"Kok bisa kebetulan gini ya, Nov?" ucap Edwan.
"Mana gue tahu!" jawab Novi sinis. Ribet ini kalau sudah begini.
"Ternyata Indah istri sahabat gue sendiri. Sekalinya suka sama cewek, malah punya orang," keluh Edwan membuat kedua bola mata Novi mendelik.
"Kalau gak ada perempuan lain, gak apa-apalah gue sama elo aja, Vi. Daripada gue disangka gak normal," lanjutnya lagi.
"Gue udah punya pacar. Biarpun dia nunggu sukses dulu. Ogah gue juga nikah sama cowok dingin kaya elo!" balas Novi sambil melihat keluar kaca.
"Gue gak dingin. Manis begini," ucap Edwan. Terlihat menghibur padahal hatinya luar biasa hancur. Shock mengetahui wanita yang
"Lalu bagaimana? Hah? Apa kamu mau ikut kembali sama aku atau enggak?!" Reyhan yang sudah bingung mau berbuat apa untuk meyakinkan Indah pun hanya bisa pasrah dengan jawaban Indah. Meskipun tidak bisa dipungkiri kalau di dalam hatinya ada harapan supaya Indah mau ikut bersamanya.Indah yang bingung dengan hati bergemulut, hanya bisa terdiam. Karena ia memang membutuhkan waktu untuk berpikir. Bagaimana lagi? Hatinya sudah terlampau sakit. Banyak hal yang harus Indah pikirkan. Saat ini dia tidak bisa memutuskan."Kamu pergilah, Reyhan. Aku minta waktu selama tiga hari untuk berpikir. Tidak semudah itu aku memberi jawaban. Sekarang silahkan pergi. Aku mau beristirahat," pinta Indah. Reyhan melepas tangan Indah, kemudian ia langsung berdiri. Membalikkan badan dan berjalan ke arah pintu. Ind
"Itu si wanita brengsek sialan!" gumam Danang saat melihat Maya baru saja keluar dari mall Grand Indonesia. Danang yang sudah melakukan operasi plastik bertransformasi menjadi Dany. Semata-mata agar aku bisa bebas berkeliaran. Danang hadir dengan identitas baru. Semua mudah karena dia melakukan semua dengan uang untuk menyogok oknum tertentu.Beruntung dirinya memiliki sebuah Vila yang bisa dijual dan digunakan untuk berinvestasi di beberapa perusahaan yang pasti menguntungkan. Seperti perusahaan Reyhan juga Adit. Selain itu Danang juga bisa mengintai Indah. Apa dia bahagia dengan rumah tangganya? Atau dia berhasil membuat hidup Indah menderita karena membuatnya menikah dengan Reyhan. Laki-laki yang ia tahu tidak akan pernah bisa berdamai dengan masa lalu Indah.Danang menghampiri Maya, berusaha mendekatinya. Semata-mata
"Halo, Pak Bos." Dengan santai Indah menjawab telepon. Mendengar suara indah, Edwan begitu bersemangat."Halo, gimana kabar kamu? Baik-baik saja kan? Kenapa tidak pamitan sama saya kalau kembali ke Jakarta hari ini?" Edwan bertanya diseberang telepon. Sementara Reyhan pura-pura cuek meskipun kupingnya menguping. "Gak mungkin Edwan jadi saingan gue. Dia kan tahu Indah istri gue. Masih berani nelpon. Parah," batin Reyhan. "Kalau saja tidak sedang ingin meyakinkan Indah pasti udah gue ambil hape itu dan gue banting supaya mereka gak bisa komunikasi lagi," ucapnya lagi dalam hati."Maaf, Pak Bos. Saya baik-baik saja. Terima kasih untuk kebaikannya selama ini. Maaf tidak sempat berpamitan," ucap Indah."Iya, Ndah. Tidak apa-apa. Kamu sehat-sehat di sana. Bahagia selalu. Kau punya masalah atau butuh bantuan saya suatu saat nanti, saya siap membantu. Saya akan selalu ada untuk kamu kapanpun kamu butuh bantuan saya. Pokoknya kamu sehat-sehat. Jag
