"Masih ya?" tanya Edwan karena melihat wajah Indah seperti itu. Indah kemudian mengangkat wajahnya dengan ekspresi memelas. Lalu, menanggapi ucapan Edwan. "Selesai, Mas," ucap Indah seraya mengulas senyum. Ekspresi wajahnya tadi, hanya ingin mengerjai Edwan. "Selesai? Ya udah kalau gitu, mas mau mandi dulu," tutur Edwan. Indah pun mengangguk dengan cepat."Sebentar, Mas. Aku cuci muka dan gosok gigi dulu. Aku kan udah mandi," ujar Indah. Niat perempuan itu, sambil menunggu Edwan mandi, dirinya akan berhias untuk menyenangkan hati Edwan. Edwan menurut dan mempersilahkan Indah untuk cuci muka serta gosok gigi terlebih dahulu, baru setelah itu dirinya yang pergi mandi. Lima menit kemudian, Indah keluar. Edwan pun langsung masuk. "Tunggu, Mas ya sayang," bisik Edwan. Indah mengangguk. Hatinya mulai terasa deg-degan. Ini kali pertama dirinya akan menyatu dengan Edwan. Ada perasaan malu dan senang. Pokoknya campur aduk. Setelah Edwan masuk ke kamar mandi, Indah mulai berganti pakaian. Me
"Wit, please jangan ngomong sama Bu Indah ya." Yeni masih memohon pada Wiwit. Namun, Wiwit tetap pada pendiriannya. "Perempuan kayak kamu, gak bisa dipercaya. Aku gak mau nanggung konsekuensi. Gak mau kalau sampai rumah tangga Bu Indah ataupun Pak Edwan hancur gara-gara kamu," balas Wiwit. "Bu, kok masih pagi udah bangun?" tanya Wiwit saat Indah tiba-tiba muncul di dapur dan menghentikan perbincangan mereka. "Iya, Wit. Saya mau bikinin sarapan untuk bapak." Dengan senyum Indah menanggapi ucapan Wiwit. "Bu, saya mau ngomong sama ibu. Boleh?" Pertanyaan Wiwit membuat jantung Yeni berdegup kencang. "Boleh, Wit. Ngomong saja," ujar Indah yang mulai sibuk menyiapkan bumbu-bumbu nasi goreng untuk sarapan suami dan kedua anaknya. "Nanti ya Bu. Selepas Ibu membuat sarapan.""Hem, memang mau bilang apa?" Indah mulai penasaran. "Ada, Bu. Nanti saja," tutur Wiwit. Indah pun mengangguk. Kemudian kembali melanjutkan apa yang tengah ia kerjakan.Setelah beberapa menit, nasi goreng dengan top
Indah menatap dua mantan ART-nya itu dengan senyum tipis, masih sedikit terdengar gerutu kesal dari mulut Yeni dan Wiwit karena baru saja dipecat oleh Indah. Mereka berdua ternyata sama busuknya. Lebih baik mencegah sebelum semuanya terlambat. Indah merasa jengah dengan banyaknya pengkhianat yang sudah cukup membuat hidupnya menderita selama ini. Tak ada lagi kata ampun untuk para pecundang seperti mereka. “Sayang, kenapa mereka berdua? Kok pergi bawa tas besar segala?” tanya Edwan yang baru saja turun dari lantai dua rumah mereka.“Aku gak bisa lama-lama memelihara pengkhianat seperti mereka berdua, Mas. Sudah cukup bukti yang aku dapat, mereka punya niat buruk pada kita, rumah tangga kita.”“Maksud kamu?” tanya Edwan agak kebingungan.“Ya, Yeni dan Wiwit sama-sama menyukai kamu, Mas. Sebelum terlanjur mereka bertindak kurang ajar, lebih baik mereka aku suruh pergi. Lumayan bantu mereka supaya terhindar dari niatan berbuat dosa.”“Ya ampun … tapi itu semua bener? Mas gak mau kamu za
