Share

Hah, supir?

last update Last Updated: 2023-11-18 10:59:32

***

"Arek gendeng!" hardik Erika geram. "Dia yang merebut Bara, dia pula yang bersikap seolah-olah paling tersakiti. Memang bawang merah, jahat lu, Lun!" Erika berkacak pinggang menatap Aluna yang mulai berlari mengejar langkah kaki Bara yang terlihat semakin menjauh.

Diandra menghembuskan napas lega, meskipun keributan barusan tidak dapat ia hindari, setidaknya ada banyak orang yang mendukungnya dan berbalik menyerang Aluna.

Sedih?

Tentu saja. Diandra masih merasakan kehilangan yang luar biasa karena terkadang ketika Bara libur, maka pria itu akan mengunjungi Diandra dan mengajaknya makan siang bersama. Keduanya lalu mencari restoran yang berada di dalam Mall, namun kali ini, sudah hampir sebulan ia tidak pernah mengunjungi restoran langganannya bersama Bara.

Diandra menatap punggung Bara yang mulai mengecil. Pria yang mendiami hatinya sejak tiga tahun yang lalu itu mulai menuruni eskalator menuju lantai satu. Di belakangnya, nampak Aluna tergopoh-gopoh mengejar sambil sesekali me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Maulina Fikriyah
Siap, Kakak
goodnovel comment avatar
Norma Sari Ningrum
ceritanya cukup menarik.. lanjut donk.. jangan lama lama bikin kita penasaran ya thor
goodnovel comment avatar
Maulina Fikriyah
Siap, Kakak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Mulut bocor

    ***"Kalian berdua baru pulang?"Diandra dan Erika saling melempar pandang sebelum akhirnya keduanya mengangguk bersamaan. "Iya, Bu," jawab Erika memecah rasa canggung. "Wah, malam juga ya pulangnya," gumam Bu Salma seraya menatap dua wanita berusia muda di depannya. "Maaf ya, gara-gara saya kalian malah kesini larut malam begini. Saya gak tau kalau pulang kerja kalian berdua semalam ini.""Tidak apa-apa, Bu. Saya yang seharusnya minta maaf karena sudah teledor memakai sepatu yang sudah Ibu beli. Maafkan saya." Diandra membungkukkan badan mengiringi permintaan maaf yang keluar dari bibirnya. "Kebetulan kami berdua memang jaga shift sore, jadi pulangnya cukup malam, Bu." Diandra berusaha tersenyum meskipun canggung dengan situasi yang ia hadapi saat ini. "Duh, saya jadi merasa bersalah. Ayo, masuk dulu!" Bu Salma menggandeng lengan Diandra sementara Erika masih terpaku di tempatnya. "Ayo!" Bu Salma menoleh ke belakang membuat sahabat Diandra itu gelagapan. "I-- iya, Bu," jawabnya ga

    Last Updated : 2023-11-21
  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Hanya Pengasuh

    ***"Rik, kamu baik-baik saja kan?"Erika yang duduk di belakang Diandra hanya menjawab dengan anggukan kepala. "Jangan tidur, awas kamu!" ancam Diandra ketika merasakan dagu Erika menempel di bahunya. "Di, aku rasa setelah kamu menikah nanti, Pak Duda bakalan ngelarang kamu buat temenan sama aku." Diandra tersenyum mendengar suara Erika yang tetiba melemah. "Keterlaluan gak sih, tadi aku nuduh dia itu supir, Di. Bahkan ... bahkan aku minta supaya dia mundur buat bisa dapetin kamu," ucap Erika menggebu-gebu. "Lagian kenapa kamu bilangnya dia pengangguran sih, Diandra?" gerutu Erika makin gemas. "Y-- ya mana aku tahu, kan yang bilang begitu bukan aku, tapi Aleetha." Diandra membela diri. "Ck, jelek sudah image-ku di depan Pak Duda. Padahal ini peluang, ya kan? Siapa tau setelah kalian menikah, lalu kamu butuh ART, aku siap jadi pembantu di rumah kamu, Di. Gaji bisa kita bicarakan, ya kan? Argh, aku membuang kesempatan emas." Diandra geleng-geleng mendengar perkataan Erika yang s

