Beranda / Romansa / DIA / PROLOG

Share

DIA
DIA
Penulis: Azeela Danastri

PROLOG

Penulis: Azeela Danastri
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-07 12:33:38

          Davka masih setia mematut diri di depan cermin setinggi tubuhnya. Memastikan penampilannya saat ini tidak mengecewakan, pasalnya sekarang adalah malam terakhir ia menikmati kebersamaan dengan teman-teman kuliahnya. Ya, malam ini adalah pesta perayaan sebelum wisuda mereka bulan depan. Karena setelah acara wisuda, otomatis para mahasiswa banyak yang segera kembali ke kampung halaman mereka kembali.

Suara gelak tawa dan candaan teman-temannya terdengar nyaring dari balik pintu kamarnya. Mereka juga sangat antusias seperti juga dengan dirinya untuk menikmati pesta. Davka membalikkan badan dan kemudian keluar  dari kamarnya, tak lupa ia mengunci pintu. Di ujung lorong sepupunya Eric sudah menanti dirinya.

“Siap untuk berpesta, brother?” tanya Eric seraya merangkul bahu saudaranya itu.

“Tentu saja,” jawab Davka.

Davka dan juga Eric akhirnya bergabung dengan teman-temannya yang lain meninggalkan gedung asrama Arjuna dan berjalan bersamaan menuju gedung serbaguna tempat pesta berlangsung yang kebetulan tepat berada di tengah halaman komplek asrama itu. Baru saja Davka akan menapakkan kakinya pada anak tangga menuju ke dalam gedung pesta, panggilan dari seorang gadis menghentikan laju langkahnya.

Lidya nama gadis tersebut, salah seorang teman kuliah Davka. Lidya menghampiri Davka bersama dengan keempat teman wanitanya yang lain. Davka mengerutkan dahinya, tatapan malas ia tunjukkan pada gadis itu. Bukannya Davka tidak sopan kepada perempuan, tetapi memang gadis yang satu ini merupakan pengecualian untuknya. Gadis yang dengan terang-terangan suka menggodanya, bahkan tidak merasa sungkan langsung menggelayut di lengannya tanpa permisi. Sedangkan kekasih hatinya sendiri saja tidak berani melakukan hal itu jika tidak Davka yang meminta, gadisnya yang polos dan pemalu.

Ah, Davka rindu tentu saja.

Lidya sendiri bukannya tidak tahu jika Davka sudah memiliki kekasih, tetapi karena ia juga tertarik pada Davka maka segala upaya akan ia tempuh demi meluluhkan hati sang pria pujaan. Bagaimanapun caranya sebelum wisuda dan pria ini kembali ke kotanya ia harus sudah mendapatkan Davka. Seperti saat ini, ia dengan tidak tahu malu sudah menggelayut manja di lengan kanan Davka.

Davka memegangi pergelangan tangan Lidya mencoba melerai genggaman gadis itu, tetapi gadis itu malah semakin mengeratkan genggamannya. Sorot mata Davka tajam menghunus manik mata Lidya tetapi dasar gadis kepala batu. Lidya bukannya merasa takut tetapi gadis itu kembali balas menatap Davka.

“Lepasin tanganku,” bentak Davka.

“Kalau aku nggak mau lepasin, kamu mau apa?” balas Lidya.

Davka melotot dengan rona merah mulai menjalar dari leher sampai ke wajahnya. Kedua telak tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.

Eric yang merasakan gelagat tidak baik pada Davka, akhirnya iapun turun tangan.

Eric merengsek ke depan dan meremas bahu Davka dan berkata, “Sabar Dav, ayo kita pergi. Ingat dia perempuan.”

Davka memalingkan wajah menatap Eric dengan raut wajah datar. Kemudian meyentakkan cengkeraman tangan Lidya dengan kasar seraya berbisik, “Sebaiknya kamu menjauh dariku jika tidak ingin aku berbuat kasar padamu.” Setelah berkata demikian Davka beserta rombongannya meninggalkan Lidya dan teman-temannya juga.

Lidya menyentakkan kakinya seperti anak kecil, kemudian ia berseru seraya menunjuk ke punggung Davka, “Davka Alsaki! Pegang kata-kataku ini ya. Suatu hari nanti kamu akan tunduk di bawah kakiku!”

Davka membalikan badannya menatap Lydia dengan tatapan mata malas dan memutar kedua bola matanya, kemudian kembali membalikkan badannya dan berlalu.

“Dasar pria sombong! Tapi walau begitu aku tetap suka,” gumam Lydia.

“Sudahlah Lydia, kayak nggak ada cowok tajir lainnya. Deketin aja Eric,” saran Dini salah seorang teman Lydia.

