“Apakah kau pikir aku akan membiarkan kau membuat janji bertemu dengan kekasihmu yang mahasiswa itu?” Bentak Patrick emosi.Dengan kasar ditariknya tangan Maureen, hingga ia berdiri dan posisi mereka berhadapan.Tangan Maureen terangkat untuk menampar wajah Patrick, sampai berbunyi nyaring. Setelahnya Maureen melihat Patrick dengan takut. Ia berjalan mundur menjauh dari suaminya itu.Maureen membalikkan badannya, kemudian setengah berlari menjauh dari Patrick. Namun, kandungannya yang besar menghambat usaha Maureen untuk kabur dari Patrick.Dengan kasar Patrick menarik lengan Maureen, kemudian membalik badannya menghadap dirinya. “Kau pikir bisa kabur dariku tanpa mendapatkan hukuman!”Maureen yang tadinya merasa takut mencoba untuk melawan rasa itu. Diangkatnya dagu tinggi-tinggi ia melihat Patrick dengan mata yang mengembun.“Aku tidak akan meminta maaf, apalagi menyesal dengan yang telah kulakukan! Kau pantas mendapatkannya, setelah apa yang kau katakan kepadaku barusan!” bentak Ma
“Beruntungnya diriku berada di tempat yang tepat!” sahut Maureen.Patrick memijit hidung Maureen pelan dan berbisik di telinganya. “Aku memaafkanmu dan percayalah aku akan menuntut balasannya nanti di kamar kita.” Maureen langsung saja mencubit pinggang Patrick yang disambut kekehan olehnya.Patrick merangkul pinggang Maureen mengajaknya menuju kursi yang ada di kafe pada kapal tersebut. Ia menjentikkan jarinya memanggil pelayan datang ke meja mereka.Seorang pelayan dengan menu di tangannya datang menghampiri. Pelayan itu menyerahkan buku menu kepada mereka berdua.Keduanya memesan anggur dan sandwich, setelah pesanan mereka dicatat pelayan itu pun berlalu.“Berapa lama kau merencanakan bulan madu kita, Patrick?” Tanya Maureen.“Selama aku tidak bosan dan menjadi marah karenamu!” sahut Patrick dingin.Maureen mendengus tidak suka mendengarnya. Ia mengatupkan bibirnya rapat dengan wajah cemberut.Suasana sedikit tegang itu menjadi reda dengan kedatangan pelayan yang membawakan pesanan
“Sungguh menggelikan sekali, kau ini, Patrick! Sekarang kau salahkan lagi dan tentu saja kau memang selalu benar, bukan?” Maureen beranjak dari duduknya berjalan keluar dari ruangan dokter itu.Begitu sudah berada di luar Maureen langsung menuju ruangan bayi di mana anaknya berada. Ia sudah mendapatkan ijin, untuk membawa anaknya keluar dari rumah sakit.Diangkatnya bayinya, yang terbungkus selimut berwarna biru. Diciumnya kening putranya itu dengan rasa sayang. ‘Kita pulang, Sayang!’Dengan putranya yang berada dalam gendongan, Maureen keluar dari ruang bayi. Dan ia berpapasan dengan Patrick yang berjalan ke arahnya.Diambilnya bayi yang berada dalam gendongan Maureen. “Aku yang membawa anak kita!”Maureen membalalakkan matanya ke arah Patrick. Namun, ia tidak mau tarik-tarikan bayi mereka, karena dapat membuatnya terbangun dari tidur. Dan juga membuat anak mereka menangis.Keduanya berjalan keluar dari rumah sakit. Sesampainya di luar sudah ada taksi, yang sebelumnya dipesan Maureen
“Maureen, kamu sudah melahirkan?” Tanya Luke lagi. Ia baru menyadari kalau perut Maureen sudah kempes dan ia terlihat menggendong seoorang bayi.“Luke Tolong, jangan beritahu Patrick, kalau kamu melihat keluar kamarku. Aku akan pergi meninggalkan Patrick,” ucap Maureen dengan suara pelan.Luke mengerti dengan apa dikatakan Maureen. Ia berjanji akan membantunya pergi jauh dari Patrick. Dan tidak bingung mengenai Ibunya, karena ia akan membantu tentang Ibu Maureen.Tidak ada lagi yang membuka suara dalam lift tersebut. Sampai suara denting lift yang berbunyi. Membuat Maureen langsung bergerak maju ke arah pintu lift yang terbuka.Tangan Maureen ditarik Luke. “Tunggu, biar aku berjalan di depan. Kau tidak ingin ketahuan Patrick, bukan?”Maureen mengangguk ia memang tidak ingin ketahuan Patrick. Dibiarkannya Luke berjalan di depan melalui koridor. Luke membimbing Maureen melalui koridor menuju pintu bagian samping hotel.Secara mendadak Luke menghentikan langkah membuat Maureen yang berja
