Sepekan telah berlalu, Rosaline mulai tersenyum seperti biasa karena selalu dihibur sang kakak semata wayang. Rupanya mereka lebih memilih tinggal berdua di rumah peninggalan orang tua karena gadis itu merasa sungkan pada keluarga kakaknya.Setiap hari dia akan dimasakkan menu spesial yang bisa Xavier masak. Sepulang dari bekerja, dia pasti datang membawa makanan kesukaan sang adik, memberinya bunga mawar merah karena tahu bahwa perempuan memang senang diberi hadiah.Kehidupan mereka berdua berlangsung seperti orang normal pada umumnya. Kakak adik itu saling menyayangi, walau Rosaline masih sedikit sungkan. Bagaimana tidak, mereka adalah saudara yang bertemu di usia dewasa.Nila diam-diam bertemu Xavier, gadis itu tidak pernah mengetahuinya. Meski demikian, pikirannya tentang masa lalu mulai berubah. Dia membenci Alvino dan orang-orang dekatnya karena hasutan sang kakak yang disetir Nila. Tentang pernikahan yang membuatnya jadi janda di usia muda akan selalu dikenang sebagai mimpi bur
Sabtu pagi ketika Zanna, Akmal dan Oma Siska sudah berada dalam mobil, lelaki jangkung itu mulai resah. Dia sengaja tidak ikut dan memilih menyusul satu atau dua jam ke depan karena sudah berjanji pada Rena untuk menemuinya.Namun, sebelum dia kembali masuk, sebuah mobil justru berhenti di depan sana. Dia memicingkan mata dan melihat Xavier tengah melebarkan senyum padanya. Seperti biasa, seolah-olah tidak ada masalah kemarin. Apa memang dia sudah sembuh dari luka?"Al, tadi aku liat mobil kamu keluar. Ga ada siapa-siapa di sini?""Iya, tar aku nyusul mereka. Ada apa?" Alvino menggaruk kening karena merasa salah ucap. "Maksud aku apa kabar?""Aku baik, Rosa juga baik. Kamu penasaran sama dia, 'kan?"Alvino hanya mengulum senyum. Ketika tahu bahwa Ivan dan Xavier adalah orang yang sama, dia seperti harus menjaga jarak. Bukan karena kesalahan orang tua mereka di masa lalu, melainkan tentang pernikahan yang harus berujung perpisahan.Andai saja tahu bahwa Sandra akan meninggal dan ternya
"Kalian sudah lama menunggu?" Rosaline datang dengan membawa empat paper bag beda warna. Bibirnya tidak lepas dari senyuman yang merekah indah."Sudah.""Dari tadi malah. Kamu lama banget di luar. Mereka nungguin, lho!" Xavier menambahkan karena mendengar jawaban Rena yang terdengar kaku.Gadis cantik itu segera mengempas bokong di lantai serta meletakkan ke empat paper bag. "Biru punya Xavier, Pink punya Rena dan putih untuk Al. Itu buat kalian."Sebenarnya Alvino merasa tidak enak. Dia telah menyakiti hati gadis itu dengan menjatuhkan talak padanya di hari pernikahan. Sekarang dia menerima hadiah? Tidak, itu terasa berat.Melihat pada Rena, dia juga tersenyum kikuk. Raut wajah yang dia tunjukkan menjadi jawaban bahwa dia merasa sungkan menerima pemberian tersebut."Kok, nggak dibuka? Cek aja dulu. Aku sama Xavier mau ke dapur sebentar. Sebentar doang, kok. Santai aja ya, anggap rumah sendiri."Adik dan kakak itu segera ke dapur. Rena memicingkan mata, dia merasa ada yang tidak beres
