DIKIRA MISKIN 38Air mata ibu terus bercucuran, ia masih berdiri dengan mengusap foto suaminya yang tengah tersenyum itu. "Yud, kamu tahu, kan kalau kami tidak pernah menyukai kamu bahkan tidak pernah menganggapmu ada. Kenapa masih sudi memasang foto kami? Memangnya tidak bosan melihat ini setiap hari?" tanya Ibu, kini ia duduk dan menyenderkan bahunya di kursi."Bu, walau bagaimanapun juga kalian adalah orangtuaku. Dengan memasang foto kalian aku merasa kalian selalu bersamaku dan membersamai di setiap langkahku. Setiap aku pulang ke rumah dan melihat foto ini, membuatku semangat untuk tetap bekerja hingga sukses sampai sekarang. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk membuktikan pada bapak kalau aku bisa sukses dengan usahaku sendiri." Mas Yudi juga mengusap foto bapak. Seseorang yang ia rindukan pelukannya, dan tidak akan pernah kesampaian sampai kapanpun."Sayang, Bapak tidak sempat melihat kesuksesanku ya, Bu," ucap Mas Yudi sendu."Kenapa kamu menyembunyikan kesuksesan i
DIKIRA MISKIN 27Mbak Ranti masih saja mengoceh tiada henti. Sepertinya ia memang cocok menjadi seorang stand up comedy, bagaimana tidak? Bisa makan di sini karena dapat gratisan saja sombongnya selangit. Namun, tidak membuat orang tertawa yang mendengarnya, malah membuat orang gedeg tiada tara. Benar-benar ingin kusumpal dengan sambal level tertinggi yang ada di resto ini agar ia bisa diam.Kurapikan kembali bajuku dan berjalan menuju ke tempat Mas Yudi dan Mbak Ranti yang sedang adu mulut."Mas," ucapku setelah sampai di dekat mereka."Antika? Kamu di sini juga?" tanya Mbak Ranti seraya membekap mulutnya dengan kedua tangan. Biasa saja kali, Mbak."Iya, Mbak," jawabku."Stop! Aku tidak akan bertanya ngapain kamu di sini karena aku sudah tahu jawabannya. Kamu bekerja? Jangan jawab dulu, biar aku tebak. Kamu pasti kerja menjadi tukang sapu atau tukang cuci piring, ya?" Mulut Mbak Ranti terus saja mencerocos disertai tawa lebar."Bagus lah kalau begitu. Itu artinya kamu seorang istri p
DIKIRA MISKIN 28Pov Ranti"Kamu kenapa, Mas, kok sepertinya senang banget? Sampai bersiul-siul gitu?" tanyaku pada Mas Wahyu yang baru saja pulang mengajar."Besok, aku diundang teman yang sedang merayakan anniversary pernikahannya yang ke sepuluh. Dia mengundang kami untuk makan di restoran yang ada di kota, yey." Mas Wahyu bersorak kegirangan seperti anak kecil yang baru saja dibelikan es krim oleh ibunya. Melihat suamiku kegirangan, malah membuatku manyun."Kok, kamu malah cemberut gitu, hilang cantiknya, loh. Senyum dong!" Mas Wahyu memegang daguku, senyum terpaksa tercipta di bibirku sembari menatap wajah suamiku yang paling ganteng itu."Habis, kamu bahagia sendiri, tidak ngajak aku." Aku cemberut lagi, sementara tanganku bersedekap di dada."Kata siapa aku bahagia sendiri? Kita dipersilahkan untuk mengajak pasangan masing-masing. Jadi, kamu boleh ikut," kata Mas Wahyu, sontak membuat mataku berbinar."Yang benar, Mas?" tanyaku untuk meyakinkan, jantung ini serasa jumpalitan
DIKIRA MISKIN 29Pov Ranti 2Aku setuju dengan pendapat Wiwid. Yudi pasti mendapat kekayaan dengan cara yang tidak wajar. Mana ada orang yang bisa kaya mendadak, bisa punya resto dan mobil, jangan-jangan ia juga sudah punya rumah."Ayo, Wid, sekarang kamu panggil Ajun!""Ada apa kalian ribut-ribut," tanya Mas Wahyu yang sedari tadi nonton televisi."Mas, saat kamu di resto tadi melihat Yudi dan Antika tidak?" "Aku tidak lihat sama sekali karena asyik ngobrol dengan teman-teman, habis tempatnya nyaman, namun sayang belum sempat makan keburu dipanggil satpam karena kamu pingsan," ucap Mas Wahyu dengan wajah kesal."Enggak usah cemberut gitu kenapa, sih, Mas? Aku juga kecewa karena harus pingsan sehingga tidak bisa makan, jangankan makan, lihat interior restonya saja belum," ucapku dengan tangan bersedekap."Ada apa, Mbak. Memanggilku kemari?" tanya Ajun yang baru datang bersama Wiwid seraya menjatuhkan bobotnya di sofa."Kamu tahu nggak kalau si Yudi itu ternyata kaya?" tanyaku pada Aj