    Last Updated : 2023-11-23
  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Mengalahkan Bara

    ***"Ini berlian, Di. Gila!"Diandra buru-buru membekap mulut Erika dengan satu tangan. "Jangan keras-keras ngomongnya!" bisik Diandra gemas. Erika menampik tangan Diandra kemudian tersenyum memamerkan barisan giginya yang putih. "Ya, Maaf ....""Berlian dipadukan dengan blue sapphire, Oh Tuhan ... ini cincin mahal, Diandra." Erika geleng-geleng sembari terus menatap gambar cincin dari kontak bernama ‘Leetha’ di ponsel Diandra. "Orang kaya memang effort-nya gak main-main." Erika masih berdecak kagum."Di, hari minggu kita ke alun-alun ya, siapa tahu ada bocah seperti Aleetha. Dia hilang, lalu kita temukan dan ... ternyata bapaknya kaya raya, duda pula. Pokoknya hari minggu kita harus ...."Pletak!Diandra melempar bulpen tepat di kepala Erika. "Mulai gak waras!" cibirnya lirih. "Ck!" Erika memasang wajah kesal. "Sakit tau!" gerutunya. Diandra melirik Erika yang sedang mengusap-usap kepalanya. "Mau kulineran di Kodam, gak?"Mata Erika berbinar, "Kamu yang traktir ya?""Baiklah," jaw

    Last Updated : 2023-11-29
  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Kemarahan Ayesha

    ***"Masih waras kan, Di?"Erika berdiri di samping Diandra dengan mata yang masih mengawasi punggung tegap di depan sana. "Kalau aku yang ada di posisi kamu tadi, kupastikan sekarang aku mencak-mencak kegirangan," seloroh Erika. "Diusap kepala, dielus pipi, Ya Tuhan ...."Tanpa sadar Diandra mengusap pipinya yang memerah. Bibirnya tersenyum tipis ketika mengingat betapa perlakuan Birru tadi terasa begitu tulus. "Tuh kan senyum-senyum sendiri, pasti udah gak waras ini." Erika geleng-geleng sambil menyentuh dahi Diandra yang tidak demam. "Apaan sih, Rik!" gerutu Diandra malu."Itu bunga mau diapain?" tanya Erika pada Diandra. Keduanya menatap buket bunga mawar yang tergeletak di depan toko. "Aturan kalau sakit hati, bunganya dibawa pulang. Nambah-nambahin kerjaan aja!" gerutu Erika kesal."Eh, Di ... yakin gak bakalan jatuh cinta sama Pak Duda?"Pertanyaan Erika dibiarkan menggantung begitu saja oleh Diandra. "Berani taruhan gak kalau cincin yang ada di jari manis kamu itu pilihan

    Last Updated : 2023-12-03
  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Gak perawan?

    ***Birru menarik lengan Ayesha kasar, hampir saja wanita yang sudah dia dekati selama lebih dari tiga tahun itu limbung. "Mas, kamu ...." Rahang Ayesha mengatup rapat. Sikap Birru berubah tak acuh sejak kedatangan Diandra, begitu pikirnya. "Sha, ini tempat umum, jangan memancing keributan," ucap Birru lirih."Apa? Aku memancing keributan?" Suara Ayesha meninggi. "Dia yang memancing keributan, Mas. Dialah orangnya!" Wajah Diandra dituding dengan jari telunjuk Ayesha. "Dia yang memancing keributan diantara kita, Mas Birru. Mas sadar gak sih, hah?"Dada Ayesha naik turun. "Tiga tahun kita menjalani hubungan, haruskah kandas begitu saja hanya demi anak bau kencur ini, Mas?" Satu per satu air mata Ayesha berjatuhan. "Kamu berjanji akan menikahiku tahun ini, aku bahkan mencoba bersabar merawat Aleetha meskipun aku tau anakmu itu tidak menyukaiku. Tapi, Mas ... haruskah kamu melewatkan aku begitu saja setelah penantian panjang yang aku berikan?"Diandra merasa tidak nyaman mendapatkan tat

