"Kamu ngapain nanyain Bapak? Jangan macam-macam kalau mau kerja di sini. Jangan coba merayu Bapak. Lagian Bapak itu istrinya cantik. Jadi gak mungkin tertarik sama kamu. Kamu mending kerja yang bener. Jangan bikin aku malu." Wiwit menanggapi seperti itu ucapan Yeni. "Ya tetep aja sih, gue lebih muda, Wit. Daripada Bu Indah.""Lagian, sugar daddy itu pasti suka sama daun muda. Ganteng gak sih suaminya? Kalau ganteng bisa lah ya. Apalagi kaya. Siapa tahu gue bisa jadi istri keduanya. Ah lagian banyak tuh majikan yang tergoda sama ART-nya. Pi kalau ART-nya cantik kaya gue, Wit. Kalau jelek kaya kamu sih mana minat," cibir Yeni meremehkan Wiwit. "Aduh, Yen. Otakmu itu perlu disikat. Dosa Yeni jadi pelakor di rumah tangga orang. Kayak gak ada laki lain aja sih.""Ya kalau bapak mau gak apa-apa aku jadi istri keduanya.""Masalahnya Bapak gak bakal mau sama kamu!" Wiwit mulai geram. "Gue juga cuma bercanda kali! Sapa juga doyan ama bapak-bapak!" balas Yeni. Meski di dalam hati perempuan i
"Masih ya?" tanya Edwan karena melihat wajah Indah seperti itu. Indah kemudian mengangkat wajahnya dengan ekspresi memelas. Lalu, menanggapi ucapan Edwan. "Selesai, Mas," ucap Indah seraya mengulas senyum. Ekspresi wajahnya tadi, hanya ingin mengerjai Edwan. "Selesai? Ya udah kalau gitu, mas mau mandi dulu," tutur Edwan. Indah pun mengangguk dengan cepat."Sebentar, Mas. Aku cuci muka dan gosok gigi dulu. Aku kan udah mandi," ujar Indah. Niat perempuan itu, sambil menunggu Edwan mandi, dirinya akan berhias untuk menyenangkan hati Edwan. Edwan menurut dan mempersilahkan Indah untuk cuci muka serta gosok gigi terlebih dahulu, baru setelah itu dirinya yang pergi mandi. Lima menit kemudian, Indah keluar. Edwan pun langsung masuk. "Tunggu, Mas ya sayang," bisik Edwan. Indah mengangguk. Hatinya mulai terasa deg-degan. Ini kali pertama dirinya akan menyatu dengan Edwan. Ada perasaan malu dan senang. Pokoknya campur aduk. Setelah Edwan masuk ke kamar mandi, Indah mulai berganti pakaian. Me
"Wit, please jangan ngomong sama Bu Indah ya." Yeni masih memohon pada Wiwit. Namun, Wiwit tetap pada pendiriannya. "Perempuan kayak kamu, gak bisa dipercaya. Aku gak mau nanggung konsekuensi. Gak mau kalau sampai rumah tangga Bu Indah ataupun Pak Edwan hancur gara-gara kamu," balas Wiwit. "Bu, kok masih pagi udah bangun?" tanya Wiwit saat Indah tiba-tiba muncul di dapur dan menghentikan perbincangan mereka. "Iya, Wit. Saya mau bikinin sarapan untuk bapak." Dengan senyum Indah menanggapi ucapan Wiwit. "Bu, saya mau ngomong sama ibu. Boleh?" Pertanyaan Wiwit membuat jantung Yeni berdegup kencang. "Boleh, Wit. Ngomong saja," ujar Indah yang mulai sibuk menyiapkan bumbu-bumbu nasi goreng untuk sarapan suami dan kedua anaknya. "Nanti ya Bu. Selepas Ibu membuat sarapan.""Hem, memang mau bilang apa?" Indah mulai penasaran. "Ada, Bu. Nanti saja," tutur Wiwit. Indah pun mengangguk. Kemudian kembali melanjutkan apa yang tengah ia kerjakan.Setelah beberapa menit, nasi goreng dengan top
Indah menatap dua mantan ART-nya itu dengan senyum tipis, masih sedikit terdengar gerutu kesal dari mulut Yeni dan Wiwit karena baru saja dipecat oleh Indah. Mereka berdua ternyata sama busuknya. Lebih baik mencegah sebelum semuanya terlambat. Indah merasa jengah dengan banyaknya pengkhianat yang sudah cukup membuat hidupnya menderita selama ini. Tak ada lagi kata ampun untuk para pecundang seperti mereka. “Sayang, kenapa mereka berdua? Kok pergi bawa tas besar segala?” tanya Edwan yang baru saja turun dari lantai dua rumah mereka.“Aku gak bisa lama-lama memelihara pengkhianat seperti mereka berdua, Mas. Sudah cukup bukti yang aku dapat, mereka punya niat buruk pada kita, rumah tangga kita.”“Maksud kamu?” tanya Edwan agak kebingungan.“Ya, Yeni dan Wiwit sama-sama menyukai kamu, Mas. Sebelum terlanjur mereka bertindak kurang ajar, lebih baik mereka aku suruh pergi. Lumayan bantu mereka supaya terhindar dari niatan berbuat dosa.”“Ya ampun … tapi itu semua bener? Mas gak mau kamu za