"Sampai kapan kamu diemin aku seperti ini? Ya Allah! Ini kita suami istri tapi kenapa seperti orang asing?" keluhku kesal. Tapi hanya bicara di dalam hati. Sebab, aku enggan untuk mengatakannya. Berat bibir serasa. Bagaimana tidak? Setiap aku ajak bicara, berujung diam. Lelah aku pun sama memilih diam. Hingga akhirnya dua manusia ini tidak saling bicara. Ternyata rasanya diabaikan itu tidak enak. Seperti orang bodoh yang harus terus mengalah. Seperti inikah perasaan Indah dulu?Sejak awal bulan, sampai sekarang akhir bulan, baru dua kali ini seingatku bicara dengan Indah. Ya masa dia diem aku suruh nyerocos kaya burung beo? Hancur wibawaku sebagai seorang laki-laki. Ya tapi tak bisa kupungkiri ini semua sangat membuatku lelah dan ingin menyerah. Sulit banget… sumpah demi tuhan aku ingin sekali melempar makanan ini. Tapi aku tidak mungkin melakukannya. Yang ada aku sendiri repot membereskan bekasnya. Indah tidak mau ada pembantu di rumah ini. Jadi kalau aku melakukan in
Tok … tok … tok ….!Luna mengetuk pintu ruangannya dan ruangan Haris."Masuk," jawab Haris dari dalam."Gimana, Lun? Reyhan setuju?" tanya Haris. Luna sedikit tidak enak menyampaikan maksud dan tujuannya membawa Lena temannya menemui Haris."Gini, Ris. Reyhan minta aku yang jadi sekretarisnya. Dan Lena jadi sekretaris kamu. Katanya sih takut gak cocok lagi. Gimna?" Luna bertanya. Haris terdiam sebentar. Tidak masalah baginya jika memang Luna menjadi sekretaris kakaknya itu. Sebab, bosan juga dia tidak ada yang cocok dengan Reyhan."Aku si terserah kamu saja. Kamu cocok?" Haris bertanya. Luna mengangguk cepat. Memang itu sebe
"Ma--suk," lirihku terbata. Pemuda bertubuh tinggi dengan memakai jas warna hitam mendongak. Aku merintih menahan sakit. Dia menghampiriku. Mataku berlinang ada rasa haru."Pak bos?" lirihku. Pemuda itu mengangguk. Lalu meletakkan sebuah kotak yang mungkin berisi dimsum pesananku itu di atas meja. Dengan panik Pak Bos langsung menghampiriku."Kamu kenapa? Reyhan mana?" tanya Edwan."Reyhan keluar kota. Tolong bantu saya bawa ke rumah sakit, Pak," lirihku. Edwan mengangguk dan langsung membopongku ke mobilnya. Rasanya ingin bertanya kenapa bisa ada dia. Tapi rasa sakit membuatku lupa akan segalanya. "Kamu jangan ngeden ya, Ndah. Tarik nafas," ucap Edwan panik. Dia membuka pintu mobil belakang kemudian menidurkanku di jok belakang. "Tahan ya," ucapnya dengan nada p
Setelah dua hari Reyhan pun sudah tiba di Jakarta bersama Luna. Keduanya tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan beristirahat dulu di hotel. Menenangkan pikiran dan memikirkan cara untuk bicara pada Indah. Sebab di pikiran Reyhan Indah sedang hamil tua. Takut juga terjadi sesuatu pada kandungannya sehingga menyebabkan anaknya mengalami masalah."Sudah sore. Sudah siapkah menemui istri dan orang tuamu, Rey?" tanya Luna sembari memeluk Reyhan dari belakang.Reyhan menyentuh tangan Luna kemudian mengecupnya. "Siap tidak siap harus siap," jawab Reyhan mantap."Dulu kamu sangat mencintai Indah. Apa kamu sudah benar-benar melupakannya?" Luna bertanya. "Mungkin bukan cinta, tapi hanya obsesi untuk mendapatkannya. Sudahlah, tidak usah dibahas. Kan aku sudah sama kamu," ujar
POV REYHANLima menit kemudian Haris kembali dengan membawa hape Indah. Indah mulai mengutak-atiknya. Mata wanita itu melirik Luna dengan sedikit menyunggingkan senyum."Laki-laki bisa mengejar perempuan. Terlihat sangat mencintai, takut kehilangan,, tapi tidak bisa menghargai, berlindung di balik kata cinta, ternyata itu hanya ambisi. Itu adalah kamu! Hanya ingin menyalurkan dendam pada Danang bukan? Tak kusangka," ucap Indah. Meskipun aku tidak paham, kata-kata itu seolah menyindirku."Mengejar seorang perempuan, meyakinkan kemudian mengulang hal yang sama. Berusaha sekuat tenaga untuk berubah tetap tidak bisa. Karena cintanya hanya sebatas obsesi yang kalau sudah berhasil di dapatkan ya sudahlah. Seterusnya akan mengulang kesalahan yang sama. Seperti itulah kamu! Tapi aku selalu be