    Last Updated : 2023-12-06
  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Bimbang

    ***“Mencintai orang ‘baru’ bukanlah hal yang mudah, namun bertahan dengan segala luka yang orang ‘lama’ ciptakan hanya menambah perih pada borok yang masih basah. Bisakah aku mencintai pria selain Mas Bara dalam kurun waktu paling cepat?” ~Diandra.***"Kamu baik-baik saja, Diandra?"Birru melepaskan genggaman tangannya. "Maafkan saya, Dian ....""Saya baik-baik saja, Pak. Hanya ... ya, sedikit kesal," jawab Diandra jujur. "Terima kasih sudah membela saya di depan banyak orang.""Saya yang seharusnya berterima kasih," sahut Birru ragu. "Ini pasti sulit buatmu, Dian, tapi saya mohon ... jangan mundur hanya karena Ayesha. Aleetha dan saya ... butuh kamu."Pipi Diandra memanas. Jantungnya kembali berdegup kencang mendengar permintaan Birru yang terdengar pilu."Ayesha biar saya yang urus, kamu jangan khawatir. Ya?"Diandra mengangguk tegas. "Ya, Pak.""Besok mintalah cuti, saya ingin bertemu Bapak dan Ibu," ucap Birru. "Ta-- tapi Pak Birru bilang hari minggu ....""Itu terlalu lama, Di

    Last Updated : 2023-12-09
  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Dihina Bibi Melani

    ***"Kok mendadak sekali lamarannya, Mbak Anis?" tanya Bulek Sania."Iya loh. Pagi masak-masak, malamnya lamaran. Mendadak sekali sih, Bu Anis," sahut Bu Ida-- tetangga samping rumah Diandra. Bu Anis sengaja meminta bantuan beberapa tetangga untuk membuat jamuan di acara lamaran Diandra nanti malam. "Iya, aneh sekali tiba-tiba lamaran. Kamu hamil, Dian?" sahut Mbak Hani sambil tersenyum sinis. "Ini kali ya yang namanya karma. Kamu kan suka banget ngatain Zeya, eh ternyata kamu hamil di luar nikah juga." Mbak Hani mengupas sayur di dapur sambil terus berbicara."Mbak Hani!" Bu Ida menyenggol lengan Mbak Hani. Tetangga depan rumah Diandra itu mencebik sambil memasang raut wajah tidak suka."Ya biarin sih, Bu Ida, lagian dulu sok-sokan ngatain Zeya murahan, jual diri, eh gak taunya ....""Saya gak hamil, Mbak Hani," sela Diandra. "Mau bukti? Apa perlu saya testpack sekarang juga biar Mbak Hani percaya kalau saya gak hamil?"Diandra berusaha tersenyum meskipun hatinya terasa seperti ter

    Last Updated : 2023-12-10
  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Gagal lagi

    ***"Ha ... ha ..., Dian kamu lucu ya," ucap Bibi Melani kemudian tertawa lagi. "Duh sampai sakit perut Bibi." Wanita paruh baya itu memegangi perutnya lalu kembali berkata, "Bara itu staff di Perusahaan besar. Kamu tau kan gaji di Perusahaan itu sebanyak apa? Mana mungkin Aluna kesusahan setelah menikah, yang ada malah kamu nanti yang jadi benalu buat anak dan menantuku. Awas kamu ya, jangan ganggu Aluna apalagi memanfaatkan kebaikan hati Bara ke kamu. Bibi gak akan tinggal diam, Diandra!"Diandra terkekeh sumbang. Bodoh sekali karena setelah tiga tahun berlalu, ia justru baru menyadari jika Aluna dan keluarganya terobsesi dengan kehidupan mapan yang Bara punya. Sikap manis Aluna dan Bibi Melani semata-mata bukan karena menganggap Bara sebagai calon suami saudaranya sendiri, melainkan mereka ingin merebut Bara secara perlahan-lahan tanpa ada yang menyadari. Dan ... berhasil!Aluna hamil anak Bara dan Diandra mundur tanpa diminta. "Mending kamu pikirkan lagi deh, Di. Dia duda, punya