“Dan berurusan dengan Yora? Sama saja aku cari mati kalau goda Eric,” balas Lydia.

“Kenapa begitu?”

“Karena ayah Yora itu bos Bokap gue!” jawab Lydia jengkel seraya melotot sinis.

“Beda sama pacar si Davka itu, pacarnya itu cuma gadis miskin biasa. Heran sama Davka kok bisa-bisanya mau sama gadis begitu,” ujar Lidya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Dipelet mungkin si Davka,” timpal temannya yang lain.

Kelima gadis muda itu akhirnya berlalu dengan derai tawa meyertai.

***

Davka mendengkus jengkel, pasalnya Lydia kembali menghampirinya dengan membawa dua gelas minuman. Padahal posisi Davka saat ini sedang berbincang dengan para karyawan kantor fakultasnya. Otomatis Davka tidak bisa mengusir Lydia begitu saja.

Lydia tersenyum tipis, ia tahu sekali Davka tidak mungkin akan mengusirnya saat ini. Sekali-sekali bolehlah berbuat licik, Lydia mengulurkan salah satu  gelas kepada Davka. Davka dengan terpaksa mererimanya karena saat ini ia juga tidak membawa minuman apapun.

Senyum culas terbit di bibir manis Lydia saat ia melihat Davka menyesap minuman yang dibawakannya. Setelah memastikan Davka menyesap minuman yang dibawakannya itu, Lidya kemudian berlalu meninggalkan Davka. Lydia kemudian menemui sesosok pria yang berdiri di sudut ruangan.

“Bagaimana, sudah dia minum?” tanya sosok itu.

“Sudah, makasih ya,” jawab Lydia dengan wajah puas.

Di sudut kota lainnya, Almira sedang sibuk mencari keberadaan ponselnya yang terlupakan karena kesibukannya hari ini. Hari ini adalah hari penuh duka untuknya, bagaimana tidak hari ini ia harus menguburkan kedua orangtua berserta dengan kedua adik-adiknya akibat kecelakaan yang menimpa keempatnya saat liburan kemarin. Dan baru saja selesai diadakan acara sembahyang bersama dengan para tetangganya.

Almira membuka ponselnya dan tersenyum membaca pesan yang ditinggalkan oleh Davka, yang menanyakan kabarnya. Almira mendesah, ia merasa serba salah pasalnya sang kekasih belum mengetahui apa yang terjadi pada keluarganya. Jangankan Davka, para sahabatnya saja tidak tahu menahu tentang hal ini.

“Nak Al, kalau nggak  berani tinggal sendiri bisa tinggal di rumah ibu dulu,” tawar ibu RT.

Almira menaruh ponselnya di atas pangkuannya dan tersenyum lembut kepada ibu RT itu dan berkata, “Ndak perlu Bu, Al berani kok. Anggap kenang-kengan Al sama keluarga disini. Karena sesuai dengan pesan Bapak, rumah dan tanah akan Al jual nanti setelah empat puluh harinya.”

“Kok cepat banget Nak?”

“Al, juga nggak paham Bu. Itu pesan terakhir Bapak sebelum meninggal kemarin di rumah sakit. Al nggak mungkin bisa menolak ‘kan, Bu?”

“Sabar ya Nak. Semua sudah di atur oleh-Nya. Ada sebab pasti ada akibat. Pasti Bapak juga sudah memikirkan semuanya untuk Nak Al.” Bu RT mengusap punggung Almira menenagkan gadis itu yang sudah tampak akan kembali menitikkan airmatanya.

Banyak orang mengungkapkan rasa simpatik mereka kepada Almira dan juga keluarganya, karena mereka keluarga yang baik dan ramah. Tak pernah segan membanttu para tetangga yang kesusahan dan tak pernah meminta imbalan apapun. Kerena banyaknya orang yang peduli padanya dan keluarganya membuatnya sangat bersyukur sekali. Bahkan tadi ada salah seorang tetangganya ynag ingin mengajaknya menikah tetapi jelas di tolak oleh Almira. Gadis itu tentu berhqarap setelah Davka menyelesaikan pendidikannya, mereka akan segera menikah. Sesuai dengan apa yang pernah  pria itu janjikan dulu kepadanya. Satu bulan lagi ia akan bertemu dengan sang kekasih dan ia akan menceritakan semuanya.

Bab terkait

  • DIA   Chapter 1

    Eric Priya Mahanta menutup pintu kamarnya setelah memastikan barang pribadinya tidak ada yang tertinggal. Langkah kakinya dan roda koper menggema memenuhi koridor Asrama Pria Arjuna ia kemudian membawa semua barang bawaannya ke lobi asrama, lalu menitipkan kepada seorang pegawai yang menjaga barang para mahasiswa. Eric kemudian kembali ke atas dan mengetuk pintu kamar nomor 125.Tok ... tok ... tok ....

