"Sekarang Mbak tenang dulu ya, kita harus segera membawa Mbak Indah ke rumah sakit karena Mbak Indah saat ini cedera, bahkan sudah beberapa hari dan sama sekali belum mendapatkan perawatan medis," ujar Wildan."Iya, Wil. Terima kasih ya bapak-bapak karena sudah berusaha mencari saya sampai ke sini," ujar Indah dnegan air mata mengambang."Kami benar-benar tidak menyangka kalau ternyata di dalam hutan ini masih ada orang yang tinggal, sehingga kami sama sekali tidak melakukan pencarian ke daerah ini, selama ini kami hanya menyusuri sungai dan mencari di perkampungan yang memang letaknya tak jauh dari bantaran sungai saja," jelas salah satu anggota tim SAR."Ya sudah kalau gitu cepat kita bawa korban dengan menggunakan tandu darurat, sepertinya Ibu Indah tidak bisa berjalan," ujar seseorang yang melupakan tim medis."Bisa, tapi rasanya sakit sekali," jawab Indah."Baik kalau begitu biar kami bantu Bu Indah pakai tandu saja."Akhirnya mereka pun berusaha mengangkat tubuh Indah ke atas ta
Tim dokter yang saat ini sedang menangani Indah benar-benar dibuat takjub karena biasanya pasien yang terlambat di tangani luka-lukanya akan mengalami infeksi sehingga sulit untuk dijahit, namun berbeda serafus delapan puluh derajat dengan apa yang terjadi pada Indah. Entah daun-daunan herbal apa yang telah diberikan padanya sehingga sebagian lukanya bahkan sudah mengering.Benar-benar sebuah mukjizat, di saat semua orang sudah beranggapan bahwa Indah tak bisa diselamatkan, namun ternyata saat ini Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup melalui bantuan dari tangan Pak Trisno.Setelah beberapa waktu akhirnya kondisi Indah sudah dinyatakan stabil dan bisa dipindahkan ke ruang perawatan. Kabar itu tentu saja membuat anggota keluarganya sangat senang dan langsung meminta izin pada pihak rumah sakit untuk bertemu dengan Indah.Pihak Rumah Sakit pun memberikan izin karena memang anak-anak mereka yang sebenarnya sudah diizinkan untuk pulang ke rumah, dan Edwan juga sudah seharusnya men
Nadira dan Rashi hanya bisa mengangguk sambil menahan air mata karena kehadiran mereka jelas membuat Gebby merasa tidak senang."Kalian istirahat saja dulu, Papa harus pergi mengecek laporan di kantor. Beberapa hari ini Papa tidak ke kantor, jadi kalian Papa tinggal dulu, ya! Kalian mau Papa belikan apa?" tanya Reyhan."Gak usah, Pa, kita berdua gak mau merepotkan Papa," jawab Nadira."Enggak, dong, Sayang." Reyhan mengusap kepala Nadira, ia merasa menyesal karena dulu pernah menyiakan putrinya itu."Nadira sama Rashi mau istirahat saja, Pa," ujar Nadira lagi."Ya sudah, kalau begitu gimana kalau nanti pulang dari kantor Papa belikan boneka? Rashi mau apa, Nak?""Terserah Papa saja," jawab Rashi sambil tersenyum. Begitu teduh wajahnya, membuat Reyhan menyadari arti ketulusan yang tanpa sengaja telah mereka ajarkan untuknya.Nadira dan Rashi benar-benar jauh berbeda dengan Gebby. Entahlah, Reyhan merasa mungkin memang ini semua adalah kesalahannya, dia pernah mengabaikan anak sebaik Nad
Kita Berpisah Sementara Waktu"Mas, apakah benar kamu hari ini juga harus sudah berangkat ke Singapura?" tanya Indah menahan getir di dalam hatinya. Ia memang rela Edwan pergi ke Singapura, namun sebagai seorang istri tetap saja ia merasakan kesedihan karena harus berpisah, namun Indah berusaha terlihat tegar di depan Edwan."Iya, Sayang. Maafin Mas, ya, kita harus berjauhan untuk sementara waktu.""Iya nggak papa, kok, Mas. Pokoknya di sana Mas harus bener-bener menjalani apa yang dikatakan oleh dokter supaya bisa lekas sembuh dan pulang lagi ke Indonesia. Aku dan anak-anak akan menunggu kamu pulang dalam keadaan sehat.""Iya Mas janji, tapi gimana kalau nanti Mas tidak bisa berjalan lagi dan harus selamanya di atas kursi roda?" tanya Edwan sedih.Edwan menggenggam tangan Indah erat, kesedihan di dalam hatinya begitu terasa saat melihat keadaan Indah yang tidak berdaya namun harus ditinggalkan, siapapun yang berada dalam situasi seperti itu sudah pasti akan merasakan kegalauan yang l