Indah HanyutMobil meluncur begitu saja menuruni tebing dan tercebur ke dalam sungai. Indah masih berusaha menjaga kesadarannya meski rasa sakit mendera di sekujur tubuhnya.Saat ini yang ada dalam benaknya hanyalah menyelamatkan anak-anak dan suaminya. Sekilas ia melihat Edwan berdarah di bagian kepala, meski airbag mobil sudah mengembang. Edwan terlihat tak sadarkan diri. Sementara kedua anaknya juga mengalami luka. Indah berusaha sekuat tenaga keluar dari dalam mobil untuk membawa anak-anaknya ke tepi sungai sebelum mobil terbawa arus semakin jauh. Indah berhasil membawa Nadira dan Rashi, keduanya menangis kesakitan dan ketakutan, mereka berpelukan dan beringsut menjauh menghindari air sungai. Di atas sana orang-orang mulai terlihat berusaha mencarikan bantuan.Giliran Indah mencoba membantu Edwan keluar. Ia melepas sabuk pengaman Edwan dan menarik paksa tubuh suaminya itu untuk segera keluar dari dalam mobil yang semakin terendam air. Indah menyeret tubuh Edwan ke tepian, tenagany
Berita kecelakaan yang dialami Edwan dan Indah kini sedang hangat disiarkan di semua stasiun televisi. Kecelakaan mengerikan itu menyebabkan mobil milik Edwan rusak parah, sebagian besar badan mobil sudah berada di dalam air. Tim terkait sedang berusaha mengevakuasi bangkai mobil dari dalam sungai.Edwan saat ini sedang berada di ruang UGD Rumah Sakit. Ia masih terus meratapi hanyutnya istri tercinta yang terjadi di depan matanya. Rasa trauma mendalam kini dialami Edwan dan juga kedua anaknya. Beruntung Nadira dan Rashi hanya mengalami luka di bagian luar tubuh saja, hal itu diketahui dari hasil CT Scan di rumah sakit tersebut. Edwan meminta pada pihak rumah sakit untuk melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya.Edwan sendiri mengalami cedera serius di bagian kaki akibat sempat terjepit badan mobil yang ringsek. Edwan sama sekali tak peduli dengan keadaan dirinya, pikirannya sedang sangat kacau mengingat Indah masih belum ditemukan.“Indah … ya Allah, selamatkan Indah ….” Edwan menangi
Reyhan tak bisa lagi berkata-kata melihat Gebby yang masih sekecil itu namun punya pikiran yang di luar nalar. Mungkin benar kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sikap Luna melekat erat pada diri Gebby.“Papa gak suka kamu bersikap kurang ajar seperti itu, Gebby! Kamu jangan seperti Mama kamu yang selalu berpikiran buruk pada orang lain!”“Pokoknya Gebby benci sama Mama Indah! Mama Indah orang jahat!” pekik Gebby sekuat-kuatnya, membuat emosi Reyhan memuncak. Rahangnya mengeras menahan amarah.“Ingat! Papa gak mau kamu jadi anak nakal yang selalu membuat masalah dan tak bisa menjaga ucapan!” Reyhan menatap Gebby dengan tatapan tegas, ia berharap anaknya itu masih bisa berubah suatu hari nanti. Mungkin saat ini Gebby masih merasa tertekan karena Luna harus mendekam di dalam penjara. Hal itu menjadi pukulan berat bagi Gebby karena harus terpisah dari sang mama.Gebby membanting pintu kamarnya dan mengunci diri. Reyhan mengusap rambutnya dengan kasar. Ia lebih baik bergegas m