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 2

    Jhonny berpamitan terlebih dahulu, kemudian meninggalkan para gadis itu dan menghampiri teman-teman gengnya yang baru saja masuk ke kantin.Suara indah Ed Sheeran mengalun dari ponsel Valentina. Valentina merogoh kantongnya dan menerima panggilan tersebut setelah sebelumnya melihat identitas si penelepon."Hallo Bang, Iya Valen masih di sekolah."

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 3

    "Apakah benar semua yang dikatakan perempuan ini Bang?" tanya Almira dengan suara yang bergetar menahan isakannya yang terasa bercokol di tenggorokannya dan mendesak keluar akibat sakit hati yang menghantamnya seketika itu juga, seraya menunjuk ke arah Lidya dengan dagunya.Belum sempat Davka menjawab, Lidya sudah lebih dulu menimpali."Iya benar, aku sedang mengandung anak Davka. Usia kehamilanku sudah hamper satu bulan."

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 4

    Davka menunduk dan merangkum sisi wajah Almira dengan kedua tangannya mendekatkan wajah mereka dan kemudian melumat bibir Almira dengan lembut. Lidahnya mendorong celah bibir Almira agar terbuka untuknya. Memaksa memberikan akses pada lidahnya untuk masuk menjelajah kemanisan yang ada. Tak berselang lama Davka melepaskan pagutan bibir mereka."Abang tolong jangan begini ya?" pinta Almira dengan wajah memelas dan panik kemudian ia terisak kembali, airmatanya bercampur peluh sudah membasahi wajah dan juga lehernya yang jenjang.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 5

    Begitu berada dalam mobil online Almira segera menghubungi bu Suci, untung saja panggilan teleponnya dengan cepat direspon oleh mantan guru sekaligus bosnya sekarang. Ia beranggapan dengan menerima tawaran bu Suci, Davka tidak akan menemukannya disini. ia juga mengirimkan pesan singkat kepada Sinta dan juga Johnny bahwa ia sudah putus dengan Davka dan ia juga meminta kedua sahabatnya itu untuk merahasiakan keberadaannya jika Davka atau anggota keluarganya yang lain menanyai mereka termasuk juga Valentina yang adalah sahabat mereka juga, tetapi disisi lain Valentina juga adalah sepupu Davka jadi ia juga tidak diberi tahu.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 6

    Davka dengan pakaian pengantinnya menatap kosong halaman rumah Lidya dari balkon kamar gadis itu, yang mulai penuh sesak dengan para sanak saudara baik dari pihaknya maupun dari pihak wanita tersebut. Keluarga Lidya termasuk keluarga sederhana mereka tinggal di daerah Bekasi. Acara pernikahan akhirnya bisa di undur atas rayuannya kepada sang ayah. Selain ia berusaha mencari Almira yang jua tidak ketemu. Gadis itu seperti tertelan bumi, menghilang begitu saja. Davka juga sedang menyusun rencana bersama dengan para saudaranya yang lain. Tidak ada seorang pun yang bisa berlaku curang kepadanya begitu juga wanita licik seperti Lidya.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 7

    "Tolong terima ya Mbak, Mbak Al mau apa? Akan kami beri apapun itu," bujuk ayah dari Ratan Jaya Parvis. Untuk kesekian kalinya, sejak Almira menyelamatkan nyawa Ratan tadi.Almira saat ini duduk di sofa berseberangan dengan Bayanaka Parvis sang ayah. Almira dengan menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Terima kasih Pak Naka, tetapi maaf sungguh tidak perlu sampai seperti ini . Itu semua saya lakukan karena rasa kemanusiaan saja kok Pak. Kalau bukan saya, orang lain juga pasti juga akan menolong," ucap Almira sembari meringis segan.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 8

    Almira mengajak kedua buah hatinya untuk berbelanja. Sesudah memastikan apa yang mereka butuhan sudah terambil semua. Almira segera menuju ke arah kasir. Setelah Almira membayar belanjaannya di meja kasir ia kemudian menghela kedua anaknya ke arah parkiran. Sembari menenteng belanjaan mereka. Saat ini anak-anaknya sudah berusia sepuluh tahun sekarang dan mereka mengikuti kelas akselerasi. Adyatama sudah duduk di kelas 2 SMP sama dengan Anulika.Mereka bertiga berjalan beriringan di halaman parkir luas itu. Saat sampai di depan mobilpick upmilik Suci. Terdengar suara merdu menyapanya. Suara yang

