Beranda / Romansa / DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU / Bab 16. Menghargai Masakan Orangtua

Share

Bab 16. Menghargai Masakan Orangtua

Penulis: Dacytta-Peach
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu tidak suka Sum dengan masakan Ibu?" Bu Saritun terus menanyakan pendapat Sumiyati tentang masakannya selama ini. Gadis berambut panjang itu terdiam cukup lama, terombang-ambing di dalam sebuah dilema dimana ia memang tidak menyukai masakan ibunya yang selalu asin. Akan tetapi dirinya juga tidak bisa jujur karena kejujurannya tentu saja akan membuat sang ibu terluka pastinya.

"Sum—"

"Suka kok Bu, Sum sangat suka dengan masakan Ibu." Sumiyati menjawab dengan getir, ia mengulas senyum seolah tidak pernah terjadi apa-apa selama ini. Kejadian yang pernah menimpa ibunya disaat muda hingga berakibat fatal membuat Sumiyati tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya. Sumiyati tahu, jika ia mengatakannya maka sang ibu akan bersedih lalu menyalahkan dirinya sendiri.

"Kalau begitu kamu segera belanja gih?! Ibu akan bantu menyalakan api di tungku dulu." Bu Saritun terlihat berbinar, wajah yang sangat cantik untuk wanita tua seperti beliau.

Sumiyati menoleh ke arah Ilham yang kala itu hanya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 17. Selingkuh

    "Sum, bagaimana? Jangan buat Ibu makin penasaran," ucap Bu Saritun dengan keing berkerut. Melihat antusias yang diperlihatkan Bu Saritun, Ilham lantas menyahut dengan cepat."Tentu saja enak Nek, Mbak Sum pasti nggak bisa berkata-kata karena saking enaknya. Buktinya nih, Ilham mau nambah lagi," ucap Ilham lalu kembali mengambil bakwan goreng yang masih hangat tersebut. Ilham hanya tersenyum, menikmati gorengan yang menurut Sumiyati memang terasa sangat asin. Seperti biasa, Sumiyati tidak mampu berkata-kata karena dia tidak sanggup menyakiti hati ibunya.Bu Saritun tersenyum puas, melihat Ilham begitu lahap memakannya rasa khawatir yang sempat hadir dalam hati Bu Saritun mendadak lenyap. "Benar kan Sum, Ibu masaknya pasti enak. Nak Ilham, bakwannya gak keasinan kan Nak?"Ilham menggeleng, ia tersenyum sambil mengunyah. "Enggak Nek, tidak asin sama sekali kok. Rasanya sudah pas. Nenek memang pintar memasak. Hmm, Ilham boleh bawa pulang bakwannya Nek?"Alis Sumiyati menaut, ia menatap I

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 18. Terbongkar Segalanya

    Tring... Tring...Ponsel android Sumiyati yang sudah jadul berbunyi, mengalihkan perhatian si empunya ponsel dari aktifitasnya mengambil jemuran kering dari tali yang ia gelar di belakang rumah. Sumiyati segera berteduh, sore itu masih terasa panas di langit kota Wonogiri.Meletakkan bak ember yang biasanya ia pakai untuk mengambil jemuran kering, Sumiyati lantas merogoh saku daster usang yang ia pakai. Wajahnya terlihat serius ketika sebuah nomer baru masuk ke WhatsApp-nya dan sepertinya tengah mengirim foto.Karena ponsel model lama, Sumiyati harus bersabar ketika ponselnya tersebut sedikit lemot untuk memuat gambar. Beberapa detik kemudian, mata Sumiyati melotot. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat, perlahan tangannya gemetaran disusul perasaan hancur yang menumbuk jantung dan juga dadanya."Apa ini? Foto ini?" Sumiyati menggeleng, ia menutup mulutnya rapat-rapat dengan sebelah tangan. "Mas Susilo, kamu tega Mas."Beberapa detik kemudian, nomer baru itu mengiriminya pesan sin

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 19. Benarkah Aku Menyukainya?