Pagi pun menjelang, Reyhan terpaksa harus bangun cepat meskipun matanya masih terasa sangat berat, entah jam berapa ia mulai bisa terlelap tadi malam. Pikirannya masih terus tertuju pada hilangnya Indah.Reyhan menuju ke meja makan setelah ia selesai mandi. Ia melihat Gebby sudah berada di meja makan menunggunya. Wajahnya masih terlihat kesal pada sang papa.“Aku mau ketemu Mama hari ini!” ujar Gebby tanpa basa-basi.“Hari ini? Gimana kalau besok saja sepulang sekolah?” ucap Reyhan.“Gak! Aku mau ketemu Mama sekarang!” tolak Gebby.“Tapi hari ini Papa masih mau pergi mencari keberadaan Mama Indah.”“Selalu saja Mama Indah! Papa gak mikirin aku sama sekali!” gerutu Gebby. Reyhan menarik nafasnya panjang. Ia tak ingin membuat hubungan dengan putrinya itu semakin menjauh.“Bukan begitu, Geb! Papa mau anterin kamu ketemu Mama, tapi please, jangan sekarang! Papa masih harus mencari Mama Indah, Papa sudah janji pada Nadira dan Rashi.”“Ooh … jadi sekarang Papa lebih mentingin mereka daripad
Di rumah gubuk dalam hutan, Indah menatap langit-langit gubuk yang terbuat dari kayu seadanya. Sepanjang malam ia tak bisa memejamkan mata karena menahan nyeri dan juga memikirkan kondisi suami serta anak-anaknya.“Ya Allah … semoga mereka sudah mendapatkan pertolongan dalam keadaan baik-baik saja, semoga ada orang yang datang ke sini untuk membantuku,” lirih Indah.Ia menoleh ke arah tangan kanannya yang kini sedang dalam balutan kain yang sudah diberi obat dari dedaunan alami. Tubuhnya merasa lebih baik sekarang meskipun masih terasa nyeri di beberapa bagian. Ia kembali teringat kejadian mengerikan itu lagi. Kalau saja saat itu ia masih punya tenaga untuk sekedar meraih tangan Edwan, mungkin saat ini ia sudah dibantu orang-orang untuk dibawa ke rumah sakit.“Mai, makan dulu, Nduk!” ucap Istri Pak Trisno sembari berjalan terbungkuk-bungkuk dan meraba dengan tongkatnya, lamunan Indah seketika buyat. Di belakangnya ada Pak Trisno yang sedang membawa sepiring makanan juga sebuah cangki
Hari yang ditunggu telah tiba, Nadira sudah berdandan cantik, dirias oleh MUA profesional. Tak lama lagi pihak keluarga Melvin akan datang untuk melamarnya secara resmi. Jantung Nadira amaih terus berdebar-debar karena hari ini adalah momentum penentuan tanggal pernikahan mereka juga.Gebby masuk ke kamar Nadira setelah mendapat izin. Ia juga sudah berdandan cantik untuk menyambut kedatangan pihak keluarga Melvin. Semua keluarga Nadira sudah berkumpul di rumah itu."Kamu cantik banget, Nad! Pasti lagi deg-degan banget, ya?""Makasih, Geb. Iya, aku beneran deg-degan banget.""Udah, bawa rileks aja. Aku ikut bahagia, aku udah bawakan kado untuk kamu. Ini," ucao Gebby seraya menyerahkan sebuah goodie bag pada Nadira."Ya ampun, Gebby ... kamu kenapa repot-repot, sih?""Enggak, lah, Nad. Kamu kan saudaraku, kalau kamu bahagia, aku juga ikut bahagia.""Makasih, ya ... sampai kapanpun kita memang saudara, Geb. Semoga kamu juga bisa segera mendapatkan lelaki baik hati yang akan jadi suami ka
Malam itu, Gebby tidur di pangkuan Ana. Ia merasa tubuhnya begitu lelah dan lemas. Ana mengusap rambut Gebby sambil bercerita dan memberikan nasihat."Nenek senang kamu sudah mau minta maaf pada mereka, Geb. Itu artinya kamu sudah berdamai dengan masa lalu. Nenek juga yakin mamamu di alam sana tak menginginkan jika kamu terus-terusan dikuasai dendam.""Iya, Nek. Sekarang aku merasa sudah jauh lebih tenang. Lelah juga ternyata selama ini berkejaran dengan nafsuku sendiri. Hati selalu panas dikuasai kebencian," jawab Gebby."Badanmu hangat, Geb! Hari ini kamu nggak lupa untuk minum obat, kan?""Aku nggak pernah lupa untuk minum obat setiap hari, karena dulu aku selalu bertekad untuk hidup lebih lama demi bisa membalaskan dendam mengenal pada keluarga Mama Indah. Tapi rasanya semakin keras aku berjuang, semakin aku merasa tak pernah tenang. Aku lelah, Nek.""Sayang ... Dulu juga nenek pernah berada di posisi seperti kamu yang selalu merasa bahwa diri nenek adalah orang yang paling benar
