaliknya, Lana. Kamu harus yakinkan hatimu sendiri, bahagia nggak dengan keputusan itu." Mas Radi

    Last Updated : 2024-06-10

Latest chapter

  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   KEJUTAN SPESIAL [END]

    "Cantik." Suara itu terdengar di ambang pintu kamar saat Mbak Agnes fokus merapikan kebaya berwarna salem dengan taburan swarovski yang membuatnya semakin terlihat elegan.Mbak Agnes ikut menoleh lalu tersenyum lebar."Siapa dulu calon suaminya," ujarnya memuji. Kulihat sosok itu dari cermin yang kini memantulkan bayanganku dengan balutan kebaya yang kupilih, senada dengan jas dan celana panjangnya. Dikta, lelaki itu terlihat semakin tampan dengan penampilannya sekarang. Dia masih bersedekap sembari menatapku lekat."Ngapain ke sini, Dikta? Harusnya kamu di luar menyambut tamu, sebentar lagi penghulu juga datang," ujarku sedikit gugup. Aku mendadak salah tingkah saat ditatap begitu lekat olehnya. Mbak Agnes pun tak henti menggodaku, membuat wajah ini mulai memerah seperti tomat matang."Nggak apa-apa, Lana. Calon suami mau lihat calon istrinya masa nggak boleh. Takut diculik mungkin." Mbak Agnes kembali terkekeh."Jangan digoda lagi, Mbak. Calon istriku itu memang pemalu. Takutnya ng

  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   WILL YOU MARRY ME?

    Aku dan Dikta berjalan beriringan keluar bioskop, sementara Denada dan teman-teman yang lain sepertinya sudah pulang sejak beberapa menit lalu. Kulihat jarum jam menunjuk angka setengah sembilan malam. Weekend begini jalanan masih ramai bahkan padat di beberapa tempat. "Kita ke taman Bianglala dulu, Lan. Mau?" tanya Dikta tiba-tiba setelah menghentikan mobilnya perlahan karena terjebak lampu merah. "Jadi kangen taman itu ya setelah nonton film kita." Aku dan Dikta bersitatap lalu sama-sama tersenyum. "Ternyata kamu seromantis itu, Lan. Mengingat semua momen kebersamaan kita dulu. Novelmu cukup detail menceritakan kisah kita dan ternyata ending yang kamu tulis nyaris sama dengan kejadian aslinya. Hanya saja kita belum menikah, sementara dalam novelmu Dikta dan Lana sudah menikah dan hidup bahagia." Dikta menatapku sekilas lalu kembali fokus dengan stirnya. "Iya, Dik. Kita sudah lamaran dan sebentar lagi kamu akan menikahiku bukan? Itu artinya imajinasiku dulu akan menjadi kenyataan

  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   KADO YANG MANIS

    "Mbak Lana!" Aku dan Dikta yang masih duduk santai di lantai atas menoleh seketika. Di samping tangga kulihat gadis cantik dengan hijab cokelatnya tersenyum lebar ke arahku. Aku menatap Dikta beberapa saat lalu kembali pada perempuan modis itu."Denada," ujar Dikta membuatku kembali tersenyum. Baru kali ini aku melihat adik Dikta yang cantik itu. Usianya menginjak dua puluh satu tahun. Beda empat tahun dibandingkan kakaknya. Meski jarak usia mereka tak terlalu dekat, tapi kulihat keduanya cukup akrab. Denada datang dengan wajah cerianya lalu menyalamiku dan Dikta. "Buat calon kakak iparku yang cantik sekaligus penulis favoritku." Denada sedikit berteriak sembari memberikan sebuah kado untukku. Dikta tersentak melihatku yang sudah akrab dan terlihat cocok dengan adiknya. Dia pasti bingung dan tak menyangka kami seakrab ini. "Kalian akrab banget kaya sudah kenal lama." Dikta mulai curiga. Dia menatapku dan Denada bergantian. "Memang sudah kenal lama kakakku sayang." Denada merangkul

  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   YOU ARE MINE

    "You are mine." Lagi kudengar kalimat spesial darinya, membuatku semakin berbunga. "Iya, iya. Semoga saja prosesnya tak membutuhkan waktu yang lama. Nanti kamu ikut aku buat urus ini itu kan?" Aku menoleh ke arahnya yang masih menyandarkan punggung ke sofa sembari menatapku lekat. Senyum tulusnya kembali terukir di bibir. Dia mengangguk lalu mengedipkan kedua matanya yang bening itu. "Tentu aku akan selalu dampingi kamu, Lana. Aku benar-benar bangga memiliki kamu. Perempuan hebat, mandiri dan istimewa." Lagi, pujiannya membuat hidungku kembang kempis. Gegas mengalihkan pandangan sebab tak ingin dia tahu jika wajahku kali ini pasti sudah memerah seperti tomat karena pujiannya yang berlebihan. "Kita nonton bareng saat gala premiere." Dikta berucap yakin sembari mengangguk pelan saat aku menoleh. "Makasih banyak ya, Dik. Kamu selalu menjadi pendukung pertama selain Ryan di setiap hal yang kulakukan." Aku berkaca. Tiap kali mengingat momen-momen membahagiakan kami di masa lalu maupun