    "Kamu bisa bantu Nenek kan, Ilham?" Bu Saritun kini menyentuh tangan pemuda yang duduk di sebelahnya. Dengan segenap perasaan yang ada, Bu Saritun meminta agar Ilham mau menyelidiki tentang kesedihan Sumiyati yang terlihat begitu berlebihan.Ilham terdiam, ia menunduk sejenak lalu menganggukkan kepala. Setuju dengan apa yang dipinta Bu Saritun, Ilham mencoba memahami posisi wanita tua itu sebagai seorang ibu. "Baik Nek, saya akan bantu sebisa saya."Bu Saritun tersenyum puas, ia menganggukkan kepala tanpa banyak bicara lagi. Wanita tua berambut putih itu lalu melongok ke dalam, memanggil Sumiyati untuk membuatkan kopi. "Sum, Sumiyati!""Iya Bu," sahut Sumiyati dari dalam kamar, gadis itu perlahan membuka pintu kamar lalu menghampiri Bu Saritun yang duduk di luar rumah.Melihat ada Ilham, Sumiyati mencoba terlihat biasa meskipun wajahnya masih terlihat merah karena menangis. "Oh, ada Mas Ilham, sudah lama ya Mas?!""Baru saja Mbak," jawab Ilham pelan sambil tersenyum, benar saja ia bis

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 20. Kembali Ke Kota

    "Ya Allah, benarkah aku menyukainya?" Ilham membatin dalam hati, jelas terasa getaran aneh itu mengguncang dadanya saat ini.Melihat Ilham hanya tertegun di tempat, Sumiyati menautkan alis. Dirinya tidak mengerti kenapa pria itu tiba-tiba terdiam menatapnya. Menggelengkan kepala, Sumiyati lantas melambaikan tangan ke arah Ilham. "Mas, ke sini!"Ilham tersadar, sepertinya ia memang harus merapalkan surat An-Nas untuk mengusir jin yang menguasai otaknya. Pria berjaket jeans biru segera bergegas menuju ke arah Sumiyati, menunjukkan dua tiket yang berhasil dia beli. "Nih tiketnya sudah kebeli. Yuk kita naik!"Sumiyati mengangguk, ia lantas mengikuti langkah kaki Ilham untuk segera naik bianglala seperti yang mereka kehendaki sebelumnya.Malam yang penuh dengan keriuhan orang itu, mereka nikmati bersama-sama sambil menaiki bianglala. Sesekali tertawa lepas untuk menghilangkan penat dan jenuh yang melanda.Terdiam sejenak, Ilham kembali meresapi perasaannya. Perasaan yang terasa begitu nyam

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 21. Bertemu Susilo dan Selingkuhannya

    "Gimana ya Mas? Saya—" Gadis itu terdiam, bingung mau menjawab apa. Sambil mengelus rambutnya yang dikuncir ekor kuda sedikit tinggi, Sumiyati nampak berpikir dengan jawaban apa yang akan ia berikan pada Ilham. "Saya sih sudah nggak mikir itu Mas.""Maksudnya Mbak?" Ilham kali ini yang merasa tidak puas, ia menatap Sumiyati, memperjelas apa yang tengah dikatakan lawan bicaranya tersebut."Ya maksudnya, saya mau cari pendamping yang bisa mencintai kekurangan saya dan juga Ibu saya Mas. Saya tahu hal itu sangat mustahil terlebih tahun ini dibuktikan dengan keempat calon suaminya saya yang gak bisa terima saya termasuk kondisi Ibu," jawab Sumiyati jauh lebih gamblang. Gadis itu mengembuskan napas panjang. "Saya memprioritaskan ibu saya dulu Mas, kasihan kalo nantinya suaminya saya syok lihat Ibu saya kayak gitu. Sakit saya bayanginnya."Ilham terdiam, turut larut dengan apa yang dikatakan Sumiyati. Memang sulit mencari pasangan hidup yang cocok dengan diri dan juga lingkungan keluarga. B