Gebby merenung dalam pelukan Indah, bahkan setelah ia bertindak sejahat itu pada mereka, Indah masih saja menyebutnya sebagai anak yang baik? Ya, Gebby memang baik pada mamanya, tapi tidak pada yang lain.Rumah sudah semakin ramai dengan orang-orang yang diundang di acara takziah itu. Nadira, Rashi, mereka sibuk menata makanan di atas meja yang nantinya akan disuguhkan. Sementara itu, Indah dan Maya sibuk menata bingkisan sedekah."Lihat, Geb, mereka begitu sibuk membantu kita meskipun kita tak pernah memintanya," bisik Ana pada Gebby. Gebby mengusap matanya lagi ia mengangguk dan mengakui semua itu.Acara pun dimulai. Semua orang melantunkan ayat suci Al-Qur'an lalu berdoa dengan khusyuk. Harusnya Gebby bersyukur karena masih ada orang yang bersedia mendoakan mamanya itu. Gebby juga melihat Reyhan sesekali mengusap matanya yang basah.Setelah acara selesai dan sedekah dibagikan, Indah beserta yang lain langsung berpamitan pada Ana dan Gebby."Sudah, jangan sedih terus, kasihan nanti
Gebby berjalan gontai meninggalkan area rumah sakit. Kata-kata mamanya maafin barusan benar-benar membuat hatinya hancur. Meskipun terasa begitu menyakitkan tapi Gebby tak menyangkal semua yang dikatakan oleh mamanya Melvin itu.Selama ini dirinya memang terlalu terobsesi untuk menjadi orang yang paling mendapatkan perhatian. Gebby selalu akan melakukan segala cara untuk bisa mencapai kemauannya. Bahkan seringkali ia tak memikirkan dampak buruk yang akan terjadi akibat dari perbuatannya itu. Kata-kata sang nenek kembali terngiang di telinganya. Apa mungkin hidupnya sampai se menderita ini karena memang dirinya terlalu sulit untuk melupakan dendam itu?Gebby sampai ke rumahnya dan langsung memeluk sang nenek. Ia menangis sejadi-jadinya karena hatinya benar-benar sangat terluka kali ini. Cinta yang ingin ia raih harus kandas seketika itu juga. Melvin menolaknya, dan kini mamanya juga."Geb ... kamu tenangkan diri kamu, baru nanti cerita sama Nenek, ya!" ucap Ana sambil mengusap kepala c
Gebby, tunggu! Kamu mau kemana? Jangan nekat, Geb! Panggil Melvin untuk kesekian kalinya. Ana juga jadi kalut dan ikut mengejar cucunya itu,.ia takut Gebby akan melakukan hal nekat seperti yang dilakukan oleh Luna."Gebby!" Ana memanggil Gebby meski napasnya mulai terengah. Ia sudah tua, tenanganya sudah tak sekuat dulu, berlari sebentar saja ia sudah ngos-ngosan.Gebby sudah keluar dari gerbang portal kompleks dan terus berjalan di trotoar pinggir jalan raya. Melvin masih tak putus asa, ia mencoba terus mengejar. Genby sesekali menoleh ke belakang sambil terisak. Ia pun turun dari trotoar itu dan terlihat pasrah sembari merentangkan kedua tangannya dan berjalan perlahan ke arah tengah jalanan."Gebby! Jangan nekat kamu?" seru Melvin yang melihat Gebby senekat itu, ingin mencelakai dirinya sendiri dengan berdiri di tengah jalanan.Klakson kendaraan bermotor bersahutan dan sebagian ada yang marah karena ulah Gebby itu."Mau mati, Lu?" maki pengendara yang lewat."Gila, lu, woy?""Hey!