    Last Updated : 2023-12-11

Latest chapter

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Digerebek warga

    ***"Ini gapapa kalau Pak ... eh, Mas Birru menginap di rumah, Bu?" Ragu Diandra bertanya pada Bu Anis yang duduk di sebelahnya. "Apa kata tetangga ....""Memang apa kata tetangga, Dian?" sahut Pak Basuki seraya menahan tawa. "La wong kalian saja sudah menikah, bapak yang jadi walinya, kalian menikah juga dinikahkan penghulu, memangnya nanti apa kata tetangga?"Diandra menggaruk alisnya yang tidal gatal. "Entahlah, Pak," jawabnya asal. Birru melirik Diandra lalu menyahut, "Atau saya pulang saja, besok pagi saya jemput ....""Tidak perlu, Le," sela Bu Anis. "Menginap saja, apa yang kamu takutkan, Nak?"Birru mengangguk patuh. Pria berwajah tegas nan tampan itu terlihat begitu tenang, namun siapa yang tahu dalamnya hati seseorang? Perlahan, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. ***"P-- Pak Birru mau ngapain?" Diandra yang bersiap tidur tiba-tiba terduduk dengan sorot mata ketakutan. Birru melongo, namun beberapa detik kemudian pria bertubuh tinggi itu terkekeh lirih. "Saya s

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Mari kondangan

    ***"Saya ....""Kamu mulai ragu karena kedatangan Khansa, Diandra?" tanya Birru menyelidik. "Kenapa, apa karena dia adik Hana? Kamu tidak percaya kalau saya ingin memulai kehidupan dengan orang yang baru? Denganmu?"Diandra menggeleng lemah. Pikirannya berkecamuk bukan karena ragu pada perasaan Birru, hanya saja ... ada sedikit rasa takut mengingat tatapan mata mengerikan yang Khansa lemparkan padanya. Tatapan mata tajam yang seolah-olah berkata, ‘Aku akan menyingkirkan kamu secepatnya.’Dengan berkata ‘setuju’ itu artinya dia harus siap melindungi Aleetha, juga Birru dalam hidupnya. "Saya tidak menaruh hati pada Khansa, Dian," ucap Birru meyakinkan. "Tidak sedikitpun.""Saya percaya, Pak," jawab Diandra nyaris tidak bersuara. "Tapi ...."Birru mengernyit menatap Diandra yang masih saja menggantung pembicaraan. ***Plak ....!Bibi Melani merasakan telapak tangannya panas setelah melayangkan tamparan keras di pipi Bara, calon menantunya. Sementara Aluna, perempuan yang mengenakan dr

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Permintaan Aleetha

    ***"Lun, bagaimana kalau kita menikah setelah kamu melahirkan?"Aluna yang sedang menyeruput minuman dingin di depannya seketika tersedak. "Uhuk ... apa, Mas?" tanya Aluna. "Bisa kamu katakan sekali lagi?"Bara menggaruk rambutnya dengan gusar, "Begini, Lun ....""Kamu mau menikahiku setelah aku melahirkan, begitu?"Bara mengangguk ragu, "Lun, menikah butuh biaya besar, keluargaku dan keluargamu sama-sama ingin pesta meriah untuk pernikahan kita, jadi apa salahnya kita menabung lebih dulu supaya ....""Supaya kamu bisa kembali pada Diandra setelah aku melahirkan, begitu? Supaya kamu tidak perlu repot-repot menikahiku karena sudah tidak ada janin di perutku, iya, Mas?" Aluna mendelik, dadanya naik turun meluapkan emosi. "Pintar ya kamu!" sindir Aluna kemudian tertawa sumbang. "Bukan seperti itu, Lun ....""Lalu seperti apa?" bentak Aluna menyela. "Kamu mau aku menanggung malu ini seorang diri, hah?" Air mata Aluna berkejaran luruh membasahi pipi. "Aku hamil anak kamu, Mas, tega seka