Hari-hari berlalu seperti biasanya, Zanna akan tetap memantau karyawan dari rumah kecuali jika ingin berkunjung langsung secara tiba-tiba. Alvino pun mulai paham tentang dunia bisnis karena bimbingan sang ayah, sedangkan Oma Siska terkadang ikut melihat menantu yang menjadi adik madu Nafiza.Rosaline dan Xavier pun hidup seperti biasa. Tidak jarang dari mereka diajak makan malam bersama demi membalas budi serta mengeratkan tali persaudaraan. Ada sesal di hati sebagian insan yang melihat kedamaian itu karena pada akhirnya kembali pada konsekuensi bahwa tidak ada rujuk setelah talak tiga.Rena dan Lucky semaki disibukkan oleh tugas kuliah apalagi mereka mulai menyusun skripsi. Entah apa yang terjadi pada dua anak manusia itu karena kemarin kembali membicarakan tentang cuti. Kemungkinan ada agenda yang harus diselesaikan.Jika ingin segera lulus demi mendapat pekerjaan, maka itu bukan tujuan utama keduanya sebab hidup berkecukupan. Lagi pula orang tua tidak pernah menuntut mereka mencari
"Ren, pulang!" Alvino menarik lengan Rena menjauh dari tempat di mana orang-orang toxic berkumpul. Dia mengabaikan ledekan sebagian dari mereka, menembus kerumunan menuju tempat memarkir mobil.Perasaannya semakin kalut. Dia mengerti bagaimana sulitnya Rena menanggung malu karena dulu pun dirinya selalu mendapat ledekan dari orang-orang karena hanya memiliki satu telinga.Kendaraan roda empat itu melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan gedung bertingkat yang didominasi warna krem itu. Sesekali melirik ke sebelah kiri, Rena tampak murung. Matanya berembun, sementara bibir sedikit gemetar. Pandangan lurus ke depan seperti orang putus asa."Aku dikeluarkan.""Maksud kamu?" Alvino mengerutkan kening karena memang tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Rena."Karena video kita, Al. Aku dijatuhi fitnah sampai dikeluarkan dari kampus. Ini belum fix, tetapi kabarnya sudah beredar. Lagi pula semua orang sudah tahu, Ibu bilang terima saja, masih banyak kampus lain dan tidak harus b
Saat mereka tengah sibuk mengurus jenazah, Alvino menyelinap masuk ke kamar tempat kejadian memilukan itu terjadi. Tidak ada bekas darah di lantai atau si mana saja. Di kamar itu pun aman dari benda tajam termasuk gunting. Mungkinkah memang sudah dibersihkan dan tidak ada upaya melapor ke polisi untuk dicari tahu?Meskipun Nafiza itu baik, tidak menutup kemungkinan ada orang iri padanya sehingga mengambil nyawa lantas menggantung mayatnya agar orang-orang menganggap dia telah memilih jalan itu sendiri. Memang Nafiza memiliki banyak waktu sendiri di rumah, tetapi apakah masuk akal jika dia bunuh diri?Tiba-tiba, pikiran Alvino mengarah pada surat yang dikirim oleh Nila. Jika dia mengatakan ingin mengusik semua orang yang terlibat, selain Haura ... apakah wanita tadi termasuk dalam target sekadar menambah duka?Pandangan lelaki bertelinga satu itu mengedar ke seluruh ruangan, memindai dengan sangat hari-hati berharap segera menemukan bukti. Menghela napas, dia merasa sangat tertekan deng
Setiap insan tentu saja pernah merasakan yang namanya penyesalan karena terlalu mengedepankan ego. Ketika sosok tersebut mulai pergi dan tidak akan kembali, air mata terus memanggil namanya. Namun, percuma. Dia telah terbujur kaku tanpa nyawa.Mungkin seperti sebuah lirik dalam lagu yang dibawakan oleh Raja Dangdut Indonesia, 'kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga.'Lelaki itu kini terduduk lesu di sudut rumah, memeluk lutut dengan pandangan kosong. Sudah banyak orang berusaha memberinya semangat, tetapi dia hanya mematung dan sama sekali belum pernah memberi respon.Dirundung penyesalan memiliki hikmah, yakni tidak akan mengulang kesalahan yang sama di masa mendatang serta memperbaiki hubungan renggang menjadi lebih dekat. Akan tetapi, bagaimana jika ternyata penyesalan itu tidak lagi berujung disebabkan sosoknya telah berpulang?Untuk ke sekian kalinya, Ricky menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. Semenjak kematian sang istri, dia menolak menyentu