Gebby melamun di teras belakang rumah itu. Sudah dua hari Luna pergi mengahadap Yang Maha Kuasa. Rumah sudah mulai sepi, hanya ada Ana dan Reyhan serta mamanya Melvin di rumah itu yang masih berbincang dan ada juga beberapa anggota kepolisian di bagian depan bersama papanya Melvin.Tak ada indikasi kekerasan dalam kematian Luna, semua orang meyakini itu merupakan murni sebagai kasus bunuh diri. Ditemukan foto Indah yang tertancap pena di dalam kamar. Polisi dan dokter menduga halusinasi Luna sempat kambuh ketika malam kejadian itu.Luna selalu bersikap impulsif dan tak peduli pada keadaan sekitar, jika sosok dalam halusinasinya muncul, ia bahkan tak tahu jika posisinya sedang di atas jurang sekalipun."Geb, kamu makan dulu, Sayang," bujuk Ana pada Gebby. Sejak kemarin tampaknya Gebby sama sekali belum makan. Ana khawatir karena Gebby tak boleh sampai melewatkan jadwal minum obatnya."Nanti saja, Nek. Belum ada selera.""Jangan begitu, dong, Geb. Kamu boleh bersedih tapi kamu juga haru
Suasana kompleks pagi itu dibuat heboh atas penemuan tubuh Luna yang menyedihkan itu. Warga langsung mencari bantuan untuk segera membawa Luna pergi ke rumah sakit karena setelah diperiksa ternyata denyut nadinya masih ada.Gebby dan Ana hanya bisa pasrah, serasa tubuh mereka lemas tak berdaya menghadapi kenyataan itu. Luna kehilangan banyak darah akibat luka di bagian kepalanya. Bahkan mereka berdua tidak tahu kapan kejadian itu terjadi karena malam itu mereka tidur sangat nyenyak. Sebenarnya Gebby sempat terbangun beberapa kali untuk mengecek keadaan mamanya itu namun tidak terjadi apa-apa. Akhirnya setelah larut malam kantuk pengendara dan ia tertidur dengan sangat pulas. Gebby pin menyesal karena membiarkan mamanya itu tidur di lantai dua. Bukan tanpa sebab, mamanya dulu pernah menempati kamar itu, Gebby berharap ingatannya bisa kembali secara perlahan dengan merasakan suasana kamar itu setiap hari.Luna akhirnya tiba di rumah sakit dan langsung ditangani oleh tim medis. Gebby da
"Pa, mana uangnya yang aku minta? Transfer sekarang juga, lusa aku akan terbang bawa Mama," ucap Gebby pada Reyhan hari itu."Papa cuma bisa kasih kamu lima ratus juta dulu, Geb. Nanti kurangnya beberapa hari lagi, ya!""Log, kok gitu, sih, Pa?" seru Gebby tak senang."Bukannya kamu ya yang maksa untuk segera mencairkan dana investasi ke perusahaan Melvin? Kamu pikir uang di perusahaan kita bisa kamu atur seenaknya?""Ya ampun, Pa, aku tih cuma minta sedikit, apa susahnya sih tinggal transfer?""Semua uang pribadi papa sudah papa masukkan ke deposit berjangka. Hanya bisa diambil pada waktu yang tepat.""Papa sengaja, ya, biar aku gak bisa mintabuang sama Papa? Papa bener-bener tega, ya? Aku itu sedang berusaha supaya mama sembuh, tapi papa malah menghalang-halangi!""Kamu salah, uang papa sudah papa depositokan jauh sebelum kamu berencana mengambil mama kamu dari yayasan itu.""Papa sepertimya emang gak pernah sayang sama aku! Papa selalu aja bikin aku kecewa!""Geb, papa gak ada bila
"Hai, Vin!" sapa Gebby pada Melvin. Melvin agak terkejut saat ia melihat Gebby ada di lobby kantornya terlihat sedang menunggu."Oh, hai, Geb!""Aku dari tadi nunggu kamu, loh.""Oh, ya? Bukannya kita belum ada janji untuk bertemu sebelumnya?""Sorry, emang belum. Tapi boleh, dong, kalau aku sesekali datang ke sini untuk sekedar melihat progres kerjasama kita? Lagian aku belum pernah ke sini, aku juga ingin tahu bagaimana sistem kerja di sini.""Ooh ... Oke, boleh aja, kok. Ayo, aku ajak berkeliling," sahut Melvin."Oke," ucap Gebby senang. Ia dan Melvin pun akhirnya mengitari sekitaran kantor dan Melvin menunjukkan bagian demi bagian di kantornya itu. Padahal Gebby tidak terlalu ingin tahu tentang itu tujuan utamanya datang ke kantor Melvin adalah supaya ia dan Melvin bisa punya pertemuan yang intens sehingga Gebby punya peluang untuk bisa semakin dekat dengannya."Padahal kamu ini bisa dikatakan pemula, tapi keren, loh. Kantor kamu bagus, sistem kerja juga bagus. Aku saranin kamu bu