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 22. Langkah Tegas

    "Sum, uang itu—""Kenapa? Nggak ada ya?! Udah kamu kasih ke adik sama ibu kamu?" Sumiyati dongkol, ia lalu melirik ke arah wanita yang berdiri di belakang Susilo yang terlihat asyik makan siomay tanpa merasa bersalah sedikit pun. "Atau udah buat bayar wanita parasit ini Mas?""Eh, apa kamu bilang?" Wanita bernama Asih itu melotot, ia maju kedepan namun Susilo segera menghadangnya dengan cepat. "Enak saja kamu ngatain aku parasit!""Lha terus apa dong?" Sumiyati gantian nyolot, ia tersenyum mengejek. "Cewek yang gatel, pengen digaruk, dan hobinya cuma icip-icip calon suami orang, yang namanya gitu kalo bukan parasit apa coba?!""Heh kamu berani ya?!" Asih menyalak seperti anjing kepanasan."Sudah, sudah! Asih kamu diam!" Susilo melerai, tidak ingin hawa siang itu jadi bertambah panas karena Asih turut tersulut api kemarahan.Sumiyati tersenyum sambil mengangguk, ia butuh asupan oksigen banyak supaya tetap sadar dan tenang di hadapan Susilo. "Aku nggak mau banyak Mas, sekarang kita putu

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 23. Maafkan Ibu

    Bu Saritun tersungkur ke tanah, kedua lututnya sedikit lecet karena tergores kasarnya tanah merah yang baru saja ia bersihkan dengan sapu lidi. Batinnya menangis, tidak sanggup membayangkan penderitaan yang diderita putrinya tahun ini.Rupanya karena masakannya yang asin, yang selalu ia suguhkan kepada para calon suami Sumiyati justru membawa bencana tersendiri bagi putrinya. Bibir wanita tua itu terkatup, bergetar dibalik tanga keriput yang menutupinya.Bu Saritun menangis, tersedu sambil tertahan. Ia tidak raungan hatinya yang bersalah didengarkan banyak orang. Beruntung rumah satu dengan rumah yang lain berjarak cukup jauh sehingga meskipun ia menangis, tidak ada satu pun tetangga yang memergokinya."Maafkan Ibu Nak, ternyata dibalik keegoisan Ibu kamu menyimpan laramu sendiri. Karena masakan Ibu yang terlalu asin kamu harus ditinggalkan pria impianmu hingga tiga kali. Ya Allah, dosa apa yang sudah hambamu perbuat ini? Apakah wanita tua renta ini sama sekali tidak boleh memasak unt

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 24. Diantara Rasa Bimbang

    "Salah ya Bu kalo aku menyukainya?" Ilham balik bertanya, mimik wajahnya terlihat bingung dengan pertanyaan yang Bu Wiryo layangkan terhadapnya."Jadi kamu menyukainya?" Bu Wiryo langsung menukas, nada suaranya naik satu oktaf hingga Ilham bisa menafsirkan apa yang kini tengah dirasakan oleh ibunya. Wanita paruh baya dengan cepolan asal di kepalanya hanya menggeleng pelan. "Ilham, Ilham, kamu cari yang masih sendiri kenapa?! Sum itu kan sudah ada calon. Jangan sampai nama baik kita hancur gara-gara kamu jadi pebinor ya?!""Aduh Bu, siapa juga yang jadi pebinor. Mbak Sum itu ke Semarang mau urusin resign dia dari PT. Setelah itu dia mau ambil uangnya yang disimpan sama calon suaminya itu. Ups! Ilham buru-buru menutup mulut, wajahnya langsung memerah. "Ibu sih, Ilham jadi keceplosan kan?! Pokoknya Mbak Sum itu wanita baik-baik Bu, dia meskipun udah perawan tua tapi Ilham tahu Mbak Sum orangnya gak neko-neko kayak Nela."Ilham lantas menyambar gelas berisi air putih di hadapannya, menegu