Hari-hari berlalu, semakin banyak saja teror yang didapati oleh Zanna sekeluarga. Semua yang dekat dengannya akan diganggu kecuali Haura dan Rena. Entah mengapa, peneror itu tidak berani mengusik keduanya.Merasa muak, Vita berinisiatif untuk mendatangi Xavier langsung ke rumahnya karena tidak ingin menunda terlalu lama. Dia sengaja pergi sendiri tanpa membawa Zanna, khawatir terjadi kesalahan yang membuat mereka berada dalam masalah besar dan aksi saling menuntut.Mengetuk pintu rumah itu berulang kali dengan penuh kesabaran. Dia melihat kendaraan terparkir di depan, itu berarti penghuni rumah memang ada di dalam sana. Sekali lagi dia mengetuk pintu hingga seseorang membukanya."Tante Vita?" Wajah Rosaline menggambarkan ketakutan. Matanya bergerak ke kanan dan kiri. "Kenapa Tante Vit ke sini?""Sudah waktunya!" Hanya jawaban itu yang diberi sebelum Vita memaksa masuk.Jantung Rosaline berdegup tidak normal. Xavier memang sedang mengurung diri di kamar, tetapi untuk sesuatu yang tidak
“Mencintai itu insan. Rasa luka itu insan. Namun, masih mencintai di kala terluka adalah malaikat.”—Maulana Jalaluddin Rumi____________________________Cinta sejati tidak selalu lahir dari pertemuan indah yang melahirkan kenangan paling romantis. Cinta sejati bisa juga bermula dari kisah kelam, saling menghunus pedang, saling membunuh dengan harapan menang.Itu pernah terjadi di masa lalu dan dialami oleh banyak pasang manusia. Bukan hanya cinta jadi benci, tetapi benci jadi cinta pun ada. Itu kenyataan, bukan sebatas dongeng yang sering diceritakan oleh para manusia pecinta buku.Seperti Rosaline. Perempuan bergelar janda kembang itu senantiasa mengunjungi mantan suaminya bahkan kerap kali membantu Zanna untuk mengurus Alvino. Sejak dua hari yang lalu, keajaiban turun atas kemurahan hati Sang Pencipta. Lelaki itu membuka mata, keadaannya pun kian membaik. Sekarang tengah berada di ruang perawatan.Saat waktunya makan siang dan Zanna masih mengurus pekerjaan, Rosaline langsung mengam
"Minggir!" teriak Alvino sekeras mungkin di antara derasnya hujan.Enam manusia itu langsung menoleh bersamaan. Salah satu dari mereka tertawa kencang ketika yang lain mengunci pergerakan perempuan itu. Jika Alvino taksir, mungkin sekitar tiga puluh tahun.Seorang lelaki memakai ikat kepala merah di tengah. Sial. Mereka kembali bertemu. Namun, saat ini mungkin tidak ada gadis pembawa traffic cone karena sedang menuju rumah bersama kakaknya.Situasi yang sama untuk tujuan yang berbeda. Apakah ada yang memahami perasaan Alvino saat ini? Tentu saja dia ingin menyelamatkan perempuan itu. Dia paling tidak bisa melihat kekacauan apalagi mengingat bahwa dulu sang bunda pernah menderita.Tolong-menolonglah dalam kebaikan. Begitu nasihat yang selalu ayahnya tekankan."Kamu mau jadi pahlawan?!" bentak lelaki itu. Tubuhnya lebih tinggi dan kekar daripada Alvino sendiri.Dalam derasnya hujan, rasa takut mendominasi. Amarah membara di dalam dada menepis rasa dingin yang seharusnya membuat mereka s