“Silakan saja, aku tidak takut! Kau yang seharusnya merasa takut, karena sudah membuat Istrimu sendiri menghilang, daripada kau mengurusi diriku!” ucap Luke.Patrick menggeram marah tangannya terulur menarik kerah kemeja Luke, dengan gigi yang digemeretakkan menahan kemarahannya.Ia mengatakan, kalau dirinya tidak akan memberi ampun kepada Luke, yang sudah berani bermain di belakangnya.Setelah memberikan peringatan kepada Luke, Patrick mendorongnya dengan keras sampai terjatuh. Patrick berjalan keluar kamar hotel Luke, dengan raut wajah yang begitu dingin.Dikeluarkannya ponsel dari saku jas yang dipakainya. Patrick menghubungi orang suruhannya meminta kepaanya untuk melacak keberadaan Istrinya. Ia hanya boleh menghubunginya, kalau sudah berhasil menemukan Maureen anaknya.Ditutupnya sambungan telepon, ia berjalan melalui koridor menuju kamarnya. Ia tidak mengetahui, apakah suatu kesengajaan atau tidak kamarnya dan Luke berada pada lantai yang sama.Sesampai di kamarnya Patrick lang
“Brengsek! Di mana kau sembunyikan Istri dan anakku!” Bentak Patrick, sambil melayangkan pukulan ke wajah David.David membalikkan badan, sambil melayangkan tatapan heran kepada Patrick. Ia tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan oleh suami Maureen.Tidak ingin meladeni Patrick, David membalikkan badannya kembali melangkah menjauhi Patrick.“Hei! Apakah kau tuli!” Bentak Patrick emosi.Ditariknya lengan David, sehingga ia tidak bisa melangkah. Dilayangkan tatapan tajam dan menusuk ke arah David mencoba untuk mengintimidasi lelaki itu.David dengan geram membalikkan badan. Dan karena emosi ia langsung melayangkan pukulan ke wajah Patrick, yang tidak sempat dihindarinya.“Aku tidak melihat di mana Istri dan Anakmu berada. Aku merasa senang mengetahui Maureen berhasil menjauh dari pria jahat, sepertimu!” ucap David.Rahang Patrick menjadi mengeras ia mengepalkan kedua tangan di samping badannya. Ia menatap dingin David terlihat sekali ia tiddak suka dengan apa yang barusan dikatakan Da
“Saya harap Anda bisa bersikap sopan tidak peduli jabatan Anda! Di sini ada aturan dan Anda harus mematuhinya!” Pegawai administrasi itu menatap Patrick dingin.Wajah Patrick menjadi merah, karena amarah. Dengan tangan yang terkepal dan mata menyorot marah. Dirinya, kemudian ia bangkit dari duduknya berjalan keluar ruangan itu.Disadarinya, kalau ia telah memasuki ruangan yang salah. Ia harus mencari kelas Maureen, atau orang-orang yang mengenal Istrinya itu. Ia harus berhasil mendapatkan informasi, siapa kira-kira orang yang sudah membantu Maureen kabur.Ini sudah memasuki hari ke tiga dan ia sama sekali belum mendapatkan informasi di mana dan siapa yang sudah membawa Maureen.“Hei, kamu!” Patrick melambaikan tangan dengan tatapan mata menyiratkan amarah. Ia tidak peduli, kalau dirinya membuat takut gadis itu.“Kamu teman Maureen, bukan? Dapatkah kau mengatakan kepadaku siapa saja yang dekat dengan Istriku!” Tegas Patrick, sambil memegang tangan gadis itu.Gadis itu secara otomatis
“Ayah pikir untuk apa aku mencari Maureen, kalau aku sudah mencelakainya!” Bentak Patrick, sambil memukul meja kerjanya dengan keras.“Bagus, kalau kamu bertanggung jawab untuk mencari Istri dan anakmu!” Ayah Patrick bangkit dari duduknya, kemudian berjalan keluar dari ruang kerja tersebut.Begitu pintu ruang kerjanya sudah tertutup Patrick mengacak rambutnya dengan kasar. Ia menjadi semakin marah kepada Maureen, karena kesulitan yang ia hadapi akibat pelariannya.Diisinya gelas yang kosong dengan anggur, biarlah alkohol menjadi pelarian dari rasa kesalnya. Semua yang dilakukannya untuk mencari Maureen belum juga membuahkan hasil.Entah pada gelas ke berapa pada akhirnya Patrick menjadi mabuk. Dan kepalanya jatuh tertelungkup di atas meja kerja.‘Argh! Siapa yang berteriak-teriak memekakkan telinga dan membuat kepalaku sakit!’ gerutu Patrick.Diangkatnya kepala dari atas meja, kemudian ia berjalan menuju pintu kamar, sambil memegang kepalanya.Dibukanya pintu kamar dan terlihat sosok