Bab terbaru

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 50. Langgeng Selamanya

    Pernikahan Sumiyati dengan Ilham berjalan dengan lancar, mengambil lokasi di rumah Bu Saritun, resepsi yang terjadi pada hari Minggu itu berjalan sesuai dengan harapan semua pihak.Musik khas suku Jawa yang berbunyi begitu syahdu, selaras dengan musik kendang yang dipukul bertalu-talu. Tamu perlahan bergerak datang, memberi selamat pada sang mempelai dengan raut wajah gembira dan penuh sukacita. Ya, sekarang Sumiyati telah memiliki pendamping yang tampan dan mau menerima kekurangannya hingga maut memisahkan.Berbeda dengan Sumiyati dan Ilham yang masih dipajang di kursi pelaminan, Bu Saritun berjalan menepi ke pinggiran rumah tanpa ada satu orang pun yang tahu. Wanita tua itu menahan haru yang cukup dalam, kedua bola matanya memerah dan ia cukup terisak dengan keadaan yang tengah terjadi sekarang.Ya, siapa yang tidak terharu melihat kondisi Sumiyati sekarang. Sebagai ibu tunggal, Saritun pernah merasakan bagaimana susahnya berjuang sendirian membesarkan seorang anak. Sumiyati tumbuh

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 49. Sumpah Setia

    Segala niat baik pasti akan direstui dan dipercepat jalannya oleh Tuhan. Setidaknya Ilham mempercayai pepatah itu di dalam hidupnya. Lihat saja, dua minggu berlalu dengan cepat. Pemuda itu mempersiapkan segalanya dengan matang, ia memesan dekorasi pernikahan sekaligus catering makanan untuk tamu yang hadir di acara pernikahannya nanti.Tidak hanya itu, ia mengurus semua dokumen kelengkapan untuk pernikahan dengan sangat hati-hati dan juga penuh semangat tinggi. Tidak mungkin bagi Ilham untuk mundur, ia telah separuh jalan dan baginya semua yang ia jalani sekarang adalah kenikmatan dari perjuangan yang ia lalui sekali seumur hidup.Setelah berkutat dengan segala hal yang berbau dengan pernikahan, hari spesial itu telah tiba. Ilham sudah tidak sabar menunggu waktu dimana ia akan berjumpa dengan Sumiyati di pelaminan. Ya, tentu saja dia rindu karena selama dua minggu ini sama sekali tidak bertemu dengan Sumiyati dikarenakan kesibukannya mengurusi segala hal.Ilham selalu sabar, bukankah

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 48. Jawaban Atas Segala Doa

    Gadis berparas ayu itu terus menunduk, ada kegundahan hati yang saat ini melanda tanpa bisa ia katakan pada siapa pun. Tidak hanya Ilham atau pun keluarga besar, semua orang yang hadir di ruangan itu tengah menunggu Sumiyati untuk menjawabnya secara langsung.Dalam satu tarikan napas dan menyebut asma Allah dalam hati, Sumiyati menganggukkan kepala. Semua orang mengucapkan hamdalah sebagai tanda syukur mereka atas keputusan yang sudah terjadi saat ini.Pak Jono tersenyum, ia turut bahagia dengan anggukan kepala Sumiyati yang artinya ia mau dan bersedia menerima lamaran dari Ilham Supriyadi. Tidak ada rasa yang lebih berarti selain anggukan kepala Sumiyati yang mampu melegakan hati orang banyak khususnya keluarga Ilham."Alhamdulillah, ananda Sumiyati sudah memberikan jawaban dengan anggukan kepala. Itu artinya gadis cantik di keluarga kami ini telah menerima lamaran dari Nak Ilham Supriyadi." Pak Jono berkata pada Pak Hardi terkait lamaran itu, wajah berbinar terlihat dari kedua belah

