Share

DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI
DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI
Author: Putri putri

Bab 1

Author: Putri putri
last update Huling Na-update: 2022-11-17 15:39:03

“Jadi kalian sudah menikah?” tanyaku dengan suara parau. 

“Iya, Dek. Maafkan aku,” jawab Mas Rizal, calon suamiku. 

Seketika air mata ini luruh seiring pengakuan Mas Rizal. Hati ini menjerit sakit. Sedikit pun tak menyangka dia akan mengkhianati janji yang telah terucap. 

“Kenapa kalian mengkhianatiku? Kenapa?”  lirihku perih.

Jika yang merebut Mas Rizal bukan Ela-adikku, mungkin tak akan sesakit ini. Namun, inilah kenyataannya. Di saat aku merantau mencari uang untuk biaya sekolah Ela, dia justru membalas dengan pengkhianatan. 

“Maaf, Mbak. Ini bukan inginku. Kami terpaksa,” jelas Ela. 

Aku menyeka bulir bening di pipi. Tersenyum kecut menatap adikku yang baru saja lulus sekolah menengah atas. Seperti janjiku dulu, aku baru akan menikah setelah selesai membiayai sekolah Ela. Namun, kenapa dia justru menikungku? 

“Terpaksa kenapa? Apa kamu hamil duluan? Iya?” tuduhku sembari melirik pada perutnya yang masih rata. 

“Enggak, Dek. Kami tidak serendah itu.” Mas Rizal menjeda kalimatnya sejenak. Menarik nafas dalam-dalam sembari memejam, “ tiga hari yang lalu Ibuku meninggal. Sebelum itu, dia ingin melihatku menjadi pengantin. Demi membahagiakan Ibu di saat-saat terakhirnya, kami terpaksa menikah.” 

Sedikit haru mendengar pengakuan Mas Rizal, tapi rasa itu segera kutepis. Sesederhana itukah sampai harus melupakan aku yang telah lima tahun menjadi kekasihnya?

“Kenapa kamu tidak bilang padaku, Mas? Kenapa juga harus Ela yang kamu jadikan istri? Kenapa tidak yang lain?” Aku memberondongnya dengan tiga pertanyaan sekaligus. Sangat mungkin ini hanya alasan untuk menutupi pengkhianatannya. 

“Aku sudah berkali-kali menghubungimu, tapi nomormu tak aktif. Banyak pesan yang aku kirim via WA ataupun F******k, tapi tak satu pun yang kamu balas. Kamu menghilang tanpa kabar,” akunya.

Pesan? Astaga. Aku baru ingat kalau seminggu yang lalu ponselku hilang. Aku pikir seminggu tak ada kabar tak akan jadi masalah, toh akan segera pulang. Namun..., ah! Ini menyakitkan. 

Sesaat hening menyelimuti kami. Semua terpaku oleh kebisuan bahkan Bapak dan Ibu belum berucap sejak aku menanyakan perihal Mas Rizal yang ada di rumah ini. 

Aku pikir kebahagiaan akan menyambut kepulanganku. Faktanya kenyataanlah yang menorehkan luka. Dua bulan tak bertemu keluarga dan kekasih. Menahan rindu yang teramat dalam. Saat kembali bertemu, calon suamiku telah menjadi suami adikku. Sakit bukan?

“Maafkan mereka, Nak. Mereka tak salah. Keadaanlah yang memaksa.” Bapak membuka suara memecah keheningan. 

Terdengar bijak, tapi aku tak terima dikhianati. Seharusnya Ela menolak saja jika memang dia menganggapku ada. Atau mungkin dia sengaja karena sudah tamat sekolah dan tak butuh biaya dariku? 

“Tidak, Pak! Aku tak bisa memaafkan mereka! Mereka harus berpisah dan Mas Rizal menikahiku,” tegasku. 

Mungkin ini egois, tapi aku harus memperjuangkan cinta. Tak sanggup rasanya membayangkan mereka bahagia di atas sakit hatiku. 

“Tidak! Mereka tak boleh bercerai. Apa kamu tega melihat adikmu menjadi janda?” sela Ibu yang sedari tadi diam membisu. 

Tega? Kalau ditilik lebih teliti, justru Ela yang tega terhadapku. Kenapa malah aku yang dibilang seperti itu. 