DIKIRA MISKIN 30Masih pov RantiKami berempat yang sudah siap minum dengan gelas masing-masing di tangan, mendadak mengurungkan niat dan meletakkan kembali gelas itu, setelah mendengar perkataan Antika.Kami saling pandang, apalagi Antika tertawa lebar dan terkesan menyeramkan. Oh My God, apakah dugaan kami benar, kalau kami semua akan menjadi tumbal kekayaannya.Benar kata pepatah bahwa air tenang itu menghanyutkan. Antika yang biasanya tenang dan pembawaannya kalem, kini menjelma menjadi monster yang menyeramkan. Saat ia tertawa taring panjangnya keluar, matanya besar serta merah dan kedua telinganya mengeluarkan asap. Jika benar kami akan menjadi tumbal, maka ini ini adalah hari terakhir kami melihat dunia yang penuh sandiwara ini."Aku tidak percaya kamu menaruh sianida dalam minuman ini!" ucap Wiwid seraya mengambil kembali gelas yang tadi, hanya dalam hitungan detik minuman berwarna hijau itu sudah berpindah ke dalam perutnya.Mas Wahyu dan Ajun mengikuti jejak Wiwid. Mereka
DIKIRA MISKIN 31Pov Ranti lanjutan"Mbak, Antika sakit," kata Yudi."Terus kenapa kalau istrimu sakit? Istri sakit kok bilang ke aku? Nggak nyambung, aku ini bukan Dokter.""Aku tahu, Mbak. Aku ke sini karena mau pinjam uang," kata Yudi dengan suara memelas.Ini yang paling tidak kusuka dari dia. Setiap kali datang pasti mau pinjam uang. Ya, meski dia adikku, tetapi aku tidak pernah menganggap dia sebagai saudara kandung. Aku sangat membenci orang susah, meskipun kami dilahirkan dari rahim yang sama."Nggak ada, Yud. Lagian istri macam Antika yang asal usulnya tidak jelas itu nggak perlu lah pakai di bawa ke Dokter segala. Bikin susah tahu, nggak?" tolakku, meski sebenarnya aku masih punya simpanan. Ranti gitu loh, masak tidak punya uang. Aku kasih tahu ya? Suamiku seorang pegawai negeri dan aku juga punya penghasilan dari hasil sawah. Sudah pasti uangku banyak, tetapi sayang kalau dipinjamkan, apalagi buat Yudi yang belum pasti kapan bisa mengembalikan."Mbak, kalau nggak mau bant
DIKIRA MISKIN 32Back to pov Antika"Syarat apa? Aku akan melakukan apapun yang kamu mau, asalkan jangan menagih utangku," ucap Mbak Ranti."Aku pijitin ya, Yud, kamu pasti capek sekali setelah bekerja seharian," ucap Mbak Wiwid seraya mengangkat kaki Mas Yudi ke dalam pangkuannya dan dengan senang hati ia mulai memijit kakinya.Mbak Ranti juga tidak mau ketinggalan, kalau Mbak Wiwid memijiit kaki, Mbak Ranti memijit punggungnya.Aku geli melihat Mas Yudi yang mendadak jadi rebutan Mbak Ranti dan Mbak Wiwid untuk memijitnya. Duh, duh, duh, sampai segitunya mereka ingin diakui saudara oleh orang yang selama ini mereka hinakan."Aku membantu menyapu saja, ya?" Mas Wahyu mengambil sapu yang terletak di pojokan dan mulai menggerakkn sapunya ke lantai yang sebenarmya sudah bersih."Aku yang akan mengelap perabotan." Mas Ajun mulai membersihkan meja dengan kemoceng di tangannya."Sekarang kamu sudah tidak akan menagih kami lagi, kan? Kami sudah membersihkan semua ruangan yang ada di sini,"
DIKIRA MISKIN 45"Apa? Kamu mau melibatkan mereka di resto kita? Apa ibu nggak salah dengar?" Ibu kaget dengan perkataan Mas Yudi. Ternyata pikiranku dengan ibu sama. Apa tujuan Mas Yudi meminta mereka bekerja di resto?"Iya, Mas. Pikir-pikir dulu keputusanmu itu. Jangan sampai malah jadi boomerang dan merugikan kita nantinya," ucapku seraya mendekati Mas Yudi."Hei, Antika, kamu pikir kami ini siapa? Sehingga bisa merugikan kalian?" tanya Mbak Ranti dengan mata melebar."Nggak usah ke ge-er an, siapa yang mau kerja di resto kalian? Aku juga tidak mau, kok," kata Mbak Wiwid dengan tangan bersedekap."Aku juga keberatan kalau harus bekerja yang bukan di bidangnya," sahut Mbak Ranti."Apalagi tanpa gaji, digaji lima juta perbulan saja aku tidak mau. Lebih baik duduk santuy di rumah ongkang-ongkang kaki dari pada harus bekerja," sahut Mbak Wiwid. Ya, aku tahu dia memang orangnya malas, tetapi ingin hidup berkecukupan."Kalau tidak mau juga aku tidak akan memaksa. Aku hanya memberi solusi