Indah HanyutMobil meluncur begitu saja menuruni tebing dan tercebur ke dalam sungai. Indah masih berusaha menjaga kesadarannya meski rasa sakit mendera di sekujur tubuhnya.Saat ini yang ada dalam benaknya hanyalah menyelamatkan anak-anak dan suaminya. Sekilas ia melihat Edwan berdarah di bagian kepala, meski airbag mobil sudah mengembang. Edwan terlihat tak sadarkan diri. Sementara kedua anaknya juga mengalami luka. Indah berusaha sekuat tenaga keluar dari dalam mobil untuk membawa anak-anaknya ke tepi sungai sebelum mobil terbawa arus semakin jauh. Indah berhasil membawa Nadira dan Rashi, keduanya menangis kesakitan dan ketakutan, mereka berpelukan dan beringsut menjauh menghindari air sungai. Di atas sana orang-orang mulai terlihat berusaha mencarikan bantuan.Giliran Indah mencoba membantu Edwan keluar. Ia melepas sabuk pengaman Edwan dan menarik paksa tubuh suaminya itu untuk segera keluar dari dalam mobil yang semakin terendam air. Indah menyeret tubuh Edwan ke tepian, tenagany
Berita kecelakaan yang dialami Edwan dan Indah kini sedang hangat disiarkan di semua stasiun televisi. Kecelakaan mengerikan itu menyebabkan mobil milik Edwan rusak parah, sebagian besar badan mobil sudah berada di dalam air. Tim terkait sedang berusaha mengevakuasi bangkai mobil dari dalam sungai.Edwan saat ini sedang berada di ruang UGD Rumah Sakit. Ia masih terus meratapi hanyutnya istri tercinta yang terjadi di depan matanya. Rasa trauma mendalam kini dialami Edwan dan juga kedua anaknya. Beruntung Nadira dan Rashi hanya mengalami luka di bagian luar tubuh saja, hal itu diketahui dari hasil CT Scan di rumah sakit tersebut. Edwan meminta pada pihak rumah sakit untuk melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya.Edwan sendiri mengalami cedera serius di bagian kaki akibat sempat terjepit badan mobil yang ringsek. Edwan sama sekali tak peduli dengan keadaan dirinya, pikirannya sedang sangat kacau mengingat Indah masih belum ditemukan.“Indah … ya Allah, selamatkan Indah ….” Edwan menangi
Reyhan tak bisa lagi berkata-kata melihat Gebby yang masih sekecil itu namun punya pikiran yang di luar nalar. Mungkin benar kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sikap Luna melekat erat pada diri Gebby.“Papa gak suka kamu bersikap kurang ajar seperti itu, Gebby! Kamu jangan seperti Mama kamu yang selalu berpikiran buruk pada orang lain!”“Pokoknya Gebby benci sama Mama Indah! Mama Indah orang jahat!” pekik Gebby sekuat-kuatnya, membuat emosi Reyhan memuncak. Rahangnya mengeras menahan amarah.“Ingat! Papa gak mau kamu jadi anak nakal yang selalu membuat masalah dan tak bisa menjaga ucapan!” Reyhan menatap Gebby dengan tatapan tegas, ia berharap anaknya itu masih bisa berubah suatu hari nanti. Mungkin saat ini Gebby masih merasa tertekan karena Luna harus mendekam di dalam penjara. Hal itu menjadi pukulan berat bagi Gebby karena harus terpisah dari sang mama.Gebby membanting pintu kamarnya dan mengunci diri. Reyhan mengusap rambutnya dengan kasar. Ia lebih baik bergegas m
Pagi pun menjelang, Reyhan terpaksa harus bangun cepat meskipun matanya masih terasa sangat berat, entah jam berapa ia mulai bisa terlelap tadi malam. Pikirannya masih terus tertuju pada hilangnya Indah.Reyhan menuju ke meja makan setelah ia selesai mandi. Ia melihat Gebby sudah berada di meja makan menunggunya. Wajahnya masih terlihat kesal pada sang papa.“Aku mau ketemu Mama hari ini!” ujar Gebby tanpa basa-basi.“Hari ini? Gimana kalau besok saja sepulang sekolah?” ucap Reyhan.“Gak! Aku mau ketemu Mama sekarang!” tolak Gebby.“Tapi hari ini Papa masih mau pergi mencari keberadaan Mama Indah.”“Selalu saja Mama Indah! Papa gak mikirin aku sama sekali!” gerutu Gebby. Reyhan menarik nafasnya panjang. Ia tak ingin membuat hubungan dengan putrinya itu semakin menjauh.“Bukan begitu, Geb! Papa mau anterin kamu ketemu Mama, tapi please, jangan sekarang! Papa masih harus mencari Mama Indah, Papa sudah janji pada Nadira dan Rashi.”“Ooh … jadi sekarang Papa lebih mentingin mereka daripad