“Enggak apa-apa, Bu. Aku siap jika harus bercerai. Mas Rizal dan Mbak Vera saling mencinta,” ungkap Ela. 

Kesanggupan Ela sedikit menumbuhkan  harapan untukku kembali memiliki Mas Rizal. Sudah seharusnya adikku seperti itu. 

“Bagaimana kalau nanti kamu hamil, La?” tanya Ibu dengan nada suara  penuh kekhawatiran. 

“Tenang saja, Bu. Kami belum melakukan apa-apa. Jadi tak mungkin hamil.” Ela tersenyum miris. 

Sedikit kaget karena mereka belum memadu kasih meski sudah menikah. Ah! Bukankah ini bagus untukku. Aku bisa mendapat Mas Rizal beserta keperjakaannya? 

“Ayo, Mas! Jatuhkan talakmu untuk Ela,” perintahku. 

“Lakukanlah, Mas. Aku siap.” Suara Ela terdengar bergetar. Dia tertunduk lesu. 

“Maaf, Dek! Aku tak bisa. Aku sudah berjanji pada almarhumah Ibu untuk tetap setia dengan satu pasangan,” tolak Mas Rizal. 

Harapan yang sempat terkembang seketika pupus seiring penolakan Mas Rizal. Bagaimana bisa dia tetap memilih bersama Ela tanpa memedulikan aku? 

Tersenyum miris, Aku menatap kecewa pada Mas Rizal. Dia yang dulu getol membisikkan kata cinta, dia yang dulu membuaiku dengan segudang janji manisnya, kini menyerah pada keadaan. 

“Lalu untuk apa lima tahun kita bersama jika akhirnya seperti ini?” teriakku histeris. 

Air mata kembali luruh dari sudut mata. Terasa sia-sia kesetiaan yang kumiliki. Lima tahun bukan waktu yang singkat. Tetap bertahan meski godaan datang silih berganti. Nyatanya, hari ini aku harus menerima kenyataan pahit ini. 

“Maafkan aku, Dek. Aku tak bermaksud menyakitimu. Keadaanlah yang memaksa,” jawab Mas Rizal, “carilah laki-laki lain. Kamu cantik, pintar. Pasti banyak yang menginginkanmu,” 

“Semudah itukah? Kenapa tidak sejak dulu kau katakan itu, Mas? Sebelum aku terlalu jauh mencintaimu.” Aku merintih perih. 

“Maafkan aku, Dek!” ucap Mas Rizal memelas. 

Aku terdiam dalam bimbang. Dua pilihan saling berebut menguasai pikiran. Satu sisi ingin pasrah menerima kenyataan pahit ini, di sisi lain ingin terus berjuang merebut kembali apa yang seharusnya kumiliki.

“Tidak, Mas! Aku tak akan memaafkanmu sebelum kamu menjadi milikku. Kamu harus menikah denganku!” jawabku tegas. 

Seisi ruangan menatap kaget ke arahku. Mungkin saja mereka menganggap aku gila karena ingin merebut suami adik sendiri. Masa bodo! Aku memang sudah gila. Gila karena cinta yang tiba-tiba hilang dari genggaman. 

Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sekedar Story
thor, aku bc novel d plafon sblh alurnya nyaris sm dgn ksh ini
goodnovel comment avatar
Irma Fauziah
baru baca dah sakit banget
goodnovel comment avatar
Kalila Firman
nyesek ini mah...
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   BAB 2

    Waktu terasa lambat berjalan. Baru dua jam aku mengurung diri di kamar, tapi rasanya seperti dua hari. Sejak kemelut di ruang tamu tadi, aku langsung ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat. Membiarkan hati larut dalam kepedihan. Menumpahkan kecewa dalam tangis. Aku bangkit dari ranjang, lalu berjalan mendekat pada meja rias yang masih setia berdiam di sudut kamar, memindai wajah dari pantulan cermin. Cantik, tapi kenapa Mas Rizal lebih memilih Ela?Jengah dengan aktivitas ini, aku mendekat pada jendela. Kuedarkan pandangan ke luar ruangan, menikmati siluet senja yang mulai meredup. Dulu, aku dan Mas Rizal sering menghabiskan waktu berdua sekedar menikmati senja. Merajut mimpi, menatap masa depan dalam balutan cinta. “Ve..., sudah mau magrib. Mandi dulu,” teriak Ibu dari luar kamar. Aku terjaga dari lamunan. Berjalan membuka pintu lalu membiarkan Ibu masuk. Kami duduk berdua di tepian ranjang.“Mandi dulu, Ve. Biar pikiranmu jernih.” Ibu menasihati. “Nanti saja, Bu. Malas,” jaw