Pada tahun itu, dia tidak melakukan kesalahan. Hanya keadaan yang memaksanya pergi; mengikuti takdir yang berjalan.Melepaskan sosok yang dicintai adalah pengorbanan besar—terutama jika demi kebaikanmu—lalu berjuang untuk lepas dari rasa sakit.Membunuh perasaan sendiri?Oh, tidak. Wajahmu telah terlukis indah di hatinya, tidak akan terlupakan, kecuali hati itu telah mati .... Kamu percaya dengan apa yang aku katakan?Jangan! Terkadang aku mengatakan sesuatu yang tidak pantas dibenarkan.~ Rosaline_________________Janda muda yang masih berstatus gadis itu menyempatkan diri untuk mengunggah status di Insta-gram ketika menepikan mobil karena minta oleh Xavier. Lelaki yang hatinya tengah menangis pilu itu ingin mengademkan siri di alfa dengan membeli minuman kesukaan juga beberapa roti.Sudah bukan hal baru apabila mendapat masalah, maka Xavier akan mengademkan diri, berusaha untuk memendam sendiri serta meninggalkan makan sekalipun terasa lapar. Rosaline sendiri duduk merenung du dala
“Keindahan yang kamu miliki telah terlukis dalam hati, Tuan. Aku tidak akan melupakannya kecuali hati ini telah mati.”—Rosaline.____________________________"Kamu yakin?" Rosaline mencekal pergelangan tangan sang kakak yang baru saja menyambar kunci mobil.Lelaki tampan, hidung bangir dan tubuh jangkung itu telah siap. Cukup memakai kemeja dan celana jeans serta tatanan rambut rapi tanpa lupa menyemprot parfum pada sisi kanan dan kiri tubuhnya. Sudah hampir pukul delapan malam dan dia harus segera ke sana karena Jenni bilang belum memberi tahu kakak dan papanya.Dia ingin pura-pura terkejut sehingga mereka tidak tahu bahwa malam itu ada rencana yang harus disusun. Lagi pula, semuanya sesuai saran dari Rena yang telah memahami betul bagaimana sifat Lucky dan papanya. Malam itu ... bisa menjadi jalan mereka bersama."Xavier!" panggil Rosaline lagi. Dia geram karena merasa diabaikan."Iya, yakin. Aku sudah bicara sama Jenni, kan? Tidak ada pilihan lain. Ini ibarat kesempatan terakhir da
“Cinta dan benci adalah dua hal yang tidak bisa bersatu seperti minyak dan air dalam satu wadah. Mustahil ada cinta kalau berselimutkan benci, mustahil membenci kalau ada cinta sekalipun pujaan hati melakukan sebuah kesalahan. Jika benih cinta mulai tumbuh, maka rasa benci seketika memudar. Begitupun sebaliknya, cinta akan terkikis apabila benci sudah mulai mendominasi.”—Bintu Hasan.____________________________Waktu bergerak begitu lambat bagi Xavier karena belum menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang masih bersarang di otak. Pikiran terusik. Keinginannya untuk mempersunting Jenni semakin bulat agar tidak ada lagi alasan untuk berpisah. Sayang sekali, setitik keraguan tentang restu justru makin menyebar.Serupa virus yang menjangkiti sesuatu untuk merusaknya. Begitu juga prasangka buruk, merusak pola pikir. Xavier menghela napas panjang. Dia menyempatkan diri curhat pada Rosaline tadi dan juga ibu angkatnya. Mereka setuju untuk membuat jalinan cinta itu menyatu dengan kua
“Oh, Tuhan ... selamatkan aku dari kerinduan yang terus tumbuh.”—Jenni._______________________________Aku lelah. Rasanya terlalu pusing menjalani kehidupan setelah kejadian beberapa hari ini. Aku pikir, pulang ke rumah hanya untuk mengenang tentang Mama Naf dan Mama Lisa, berdamai dengan Papa dan juga Kak Lucky.Entah bagaimana akhir kisah cinta yang terjalin cukup lama ketika mereka justru berbalik menentang. Tidakkah cukup ketulusan Xavier—terlukis di kedua matanya—menjadi jawaban?Ini berat. Sepanjang perjalanan tadi, Kak Rena hanya sibuk meracau. Aku tidak tahu bagaimana akan memberi respon, selain kami belum terlalu dekat semenjak aku tinggal di Makassar, dia juga belum tentu benar-benar berpihak.Bercerita tentang dendam dari masa lalu, semoga Tuhan mengampuni dosa kami. Aku sudah sering mendengar cerita dari mereka ketika berkumpul di rumah. Tentu saja yang dibahas adalah hal menarik, tetapi terkadang Kak Alvino meminta saran pada Kak Lucky dan Kak Rena.Aku penasaran, pura-p