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Saingan Baru

    ***"Pikirkan baik-baik perkataan Ibu, Birru." Bu Mirna berbicara sambil melirik sinis ke arah Diandra. "Kamu boleh menikahi wanita lain, tapi jangan harap Aleetha akan hidup bersamamu."Birru membuang muka seraya menghela napas kasar. "Kita bahas ini setelah Aleetha sembuh total ya, Bu," ucapnya jengah. "Tidak bisa," sahut Bu Mirna. "Ibu butuh kepastian. Sekarang katakan di depan kami semua, kamu lebih memilih perempuan ini atau memilih Aleetha.""Bu, ini keterlaluan ....""Keterlaluan?" Ulang Bu Mirna. "Ibu hanya ingin memastikan keadaan Aleetha baik-baik saja. Ibu tidak mau tidak punya Mama tiri yang tidak jelas asal-usulnya.""Diandra punya orang tua," sergah Birru sambil menahan geram. "Dia perempuan baik, santun, dan bahkan Aleetha sendiri lah yang memintanya untuk menjadi Ibu sambung. Ini semua kemauan Aleetha, Bu!""Cukup, Birru!" bentak Bu Mirna. "Jangan mengkambinghitamkan cucuku!"Deru napas Birru memburu. Emosinya hampir tidak bisa dikendalikan mendengar penolakan Bu Mirn

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Ancaman

    ***"Ibu datang hanya untuk membahas masalah ini?" tanya Birru dengan kening mengernyit. "Aleetha terbaring tidak berdaya di dalam, dan Ibu datang hanya untuk mencaci keputusan yang saya buat?"Bu Mirna gelagapan, wanita paruh baya itu sempat membuang muka kemudian menatap kedua mata Birru yang masih menyisakan basah. "Ibu-- Ibu hanya terbawa emosi, Birru. Kamu bahkan memutuskan ini semua tanpa persetujuan Ibu," elak Bu Marni parau. "Meskipun Hana sudah tiada, tapi ada Aleetha diantara kalian, Ibu gak bisa membayangkan bagaimana hancurnya dia jika nanti diasuh oleh wanita asing."Birru menelisik wajah Diandra yang semakin tenggelam menatap lantai Rumah Sakit. Sepuluh jemari perempuannya itu saling bertaut. Birru bisa melihat dengan jelas jika Diandra sedang gemetar hebat saat ini."Kamu sudah berjanji tidak akan menikahi siapapun setelah kepergian Hana, Nak. Tapi apa yang Ibu dengar, hah? Ini kabar buruk, Ibu mendengar kabar yang teramat menyakitkan bagi Ibu, dan kamu tau ... Hana pas

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Rintangan lain

    ***"Nih, lihat, Lun!"Diandra yang hendak memasuki mobil seketika menoleh. "Ada apa, Bi?" tanyanya kebingungan. Aluna geleng-geleng melihat Diandra, kemudian bertanya, "Dia calon mertua kamu?"Melihat ada hal yang kurang beres, Pak Ranajaya keluar dan mendekati Diandra yang nampak jengah. "Saya Ranajaya, calon mertua Diandra." Pria paruh baya itu mengulurkan tangan dan disambut kikuk oleh Aluna juga Bibi Melani. "Emang ada calon mertua dan calon menantu sedekat ini?" sindir Aluna. "Jangan-jangan kamu main-main sama keduanya ....""Aku bukan kamu, Lun," sela Diandra sengit. "Halah, ngaku aja! Aku sama Papanya Mas Bara aja gak sedekat ini loh, kita masih ada jarak," sahut Aluna membanggakan diri. "Jaman sekarang main sama anak dan Bapaknya itu udah lumrah, udahlah, ngaku aja!""Astaghfirullah, Aluna!" teriak Bu Anis dari ambang pintu. "Apa sih, Budhe, teriak-teriak, aku gak budek!" gerutu Aluna kesal. "Kamu jangan keterlaluan ya, Lun ...." Bu Anis menuding wajah Aluna dengan telu