    Huling Na-update : 2022-11-17
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   BAB 3

    Lamunanku buyar tatkala pintu kamar diketuk tiga kali. Suara lembut ibu terdengar memanggil, meminta aku keluar untuk makan malam bersama. “Iya, Bu. Sebentar,” jawabku berteriak. Dengan malas aku bangkit lalu beranjak keluar. Saat sampai di ruang makan, semua keluarga sudah berkumpul mengitari meja makan, tak terkecuali Mas Rizal. Perih di hati kembali terasa saat melihat Mas Rizal duduk berjajar dengan adikku. Aku menarik kursi kemudian meletakkan bokongku di sebelah Ibu, berseberangan dengan Mas Rizal dan Ela. Seharusnya makan malam ini menjadi momen bahagia karena sudah hampir dua bulan tak berkumpul. Sayangnya ini menjadi momen paling menyakitkan karena harus melihat Mas Rizal bersanding dengan adikku. “Ibu sengaja masak ayam goreng kesukaanmu. Maka yang banyak ya, Ve,” ucap Ibu. “Iya, Bu,” jawabku datar. Aku mengambil secentang nasi beserta sepotong ayam goreng dan sambal terasi. Sesuap demi sesuap aku terus memaksa untuk makan meski sebenarnya aku sama sekali tak menikm

    Huling Na-update : 2022-11-17
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   BAB 4

    Aku melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Membiarkan embusan angin menyapa seluruh tubuh, berharap sedikit mampu mengurangi beban di hati. Namun, nyatanya beban itu masih sama mengimpit perasaan. Berhenti di jalanan yang cukup sepi, aku turun kemudian berteriak sepuasnya melampiaskan kecewa di dalam dada tanpa memedulikan orang lewat yang menatap aneh ke arahku.“Mereka semua kejam. Egois. Tak pernah mengerti sedikit pun tentang perasaanku. Semua sama. Hanya memanfaatkan tenagaku saja.” Aku meracau tak karuan.Puas, aku kembali melajukan motor masih tanpa tujuan yang pasti. Entah pada siapa akan kuadukan semua perih selain pada sepi yang semakin merambat sunyi. Pada akhirnya aku memutuskan ke rumah Linda sahabatku. Mungkin dia bisa membantu menyelesaikan masalah yang tengah kuhadapi. “Assalamu alaikum, Lin.” Aku mengetuk pintu sembari mengucap salam. “Waalaikum salam,” sahut suara perempuan dari arah dalam. Beberapa saat menunggu, akhirnya pintu terbuka. Sosok perempuan berwaj

    Huling Na-update : 2022-11-17
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   MOTOR DIJUAL

    “Iya, Mas..., tapi itu dulu,” jawabku sembari menundukkan pandangan. Malu? Tentu saja! Ada kalanya kita harus jujur meski terkesan memalukan. Tak apa, toh ini hanya perasaan yang sudah terlewat. “Apa sekarang sudah enggak suka?” Mas Farhan menatapku penuh selidik, membuatku semakin salah tingkah. “Pasti masih, Mas! Yang namanya cinta pertama mana bisa dilupakan begitu saja,” sela Linda. Kontan saja aku terperangah. Linda kembali membuka rahasiaku. Aku langsung mencubit pinggulnya hingga dia mengaduh kesakitan. “Rasain! Salah siapa ember!” umpatku dalam hati. “Jadi aku cinta pertamamu, Ve? Kenapa enggak terus terang dari dulu? Kalau tahu begitu sudah kulamar kamu,” ucap Mas Farhan. Tercengang, aku mencoba mencerna kalimat Mas Farhan. Apa maksudnya dengan ‘kulamar’?“Lamar sekarang saja, Mas! Kan sekarang Vera jomlo,” cicit Linda. Astaga! Punya teman kok kayak begini amat. Main celetuk tanpa dipikir dulu. “Memangnya Vera mau menerima kalau aku melamarnya?” tanya Mas Farhan pada