Hukuman Kecil untuk Gebby"Papa jahat! Papa nggak adil!" pekik Gebby sambil membanting kertas hasil prakarya milik Nadira dan Rashi ke lantai, ia langsung lari kembali masuk ke dalam kamarnya dan mengunci diri. Reyhan benar-benar dibuat geleng-geleng kepala akibat ulah Gebby yang sama sekali tidak bisa diatur.Anak sekecil itu sudah bersifat keras kepala, kekuannya sangat persis dengan Luna. Reyhan mengusap kepalanya dengan kasar, tak tahu lagi bagaimana caranya supaya Gebby bisa menjadi anak yang penurut.Nadira dan Rashi yang mendengar keributan itu langsung berlari menuju ke kamar mereka. Mereka melihat hasil prakarya yang sudah hancur di lantai."Maafin Papa, ya, Papa terlambat menyelamatkan hasil prakarya kalian, tapi Papa pastikan Gebby akan mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya," ujar Reyhan. Ia takut Nadira dan Rashi menajdi tidak betah tinggal bersamanya.Nadira dan Rashi langsung memeluk hasil prakarya mereka yang sudah dirusak oleh Gebby. Ada titik air mata yan
Gebby yang sudah sampai di rumah langsung masuk ke dalam kamar dan membanting tasnya sembarangan. Papanya benar-benar menghukum dia hari ini, dan akibatnya ia jadi tidak bisa jajan di kantin, sementara Nadira dan Rashu justru enak-enakkan makan burger.Mengetahui papanya sudah kembali ke kantor setelah mengantar mereka ke rumah, Gebby pun bersiap untuk membalas dendam kepada Nadira dan Rashi."Enak ya kalian berdua? bisa makan di kantin sepuasnnya sementara gue harus dapat hukuman dari papa!" ucap Gebby setelah berhasil menerobos masuk kendalam kamar Nadira."Maksud kamu apa?" tanya Rashi berusaha pasang badan di depan Nadira."Gara-gara kalian, aku gak dikasih uang jajan sama Papa. Saldo e-money aku gak di-TopUp. Pasti kalian kan yang ngomporin Papa supaya jangan ngasih aku uang jajan? biasanya papa kalau mengancam aku tidak pernah benar-benar dilakukan, tapi sekarang papa bener-bener nggak ngasih aku uang jajan sesuai dengan ancamannya kemarin!""Terus kenapa kamu nyalahin kita? jel
Gebby Protes"Pa, aku mau protes!" ujar Gebby malam itu saat Reyhan berencana kembali berencana mengajak Nadira dan Rashi ke Rumah Sakit untuk menjenguk Indah."Kamu mau protes apa?"tanya Rehan dengan nada datar."Kok Papa tega sih nggak ngisiin saldo e-money aku buat jajan di kantin sekolah?""Kan Papa udah pernah bilang, Papa akan hukum kamu karena kamu udah berbuat semena-mena di rumah ini. Papa mau kamu ikuti aturan Papa, gampang kan? lagian salahnya Nadira dan Rashi itu apa sih? Kok kamu segitu bencinya sama mereka?""Aku nggak suka sama mereka, Pa! Mamanya mereka yang udah bikin Mama aku masuk penjara!""Berapa kali Papa harus bilang sama kamu? mamamu masuk penjara itu bukan karena kesalahan siapa-siapa tapi karena kesalahannya sendiri!""Enggak! Mama bilang Mama dijebak sama mama Indah!""Gebby ... kamu masih terlalu kecil untuk ngerti masalah ini, jadi sekarang Papa mau kamu berhentilah bersikap seperti itu. Jadilah anak baik seperti yang Papa mau!""Enggak! mereka enggak seha
Harapan"Edwan, Mama baru saja ketemu dokter dan mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit ini tentang hasil penelitian mereka terhadap kondisi kamu. Ternyata pusat dari kesalahan sarafmu itu ada di bagian pinggang, dan mereka akan segera melakukan tindakan operasi di tulang punggungmu supaya kamu bisa lekas jalan lagi, Nak," ujar Mama Edwan yang baru saja masuk ke dalam ruangan, ia membawa kabar bahagia itu sambil memeluk Edwan dan menangis terharu."Alhamdulillah ya Allah, jadi kapan Edwan dijadwalkan untuk operasi, Ma?" tanya Edwan tak sabar."Kita tunggu saja keputusan dari dokter, ya paling tidak sekarang doa-doa kita sudah dijawab sama Allah, kita tetap harus ikhtiar berdoa dan bersabar.""Iya, Ma, Alhamdulillah ya Allah ... seberapa besar pun rasa sakit yang akan aku hadapi nanti aku berpasrah diri kepadaMu, hamba hanya minta kesembuhan supaya hamba bisa kembali berkumpul dengan anak-anak dan istri hamba," ujar Edwan sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.Sementar