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 47. Melamar Sumiyati

    "Bu, keluarga Mas Ilham mau datang kemari Bu." Sumiyati angkat bicara setelah mereka berdua selesai makan malam bersama.Bu Saritun yang baru saja selesai meminum teh manis yang tersuguh di meja segera menoleh ke arah Sumiyati. Mata wanita tua itu menyorot tajam, ada hal yang ingin ia tanyakan setelah Sum berhasil mengatakan apa yang menjadi beban pikirannya."Mau kemari?" Ulang Bu Saritun dengan nada heran. "Untuk apa Sum? Kamu bikin masalah di tempat kerja?"Sumiyati menatap ibunya sekilas, ada rasa bimbang sekaligus takut yang tercermin dari wajah ibunya yang keriput. Sumiyati segera menepis, ia menggelengkan kepala dengan cepat. "Bukan Bu. Sum tidak melakukan kesalahan apa pun.""Kalau tidak melakukan kesalahan lalu kenapa mereka sekeluarga mau datang kemari? Jangan bikin Ibu deg-degan Sum." Wajah Bu Saritun semakin takut, perlahan wajahnya berubah menjadi pucat.Sumiyati menunduk, ia menggigit bibirnya yang ranum dengan perasaan yang sama persis dengan apa yang dirasakan ibunya.

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 46. Datang ke Rumah

    "Iya Mbak Sum, kami sekeluarga akan datang bertamu." Ilham mengangguk, ia memberanikan diri menatap bola mata pujaan hatinya tersebut. "Saya ingin melamar Mbak di depan keluarga. Saya ingin Mbak jadi istri saya untuk selamanya. Mbak, Mbak tidak keberatan kan?!"Pemuda berusia dua puluh tujuh tahun itu menatap Sumiyati dengan tatapan penuh, tidak ingin kehilangan kesempatan ia mengutarakan semua isi hatinya pada Sumiyati termasuk keinginannya untuk datang ke rumah dan melamar.Wajah Sumiyati terlihat tegang, ia menunduk dengan wajah menghadap ke tanah. Jujur ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan mudah, butuh beberapa alasan bagi dirinya untuk tetap pada pendirian dimana ia tidak bisa sembarangan lagi untuk menerima seorang pasangan."Apakah Mas Ilham serius? Saya tidak ingin Mas salah pasangan dan akhirnya menyesal. Selama ini Mas tahu kan keadaan saya dan ibu saya seperti apa?! Mungkin Mas bisa menerima segala kekurangan saya tapi ibu—apakah Mas bisa menerima kekurangan ibu say

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 45. Keputusan Mengejutkan

    "Bu, apa benar Ibu nggak suka sama Mbak Sum? Atau jangan-jangan Ibu sudah suka tapi gengsi untuk mengakuinya? Bu jujur saja, Ilham pengen denger pengakuan Ibu."Bu Wiryo terpaku, ia menatap mata ilham dengan segenap perasaan bingung yang ia punya. Memalingkan muka dengan cepat, Bu Wiryo pura-pura mencomot risoles yang ia buat barusan. "Mending kamu segera mandi deh Ham, segera buka toko sama bulikmu sana.""Bu, kenapa sih sikap Ibu aneh sekali?! Ilham sudah besar Bu, sudah bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk." Ilham terlihat mulai merajuk, jujur saja ia tidak suka dengan sikap ibunya yang nampak tarik ulur dengan perasaan Ilham saat ini. "Jika Ilham memilih Mbak Sum sebagai pendamping itu artinya Ilham sudah siap dengan segala risiko yang akan terjadi. Selama ini aku pun tidak pernah kurang dalam mengamati Mbak Sum, Bu. Dia orang baik, meskipun ia serba kekurangan ia tidak pernah berbohong tentang hidupnya."Bu Wiryo terus saja cuek, ia terdiam dan memilih untuk menikma

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 44. Apakah Ini Sebuah Pertanda?