    Huling Na-update : 2022-11-17
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   RIZAL MARAH

    Aku terduduk lemas di lantai teras, tak menyangka Bapak setega itu. Dulu sebelum aku bekerja, Bapak sering memarahiku tanpa alasan yang jelas. Setiap hari aku dipaksa mengalah dengan Ela, seolah dia tak sayang padaku. Setelah aku bekerja dan rutin mengirim uang, Bapak menjadi baik. Dia sangat perhatian padaku bahkan sering sekali menelepon sekedar menanyakan kabar. Semula aku pikir Bapak sudah berubah, tapi nyatanya dia hanya butuh uangku saja!“Kamu kenapa, Ve? Kok lesu begitu?” tanya Ibu yang entah sejak kapan berdiri tak jauh dariku. Lesu, aku menengadahkan wajah, menatap perempuan yang telah melahirkanku. “Motorku dijual Bapak, Bu!” “Kamu serius?” Ibu menatap penuh selidik seolah meragukan omonganku.“Tanya saja sama Bapak,” jawabku. Ibu berbalik masuk ke rumah sementara aku mengeluarkan ponsel dari tas kecil yang terselempang di pundak. Mencari kontak dengan nama Linda lalu segera menghubungi dan memintanya menjemputku ke rumah. Tak berselang lama, Ibu kembali datang, lalu i

    Huling Na-update : 2022-11-17
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   HARI INI

    “Kita ke mana, Ve?” tanya Farhan saat kami sedang di perjalanan. “Ke rumah kamu saja, Mas! Aku mau ketemu sama Linda,” jawabku. “Linda lagi pergi, Ve,” terang Farhan. “Ya sudah terserah Mas saja, yang penting pergi dari rumah,” jawabku. Aku memejam sejenak sambil memijit pelipis. Kepala rasanya mau pecah memikirkan keluargaku yang kacau. Setiap orang yang waras pasti ingin keluarganya damai tidak terkecuali dengan aku. “Kamu kok kayak stres gitu, Ve? Apa Bapakmu minta uang lagi?” tanya Mas Farhan. “Mending kalau minta, aku masih bisa menolak. Ini motorku yang dijual buat resepsi Ela. Apa enggak kebangetan?” keluhku. Sebenarnya tak enak hati menceritakan aib keluarga pada Mas Farhan, tapi mau bagaimana lagi? Sekarang aku butuh teman curhat untuk mengurangi beban pikiran. “Ambil hikmah saja, Ve!” ujar Mas Farhan. Aku mengalihkan pandangan, menatap sekilas pada Farhan lalu kembali menatap lurus ke depan. “Hikmah apa, Mas? Yang ada aku yang harus mengalah terus!” “Semua yang ter

    Huling Na-update : 2022-12-09
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   BELAJAR TEGAS

    Belum satu menit meluruskan punggung, Ibu sudah berteriak memanggil sembari menggedor-gedor pintu kamar. “Iya, Bu!” sahutku dari dalam kamar. “Keluar sebentar, Bapak mau bicara,” pekik Ibu. “Nanti saja, Bu! Capek!” tolakku. Seharian habis jalan sama Farhan, penat tak lagi terelakkan. Lagian, bentar lagi juga mau magrib. Kan bisa bicaranya nanti saja. “Bapak minta sekarang, penting katanya!” ucap Ibu. “Iya,” jawabku menahan kesal. Sepenting apa sih sampai senja begini Bapak mau bicara? Dengan malas aku bangkit, berdiri lalu beranjak membuka pintu. Ibu masih berdiri mematung menungguku. “Ada apa sih, Bu?” gerutuku. “Duduk dulu, Bapak mau bicara,” ucap Ibu. Aku menurut. Berjalan ke arah Bapak yang tengah duduk di lantai ruang keluarga lalu meletakkan bobot berhadapan dengannya. Pun dengan Ibu, dia duduk di sebelah Bapak. “Bicara penting apa sih, Pak?” tanyaku memasang wajah masam. Kejadian tadi pagi masih membuatku dongkol, sekarang rasanya malas jika bicara dengannya. “Begi

    Huling Na-update : 2022-12-10
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   PERMINTAAN GILA