  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   BANGGA

    Kebahagiaan mulai datang silih berganti. Setelah Dikta kembali dan restu dari mamanya kugenggam, muncul kabar lain yang tak kalah membahagiakan. Novel berjudul Bianglala yang mengisahkan tentang perjalanan cintaku sendiri dengan Dikta ternyata dipinang sebuah rumah produksi ternama. Production House yang biasa meminang novel-novel terbaik menurutnya. Kulihat ekspresi bangga di wajah Dikta saat aku menjelaskan kabar bahagia yang kudengar dari Pak Abdullah. Tante Delima dan Om Erwin pun terlihat bangga sembari mengucapkan selamat untukku. Akhirnya kini aku bisa membuktikan pada mereka jika aku bisa mandiri dan sukses dengan caraku sendiri. Setidaknya sekarang aku merasa lebih layak bersanding dengan Dikta dan tak merasa terus rendah diri saat bersamanya. Meski Dikta tetap menerimaku apa adanya dan tak pernah memandang dari segi karir yang kupunya, tapi aku ingin membuatnya bangga dan merasa lebih bersyukur memilikiku sebagai calon pendamping hidupnya. "Tante bangga sama kamu, Lana. I

  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   SEGENGGAM RESTU

    "Aku bawa nampannya. Kamu pasti masih shock dengan kabar bahagia ini." Dikta mengambil alih tugasku membawa nampan berisi empat cangkir teh hangat dan camilan itu. Aku pun mengikutinya kembali ke ruang tamu. "Maaf menunggu lama, Om, Tante." Aku kembali tersenyum lalu menata cangkir dan piring berisi camilan itu ke atas meja dan menyimpan nampan di bawah mejanya. "Nggak apa-apa, Lana. Justru kami yang minta maaf karena sudah mengganggumu pagi-pagi begini." Om Erwin tersenyum tipis lalu menoleh ke arah istrinya yang ikut mengangguk pelan."Nggak masalah kok, Om, Tante. Lagipula saya nggak ada kerjaan. Saya merasa beruntung sekali pagi ini karena mendapatkan tamu spesial." Aku tersenyum tipis lalu melirik Dikta yang ikut manggut-manggut dengan senyumnya yang menawan. "Langsung saja ya, Lana. Kedatangan Om dan Tante ke sini selian untuk silaturahmi, Tante juga mau minta maaf sama kamu atas sikap buruk Tante selama ini. Kepergian Dikta lima hari belakangan karena penculikan itu membuat

  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   KABAR BAIK

    POV : LANA "Assalamualaikum, Lana!" Salam terdengar dari luar gerbang. Aku buru-buru menyambar hijab dan membuka pintu utama. Kulihat sosok yang selama lima hari ini kurindukan. Dikta. Dia benar-benar datang dengan begitu bersemangat dan senyum lebarnya. "Wa'alaikumsalam, Dikta. Akhirnya ketemu kamu juga." Aku ikut semringah saat membuka gerbang. Namun, senyumku tiba-tiba padam dan mendadak salah tingkah saat melihat Tante Delima dan Om Erwin sudah ada di belakang Dikta. Mereka saling tatap lalu tersenyum tipis ke arahku. "Eh, Om dan Tante ikut juga. Maaf sudah menunggu lama, silakan masuk." Aku mendadak kikuk saat mempersilakan orang tua Dikta untuk duduk di ruang tamu. Saat pamit ke belakang untuk menyiapkan minuman, aku sempat melotot ke arah Dikta yang hanya senyum-senyum tipis. Sengaja banget dia tak memberi tahuku lebih dulu jika akan datang ke sini dengan kedua orang tuanya. "Aku bantu, Lan." Dikta beranjak dari sofa lalu mengikutiku ke dapur, meninggalkan kedua orang tuany

  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   TERBONGKAR

    Lima hari Dikta tak ada kabar. Entah mengapa kini di grup alumni ramai dengan foto-foto Riana dan mamanya yang digelandang polisi. Aku benar-benar tak tahu berita apapun karena sengaja jaga jarak dengan teman-teman yang lain. Aku nggak mau terlalu membuka diri di depan mereka semua. Apalagi sejak fotoku bersama Mas Radit tersebar, aku cukup berhati-hati untuk berteman dengan siapapun. [Riana jualan daster sama jadi rentenir, Gaes. Ternyata selama ini kita tertipu! Dia dan keluarganya sudah bangkrut sejak lama, tapi selalu berlagak hedon. Kasihan Lana, selalu dijadikan bahan ejekan. Padahal Lana sekarang sukses loh. Rizal yang cerita kalau Lana nggak seperti yang diceritakan Riana] Pesan pertama yang membuatku membulatkan mata seketika. Entah siapa, aku tak menyimpan nomornya. Sempat aku intip foto profil di WhatsAppnya, tapi tetap tak bisa kutebak. Dia tak memamerkan foto asli melainkan hanya foto kucing yang mungkin dia ambil dari media sosial. Keterkejutanku bertambah saat meliha

  • DIKIRA PENJUAL NASI KUNING   PENCULIKAN

    POV : DIKTA Kedua kakiku diikat kuat sementara kedua tangan juga diikat ke belakang. Tak hanya itu saja bahkan mulutku dilakban hingga tak mampu berteriak keras. Mereka benar-benar keterlaluan. Rasa haus membuatku mencoba berteriak dan menyenggol kursi di sampingku hingga terjatuh.Dua lelaki membuka pintu. Lagi-lagi aku tak bisa menebak siapa mereka sebenarnya karena tertutup masker. Meskipun bisa, kemungkinan besar aku tak mengenalnya. Kuyakin jika mereka bukan pelaku utama. Apa mungkin Riana lagi pelakunya? Dia tak berhasil menjauhkanku dengan Lana karena foto-foto itu, lantas sekarang berusaha menculikku balik agar Lana mengira aku membencinya? Jika memang iya, Riana benar-benar kelewat batas. Dia memang pantas mendekam ke penjara atas semua yang dia lakukan. "Jangan ribut! Mau ngapain kamu?!" sentak salah seorang penjaga itu dengan suara garangnya. Aku mencoba mengucap minum meski suaranya tak terlalu ketara. "Dia minta minum, Bang." Laki-laki lain tahu apa yang kuinginkan.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status