    "Sum, bau apa ini? Sepertinya kok gosong?" Bu Saritun bertanya pada Sumiyati yang saat itu tengah mencuci piring.Bu Saritun yang duduk di meja makan sambil menikmati teh hangat subuh itu menoleh ke arah Sumiyati, memastikan bahwa anak gadisnya mendengar apa yang ia bicarakan. Namun setelah sekian detik tak ada sahutan, Bu Saritun kembali memanggil Sumiyati dengan alis menaut satu sama lain. "Sum... Kamu masak apa?!"Setelah Bu Saritun bertanya dengan nada sedikit keras, Sum yang kala itu mencuci piring lantas tersadar jika ia tengah menghangatkan sayur lodeh kacang panjang sisa kemarin. Tanpa banyak bicara, ia pantas buru-buru ke belakang dan memastikan sayurnya aman.Bu Saritun menggeleng, tak biasanya anak perempuannya seperti itu. Kira-kira dia tengah memikirkan apa ya?! Wanita itu lagi-lagi menggeleng, menyeruput teh manisnya dengan sepenuh jiwa.Sesaat setelah ia menikmati teh, ia melihat Sum masuk ke dapur utama sambil mengangkat panci panas dan meletakkannya di tempat dimana b

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 43. Dukungan Bulik Ratna

    "Memangnya kamu serius Ham?" Bu Wiryo bertanya, ia menatap putra semata wayangnya dengan tatapan tajam. Pertanyaaan ini bukan hanya sekali dua kali ia layangkan pada Ilham, wanita paruh baya dengan sanggul seadanya itu memang sengaja terus bertanya karena ia takut hati putranya bisa berubah-ubah setiap waktu."Kalau Ilham bilang serius, Ibu akan marah?" Ilham balik bertanya, pria berusia dua puluh tujuh tahun itu tak kalah pandai. Ia tidak ingin menimbulkan hawa panas dalam jiwa ibunya meledak sehingga ia memancingnya demikian.Bu Wiryo mengalihkan tatap, pura-pura kembali sibuk dengan kue putu yang digelar di hadapannya. "Kue-nya sangat enak, di sini sudah jarang ada pedagang lewat yang jualan seperti ini."Ilham hanya diam, ia yakin ibunya berkata demikian hanya untuk mengalihkan topik pembicaraan serius yang terjadi di ruang tengah tersebut. Ilham tak kecewa, ia sudah tahu bagaimana watak ibunya tersebut. "Bu, Ilham sudah menyatakan cinta sama Mbak Sum."Mendengar pengakuan itu, Bu

  • DIBALIK MASAKAN ASIN BUATAN IBUKU   Bab 42. Kue Putu Untuk Bu Wiryo

    "Makasih ya Mas sudah mau antar pulang," ucap Sumiyati ketika ia baru saja turun dari boncengan motor matik milik Ilham di halaman rumah.Gadis berusia tiga puluh tahun itu melepas helm yang ia pakai lalu menyerahkannya ke Ilham yang masih berusaha mematikan mesin motor. "Tidak turun dan masuk dulu?"Ilham tersenyum manis, ia menganggukkan kepala. "Turun dong, saya kan pengen ketemu Nek Saritun."Pemuda itu menerima helm, meletakkan di atas kaca spion lalu turun dari motor. Halah, alasan saja jika ia ingin bertemu dengan Nek Saritun. Yang sebenarnya dalam otak pemuda itu adalah menikmati sore yang indah bersama Sumiyati sambil menyesap teh manis bersama-sama. Aduh, anak muda mah bisa saja cari alasan supaya bisa berlama-lama untuk bersama. Dih!Tak lama kemudian, Bu Saritun terlihat tergopoh-gopoh keluar dari dalam rumah. Senyum wanita tua itu mengembang melihat kedatangan putrinya bersama dengan Ilham.Melihat Bu Saritun datang, Ilham menatapnya dengan berbinar. Ia lantas datang meny

DMCA.com Protection Status