    Farhan menghentikan mobilnya di depan rumah. Turun, lalu mengajakku masuk ke dalam. Mempersilakan aku duduk di ruang tamu. “Tunggu sebentar, Ve! Aku panggil Ibu dulu,” pamit Farhan lalu beranjak pergi. Aku menarik nafas dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan. Mencoba menata hati yang berdebar tak karuan. Tak berselang lama, Farhan datang bersama Ibunya. Perempuan paruh baya itu melempar senyum ke arahku lalu mengulurkan tangan. Gegas aku menyambut dengan mencium takdim punggung tangannya. “Apa kabar kamu, Ve?” tanya Ibu setelah dia dan Farhan duduk. “Baik, Bu,” jawabku gugup. “Begini, Ve..., Ibu mengundangmu ke sini karena ada yang ingin Ibu bicarakan sama kamu,” ucap Ibu dengan nada suara terdengar serius. “Tentang apa, Bu?” tanyaku penasaran. “Tentang kalian berdua,” jawab Ibu. Bingung, aku mengalihkan pandangan menatap Mas Farhan dan dibalas senyum olehnya. “Kemarin Farhan cerita kalau kalian sudah sangat dekat. Farhan minta Ibu melamar kamu. Apa kamu sudah siap?” tanya I

    Huling Na-update : 2022-12-11

Pinakabagong kabanata

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   bahagia

    ****Menjelang siang aku dan Mas Farhan bertandang ke rumah Ibu.Sekalian saja menemui Ela sebab beberapa hari ini kami tak bertemu.Kami menghentikan mobil di halaman yang lumayan luas. Rumahdi hadapanku penampakannya masih sama persis dengan saat pertama kali datang.Di sinilah aku mulai tahu sejatinya diriku.Melangkah mendekati pintu, aku berteriak mengucap salam lalumemanggil Ela-adikku. Tak lama, sosok yang kusebut namanya menyembul dari balikpintu, memamerkan senyum khasnya.“Kamu sudah sehat, Mbak? Maaf belum sempat menjenguk,”ucapnya lalu mengajak kami masuk.Enggak apa-apa! Lagian aku juga sudah sehat kok! Buktinyasampai di sini.” Aku membalas dengan senyuman, lalu mengekori langkahnya dankami bertiga duduk di kursi tamu.“Ibu mana, La? Aku ingin ketemu,” tanyaku sesaat kemudian.“Bentar, Mbak!”Perempuan yang perutnya mulai buncit itu melangkah masuk danlekas kembali bersama Ibu. Aku langsung bangkit meraih tangan Ibu dan menciumtakdim.Meski selama ini Ibu sering berlaku tak

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   minta izin

    “Ve, kita balik ke rumah saja yuk! Aku enggak nyaman tinggalserumah sama Hana. Takut kalau dia menghasut lagi,” ajak Mas Farhan saat kamisedang berdua.“Iya juga sih, tapi bagaimana dengan tanggung jawab kitapada Bu Lili? Kalau dia yang ngurus semua usaha, takutnya malah sakit lagi.Kasihan,” sahutku penuh kekhawatiran.“Kita bayar orang saja. Kita hanya sesekali saja mengontrol.Sebulan sekali misal, kita bisa ke sini sekalian jenguk keluarga,” usulnyakemudian.Diam, aku mencoba menimbang usulan Mas Farhan. Sepertinyaini ide bagus. Kami bebas ke mana pun, sedangkan usaha tetap jalan.“Tapi siapa, Mas? Jaman sekarang susah cari orang yangbenar-benar bisa dipercaya,”Kami berdua saling tatap, bingung menentukan siapa yang kamipercaya. Hana jelas tidak mungkin. Meski dia keponakan Tante Lili, tetap sajaaku tak percaya, apalagi Hana sempat ingin menguasai harta Bu Lili.Rizal, lelaki itu juga enggak mungkin. Bisa-bisa tokobangkrut lantaran jarang buka. Lagian, dia selama ini dia juga jaran