Hati atau raga, mana yang lebih penting?Kalimat itu terngiang-ngiang. Ya, tadi Xavier mengiriminya sebuah pesan, tepat ketika azan asar berkumandang merdu di semua tempat peribadatan umat muslim.Jam masih menunjuk angka lima sore dan Akmal tetap setia menunggu adiknya selesai mengurus pekerjaan yang katanya tinggal sedikit. Pembicaraan mereka tentang dua anak manusia yang saling mencintai harus terhenti karena ada panggilan dari orang penting dan Akmal bisa memahami hal demikian.Bagaimana jika ternyata Ricky menolak untuk memberi restu setelah tahu bahwa putrinya jatuh cinta pada seorang anak yang di dalam dirinya mengalir darah seorang Sandra? Siapa pun—termasuk Akmal sendiri—pasti memiliki rasa khawatir jika ternyata di kemudian hari terjadi hal-hal buruk.Sebut saja tentang pembalasan dendam. Dari wajah saja sudah tergambar dengan jelas bagaimana perangai Xavier. Garis wajah tegas menunjukkan bahwa prinsipnya tidak mudah digoyahkan, mungkin pengecualian jika dia sedang dilanda b
"Cinta itu bukan sebatas siapa yang paling berkorban, tetapi juga berjuang. Jika masih bisa diusahakan bersama, mengapa harus melangkah mundur?"—Bintu Hasan.________________________________Harapan itu menjelma menjadi sepasang sayap yang mengepak indah, melambung begitu tinggi saat kata-kata romansa lahir dari mulut-mulut mereka yang mengaku cinta, baik tulus ataupun tidak.Ketika sayap dipatahkan dengan satu atau banyak akibat, maka sulit untuk terbang sebelum luka kembali pulih. Sakit? Tentu saja. Seketika dunia terasa seperti penjara di mana anak manusia tidak lagi bisa melangkah ke mana pun dia ingin.Malam-malam meskipun dipenuhi dengan jutaan bintang serta cahaya dewi malam, tetap terlihat mendung. Tidak, mata tidak patut disalahkan, hati lah yang menjadi penyebabnya. Seseorang yang sedang dirundung duka, dia pasti menganggap bumi seolah-olah berhenti berputar.Tidak ada perbedaan besar antara kaum Adam dan Hawa. Mereka sejatinya sama. Akan tetapi, sebagian lain begitu mampu m
PoV JenniMungkin memang benar bahwa kita tidak boleh memaksakan cinta karena sesuatu yang dipaksakan selalu berakhir menyakitkan. Aku Jenni, anak bungsu dari dua bersaudara. Terlahir dari keluarga ... sulit dijelaskan apalagi sampai menggambarkan dengan kata-kata indah.Tidak ada yang indah, semua hanya kesemuan, menyakiti hati kami anak-anaknya. Andai saja boleh membuka suara, sudah lama kuminta Mama Naf untuk berpisah dari papa karena melihat bagaimana lelaki bergelar suami dan ayah itu lebih condong pada istri muda.Ini bukan tentang siapa yang melahirkan karena pada hakikatnya Mama Naf mengambil banyak peran penting dalam hidup. Lupakan tentang keluarga, aku pun selalu kalah dalam masalah cinta dan semoga kali ini memenangkannya.Jatuh cinta pada sosok lelaki yang aku kenal dari grup Whats-App karena diajak kenalan, mengobrol singkat. Sebenarnya aku tidak cinta, tetapi dia mengutarakan rasa dan katanya sudah lama dipendam. Entah seberapa lama, tetapi bagi aku baru sebentar.Sebag