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Menjelang Pernikahan

    ***"Dia pikir calon suaminya yang duda itu kaya raya?" Aluna menggerutu. "Itu cuma mobil rentalan. Diandra goblok!""Ada apa, Lun?"Aluna berjingkat kaget mendengar suara Bu Anis. Perlahan, putri Bibi Melani itu menoleh dan menjawab, "Lain kali Diandra itu dinasehati lah, Budhe. Jangan sombong, jangan songong, toh mobil yang dipakai cuma mobil sewaan.""Mobil sewaan?" tanya Bu Anis. Aluna mengangguk, "Iya kan? Mobil yang dipakai calon suaminya Diandra itu mobil sewaan kan, Budhe?"Bu Anis melongo menatap Aluna yang menggebu-gebu merendahkan Birru. "Cuma bisa sewa mobil aja sombongnya minta ampun. Nih ya, Mas Bara yang jelas-jelas kaya dan punya mobil mewah ....""Lun, kamu gak lupa kan kalau Bara itu dulu calon suami siapa?" sela Bu Anis menohok. "Kamu gak malu membangga-banggakan seseorang yang didapat dari hasil merebut?""Eh, Budhe ... kok nyolot sih," sahut Aluna tidak senang. "Mas Bara sama Diandra itu gak jodoh, jadi jangan salahkan aku dong! Lagipula Mas Bara yang mau sama a

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Kamu hanya belum tau, Aluna

    ***"Bi, tenanglah!" Bu Salma mendekat dan menepuk-nepuk punggung putranya dengan tangan gemetar. "Aleetha anak yang kuat, dia pasti bisa melewati ini semua."Birru mengangkat wajahnya dari bahu Diandra. Wajah yang biasa terlihat teduh, siang ini berubah sendu dengan keadaan rambut yang cukup berantakan. Birru mengusap air mata di pipi Diandra sebelum akhirnya duduk di salah satu bangku tunggu. Diandra terpaku dengan sorot mata yang masih saja menatap pintu ruang ICU. "Nduk," panggil Bu Anis. Diandra menoleh, air matanya sudah kering sementara bibirnya terasa kelu untuk sekedar menjawab panggilan dari Sang Ibu. "Kamu belum salat?""Belum, Bu.""Pergilah ke musala, salat lah dulu," pinta Bu Anis.Diandra melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Benar saja, jarum jam sudah menunjukkan pukul 13.00 siang."Salat sama saya." Birru berdiri. "Saya juga belum salat, Diandra. Ayo!""Ya, Pak."Tidak ada percakapan apapun sepanjang perjalanan menuju musala Rumah Sakit. Setelah wu

  • DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT    Kehilangan Aleetha

    ***"Seyakin itu kamu pada gadis kampung ini, Mas?" tanya Ayesha parau. "Selama ini aku yang menemani keterpurukan kamu setelah kematian Hana, tapi ... ha ... ha ... aku tidak menyangka seleramu ternyata daun muda," imbuh Ayesha sambil tertawa sumbang, namun matanya berkaca-kaca."Tiga tahun aku rela menemani kamu tanpa ikatan. Tiga tahun kamu menggantung perasaanku dan ... dan sekarang kamu menunjukkan di depan mata kepalaku sendiri betapa brengseknya kamu, Mas Birru!" Ayesha menuding wajah Birru dengan penuh emosi. "Selama ini aku berusaha menjadi calon Ibu yang baik untuk Aleetha ....""Kalau kamu baik, harusnya Leetha tidak terbaring di Rumah Sakit saat ini, Sha!" bentak Birru. Napasnya memburu, urat-urat di lehernya menegang, matanya berkaca-kaca membayangkan wajah Aleetha yang tertidur pulas di ruang ICU, gadis itu seperti enggan membuka mata, atau Hana sedang berdongeng hingga Aleetha menolak untuk pulang? Entahlah. "Ini bukan kesalahanku!" Suara Ayesha tak kalah tinggi. "Gadi

DMCA.com Protection Status