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   HANA KEMBALI

    Selagi kami makan, terdengar bunyi pintu yang diketuk diiringi salam, suara lelaki yang sangat kukenal. “Itu suara Mas Farhan, Bu!” ucapku girang. “Kayaknya iya. Coba kamu lihat!” Tanpa menunggu lama, aku bangkit berdiri lalu setengah berlari menuju depan. Gegas kuputar anak kunci dan membuka pintu. Benar. Mas Farhan berdiri mematung persis di depanku. Aku menatap rindu pada lelaki yang sudah tiga hari tak menemani tidurku. “Kamu pucat, Ve ...” Lelaki itu menyentuh pipi lalu berpindah di kening, seolah begitu mengkhawatirkan keadaanku. “Iya!” sahutku lirih. Sebenarnya aku ingin memeluk menuntaskan rindu, tapi terbentur ego yang mendalam. Kecurigaannya yang berlebihan kembali terngiang di kepala. Beberapa saat kami terpaku dalam kebisuan. Sampai akhirnya Mas Farhan meraih jemari lalu bersimpuh di depanku. “Kamu mau maafin aku kan, Ve?” ucapnya penuh harap. Binar ketulusan terlihat jelas dari sorot mata sendunya, hingga mampu meluluhkan hati membunuh ego. “Iya, Mas! Aku sudah

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   NASIHAT

    Tiga hari setelah kembali dari rumah sakit, aku lebih sering menyendiri di kamar ketimbang berkumpul bersama Bu Lili dan Pak Herman. Banyak kuhabiskan waktu untuk merenung, menoleh pada setiap bait kenangan yang tercipta. Dalam sebuah rumah tangga, rasa saling menjadi suatu keharusan. Cemburu dan curiga itu wajar, tapi jika berlebihan, niscaya akan menghancurkan , menghempaskan mimpi yang tengah dibangun. Sampai detik ini Mas Farhan belum juga kembali, padahal aku butuh dia untuk bersandar. Benar, memang aku yang memintanya pergi, tapi hanya sekedar meluapkan emosi agar dia lekas menyadari kesalahan. Bukan untuk selamanya. Lamunan buyar tatkala terdengar derit pintu yang terbuka. Seorang perempuan paruh baya menyembul, lalu berjalan mendekat dam duduk di sebelahku. “Sampai kapan kamu mau seperti ini, Sayang?” Bu Lili melempar senyum, merapikan rambutku yang berantakan. “Entahlah, Bu! Aku benar-benar tak mnduga akan kehilangan bayiku,” sahutku perih. Dia tersenyum. Kembali dibela

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   mengusir benalu

    *** Tak butuh waktu lama, kami telah sampai di rumah. Pak Herman lebih dulu turun lalu membuka pintu samping, membantuku keluar dari mobil. Sepasang suami istri itu mengapit di kanan dan kiriku. Mungkin mereka khawatir aku masih lemas. Langkahku terhenti saat pandanganku menangkap dua sosok makhluk yang berdiri menyambut kami. Keduanya melempar senyum, tapi berupa senyum mengejek. Ya. Hana dan Ibunya berdiri di ambang pintu. Mungkin mereka mendengar deru mesin mobil sampai mereka ke luar. “Maaf, Bu! Aku pilang ke rumah nenek saja!” ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari Hana dan ibunya. “Loh ... kenapa?” Bu Lili mengernyit heran. “Aku tak mau serumah dengan iblis seperti mereka!” ucapku sembari mengacungkan jemari telunjuk lurus ke depan. Bu Lili mengarahkan pandangan mengikuti arah jari telunjukku. Barangkali mereka mendengar ucapanku, makanya mereka menghampiri. “Kalau mau ke rumah nenekmu, kenapa harus ke sini dulu? Apa sudah lupa jalan ke sana? Perlu aku antar?” Hana te

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   Bayiku .... tidak...

    Berkali-kali aku mengerjapkan mata berusaha mengumpulkan kesadaran. Lalu, kuedarkan pandangan ke sekeliling sebab merasa di tempat asing. Semuanya bernuansa putih bersih, jauh berbeda dengan kamarku yang didominasi warna pink. Diam, aku berusaha menajamkan ingatan kenapa sampai ada di sini. Terakhir kuingat pertengkaran dengan Mas Farhan, lalu aku terjatuh bersimbah darah. “Astaga! Bayiku!” Aku menjerit histeris. Belum sempat kukabarkan kehamilan, tapi semua telah terenggut. Padahal, aku ingin memberi kejutan untuk Mas Farhan. “Tenang, Ve!” Kurasakan kedua pundak ada yang memegangi. Pun suara Mas Farhan yang mencoba menenangkan. “Bayiku!” Aku semakin histeris sambil berusaha berontak. Namun, Mas Farhan mendekapku erat sampai aku kesulitan bernafas. Akhirnya kutumpahkan semua air mata di dada bidangnya. “Maafkan aku, Ve!” ucap Mas Farhan setengah berbisik.Suaranya terdengar parau. Seperti sedang merasakan sesal di dalam hati. Diam, aku tak mencoba menyahut kalimat Mas Farhan.