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07

Bab terbaru

  • DIA   Extra Part

    Ibu suci kembali datang ke bandung, dan kali ini beliau menemani Almira yang segera melahirkan putranya yang ketiga. Ini adalah kehamilan yang kedua tetapi Almira merasakan ketakutan karena usianya yang tak lagi muda, menurutnya begitu. Karena terus terang ia tidak memmiliki contoh di rumah. Pasalnya sang mertua dan pembantu di rumahnya sama-sama memiliki anak tunggal dan mereka melahirkan dalam usia muda. Kepercayaan diri Almira merosot tajam, banyak kemungkinan buruk terpintas dipikirannya terlebih perbedaan usia kehamilan pertama dan kedua ini sangat jauh enam belas tahun selisihnya. Saat ia akan m

  • DIA   EPILOG

    Adyatama sudah mendapatkan perawatan, kemudian ia ditempatkan satu ruangan dengan Anulika. Sedangkan Almira sedari tadi tak beranjak dari sisi anak-anaknya. Valentina dan sang putri sudah pulang. Davka sendiri saat ini masih di kantor polisi guna memberikan keterangan yang di butuhkan.Drtt drtt drtt."Hallo ibu," ucap Almira.

  • DIA   Chapter 24

    Suara kursi roda mendekati Adyatama yang terikat pada sebuah kursi di tengah gedung. Kedua tangan dan kakinya diikat kuat. Para penculiknya tak mau ambil resiko, karena anak itu jago beladiri. Di leher bocah tersebut sudah tergantung tali tambang.Pramana sampai di dekat gedung bersamaan dengan Michael dan polisi yang lain."Papi tunggu disini biar Mike dan teman-teman yang bereskan. Papi jaga Davka saja

  • DIA   Chapter 23

    Suara decit ban, orang-orang yang berteriak serta dentuman suara tabrakan itu terdengar sampai tempat pernikahan. Seketika keluarga Alsaki berhamburan lari keluar. Perasaan Davka dan yang lainnya semakin tak enak. Mereka berharap jika itu tidak ada hubungannya dengan Anulika. Karena mereka sudah mencari gadis kecil itu.Adyatama tertahan di dalam gedung tak boleh keluar. Secepat kilat Davka dan Pramana mendekati kerumunan orang. Wajahnya terperanjat saat melihat putri yang terkasih sudah bersimbah darah tergeletak diatas kap mobil orang.

  • DIA   Chapter 22

    Suasana belajar mengajar hari ini cukup baik, anak-anak juga sangat menikmatinya. Keadaan seperti biasa tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Si kembar sedang berada di kantin pagi ini, setelah tadi diantar sekolah oleh kakek mereka Pramana.Adyatama bersama dengan Anulika sedang berada di kantin saat ini. Setelah mereka membawa makan siang mereka di salah satu meja. Beberapa orang teman Adyatama berlari tergopoh-gopoh ke arah si kembar berada.

  • DIA   Chapter 21

    "Apa yang sedang kamu pikirkan sayang?" tanya Davka, ketika mendapati sang wanita terlalu pendiam saat ini.Almira memalingkan wajahnya ke arah Davka yang bersandar di daun pintu kamar si kembar.Davka menegakkan badannya berjalan ke arah Almira. Davka kemudian merengkuh pinggang sang kekasih merapat ke tubuhnya. Sedang tangan yang lain membelai pipi halus Almira."Apapun yang ada dalam pikiranmu, ja

  • DIA   Chapter 20

    "Sayang bisa tolong gosok punggungku?" pinta Davka melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi.Almira yang sedang membenahi tempat tidur, kemudian menghentikan kegiatannya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Davka cepat-cepat merengkuh tubuh kekasihnya, menghimpitnya Kedinding dan meloloskan daster serta dalamanAlmira dalam waktu singkat.

  • DIA   Chapter 19

    Davka membaringkan tubuhnya disamping Almira dengan merengkuh tubuh Almira kedalam pelukannya memeluknya dari belakang tubuh Almira. Menghirup aroma tengkuk Almira kembali membangkitkan hasrat Davka.Mulut Davka kembali memagut bibir almira, bersamaan dengan dia menghujamkanmiliknya kembali ke dalam inti Almira dengan perlahan tapi pasti, sampai seluruhnya terbenam."Bang Davka." Almira mendongakkan kepalanya dengan dadanya yang membusung. Davka menangkup dagu Almira agar menoleh dan menatap wajahnya.

  • DIA   Chapter 18

    Almira menatap kearah Davka yang berdiri tak jauh dari meja makan, Almira masih sibuk menata hasil masakannya."Oh itu Kang Sofian mandor perkebuna,." terang Almira."Aku sepertinya pernah melihatnya, tapi lupa dimana?" Davka menautkan kedua alis dan mengusap rahangnya dengan sebelah tangan mencoba mengingat kembali dimana pernah bertemu Sofian. Ia yakin sekali pernah bertemu dengan pria itu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status