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   DARAH

    Mas Farhan kembali menolak, tapi aku terus memaksa. Bahkan, aku sendiri yang menghidupkan mesin mobil meski pada akhirnya Mas Farhan yang mengemudi. Tak butuh waktu lama kami telah sampai di halaman rumah Ibu. Gegas aku turun lalu berteriak menyebut nama adik iparku. “Rizal! Keluar kau!” teriakku kencang. Sudah tidak terkontrol lagi emosi di kepala. Gara-gara Rizal yang merayu, rumah tanggaku terancam hancur. Tanpa permisi aku langsung membuka pintu. Rupanya Ela sudah ada di depan pintu. “Astaghfirulloh, Mbak! Bikin kaget saja. Ada apa?” tanya Ela. “Mana suamimu?” “Enggak tahu, Mbak, memang kenapa?” tanya Ela dengan wajah heran. “Gara-gara dia Mas Farhan jadi marah denganku,” ucapku sembari menoleh pada suami yang telah berdiri di sebelahku. “Ngomong yang jelas dong, Mbak! Kita bicara sambil duduk,” ajaknya. Tepat saat hendak berpindah ke kursi ruang tamu, dari arah dalam Ibu datang mendekat. Dia tampak bingung melihatku yang tanpa senyum. “Ada apa, Ve? Kamu kenapa?” tanya

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   PERTENGKARAN

    “Tak ada salahnya mereka ikut bicara, Ve! Toh maksudnya baik,” ucap Mas Farhan dengan nada suara terkesan menyudutkan. Aku terperangah mendengar kalimat suamiku. Sama sekali tak menduga dia akan termakan omong kosong itu. Sementara Hana dan ibunya tersenyum penuh kemenangan. Seharusnya Mas Farhan lebih mempercayaiku yang notabene istrinya, tapi kenapa malah lebih mendengar bualan Hana? “Baik dari mananya, Mas? Yang mereka katakan itu fitnah! Mereka ingin menghancurkan kita!” elakku sembari mengacungkan telunjuk ke arah mereka berdua. Di sini aku mulai yakin Hana dan ibunya sengaja menghasut Mas Farhan. Mungkin karena sakit hati tak mendapat warisan dari Bu Lili. “Fitnah bagaimana? Bukankah kamu mengakui Rizal kemari dan kalian saling berpegangan tangan?” cecar Mas Farhan. “Iya! Tapi dia yang meraih tanganku dan kutepis. Bukan berpegangan mesra seperti yang mereka katakan!” Sudahlah, Ve! Aku capek!” ketus Mas Farhan. Lalu, dia bangkit berdiri dan beranjak masuk. Aku benar-bena

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   fitnah

    *** Aku membuka mata saat sayup terdengar deru mesin mobil berhenti di depan rumah. Rupanya tadi aku ketiduran. Buru-buru aku bangkit berdiri lalu beranjak ke luar. Benar dugaanku. Ternyata Bapak dan Mas Farhan telah kembali. Mereka berjalan beriringan sambil mengobrol. Keduanya mendekat ke arahku. Lalu, aku menyambut dengan mencium takdim punggung tangan mereka. Ini salah satu caraku menunjukkan bakti, baik pada orang tua ataupun suami. “Mau aku bikinkan kopi, Mas?” tawarku. “Boleh.” Mas Farhan melempar senyum. “Bapak mau juga?” “Enggak usah. Bapak mau istirahat dulu,” Kemudian, kami sama-sama masuk ke dalam rumah. Mas Farhan duduk di sofa ruang tamu, Bapak langsung beranjak ke kamar, sedangkan aku ke dapur. Tak lama, aku telah kembali dengan secangkir kopi di tangan. Kuletakkan di meja depan Mas Farhan lalu aku duduk di sebelahnya. “Ini, Mas!” ucapku.Sementara Mas Farhan menyeruput kopi, aku sibuk memandangi wajahnya. Bulir keringat yang masih menempel di pelipis membuat

DMCA.com Protection Status