Hari demi hari berlalu begitu indah. Zanna sangat senang berada di rumah dan memantau karyawannya dari jauh dengan mengecek CCTV yang disambungkan ke laptop secara berkala. Setiap hari pun akan ada laporan dari asisten yang menjadi orang kepercayaannya.Bukan hanya itu yang membuatnya senang, melainkan karena melihat penderitaan Dimas. Setiap hari dia akan memotong rumput, membersihkan satu per satu tanaman agar terlihat segar dan berkilau, menyapu di segala arah sekaligus mencuci mobil.Jatah makan hanya sekali sehari, itupun dengan porsi seadanya. Tiga orang pekerja yang biasanya melakukan semua itu dirumahkan. Mereka tidak rugi karena memang rindu dengan kampung halaman setelah hampir tidak pulang sepanjang tahun."Bu Za!"Zanna yang sedang sibuk menonton Drama Korea di laptop dalam kamar seketika menoleh ketika mendengar suara perempuan. Laptop dimatikan, kemudian melangkah cepat untuk membuka pintu. "Kenapa, Mbok?""Anu, Bu ... itu tadi Dimas
"Kurung dia sementara waktu, jangan sampai lepas, mengerti?!" perintah Alyssa setelah bodyguard berdiri di dekatnya."Siap, Bu."Alyssa menghela napas kasar, kemudian menarik tangan Akmal menaiki anak tangga dan berakhir di kamar adiknya. Bingung, wanita yang selalu memakai lipstick marun itu melipat bibir seraya melirik ke kanan dan kiri mencari alasan.Sementara itu, Zanna yang masih ketakutan kini berada dalam pelukan Akmal. Dia tidak akan melupakan kejadian tadi dan bertekad menghabisi nyawa mantan suaminya. Dulu, mereka memang pernah bahkan sering menghabiskan malam bersama, tetapi sekarang sudah berbeda.Tidak ada hubungan di antara keduanya terutama karena pernikahannya tanpa dilengkapi buah hati. Zanna menarik napas dalam mencoba menenangkan diri. Itu berlangsung hingga hampir sepuluh menit."Aku minta maaf." Alyssa membuka suara menatap adik dan adik iparnya bergantian."Kenapa minta maaf?" Akmal yang masih tersulut emosi beralih memberi tatapan dingin pada wanita itu. "Janga
"Bagaimana, Bu? Setelah kecelakaan kemarin, seharusnya aku mati saja. Kenapa hanya anak itu yang mati?" racau Nila, tetapi sudah lelah memberontak.Setiap hari dia akan menangis, memikirkan masa lalu yang berujung luka dan penyesalan. Andai saja bisa, Nila pasti tidak mengajukan diri pada Zanna. Wanita itu rupanya masih menyimpan dendam dan memang harus disalahkan.Bulir bening menetes membasahi pipi. Hati Nila benar-benar terluka karena pengkhianatan hari itu. Setelah mencoba setia dan menjadikan Falen sebagai prioritas, harapannya justru dipatahkan. Sungguh, ketika menjadi kekasih Falen dan mengobrol di taman, dia bukan lagi memikirkan soal harta melainkan ketulusan.Nila bahkan tidak peduli jika mereka harus memulai dari nol sejak awal atau tinggal di tempat sederhana. Namun, sayang sekali karena semua harapan telah dipatahkan. Nila hanya bisa menunduk, menggerutu di dalam hati.Marah pada semesta? Tidak. Kecelakaan itu terjadi karena kesalahan sendiri yang terpesona pada Falen. Be
"Dimas tidak bisa diselamatkan." Kata-kata itu terus terngiang dalam pikiran Bu Tika.Setelah semalam berjuang melawan kematian, apa benar anak sulungnya benar-benar sudah pergi? Wanita paruh baya itu memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Tiba-tiba bayangan Dimas kecil datang, tersenyum seraya merenggangkan tangan dengan niat memeluk.Bu Tika menyambut hangat. Akan tetapi, dia berakhir memeluk diri sendiri. Tidak peduli menjadi pusat perhatian orang-orang, dia tetap saja berlutut di koridor rumah sakit. Air mata mengalir semakin deras, sendiri menghadapi luka ternyata sangat menyakitkan.Tadi malam dia sengaja begadang demi mengecek monitor setiap kali berbunyi. Waktu itu Dimas tiba-tiba kesulitan mengambil napas dan hilang kesadaran menambah rasa khawatir dalam hati sang ibu. Lelaki malang itu berjuang hidup sampai akhirnya dibalut kain kafan tepat pukul enam pagi."Dimas ...," desis Bu Tika mengepalkan kedua tangan. Dia lemah, kedua kaki tidak mampu menopang berat badan.S
Bab 93. Karma Sang PelakorPukul enam pagi, pintu rumah Sandra diketuk berulang kali tanpa ada suara. Wanita itu membuka mata, melepaskan diri dari pelukan Gunawan. Dia masih lelah setelah beraktivitas hampir sepanjang malam.Melangkah gontai, Sandra menuju pintu utama sambil mengikat rambut yang masih berantakan. Dia tidak peduli dengan baju kurang bahan yang dia pakai karena yakin bahwa orang di balik pintu adalah Zanna.Jika bukan dia, lantas siapa? Sementara tadi malam saja Zanna sudah mengingatkan bahwa dia akan bertamu besok untuk mengajak Sandra ke rumah Dimas. Namun, kenapa di pagi buta?"Sandra, buka pintunya!""Iya, Za. Santai!" sahut Sandra kesal.Wanita itu membuka pintu dengan sangat kasar. Betapa terkejutnya dia melihat Vita berdiri di samping wanita berambut ikal itu. Jantung seketika memompa lebih cepat dari biasanya.Apa yang harus dia lakukan sekarang? Ingin mundur dengan menutup pintu pun akan menimbulkan kecurigaan. Mendelik kesal pada Zanna, wanita itu curiga seda
"Kamu nampar aku?!""Iya, aku nampar kamu!" balas Nila membulatkan kedua mata.Ketika amarah sudah mendarah daging, maka sulit mengontrol diri. Tubuh gadis itu gemetar, ada luka tersembunyi di kedua mata indahnya. Setelah mendapat berbagai penghinaan, merelakan diri ke rumah bordil, kabar duka tetap berduyun-duyun menghampiri.Nila sama sekali tidak bisa menduga selama ini bahwa Zanna adalah wanita kejam atau mungkin lebih layak disebut iblis. Pernah disiksa sampai hampir meregang nyawa di Rumah Hitam, kakak semata wayangnya pun dikurung sampai berakhir pergi selamanya.Luka itu menyebar cepat di dalam hati, perlahan berubah menjadi dendam. Namun, Nila masih sedikit waras sehingga tidak berani balas membunuh Zanna. Jika demikian, maka wanita yang telah menjadi kakak iparnya hanya akan merasakan sakit sementara. Dia sudah menyusun rencana sendiri."Aku ke sini baik-baik, tapi kamu malah berani menampar aku. Nila, apa kamu tahu konsekuensinya?""Aku tidak tahu, tidak mau tahu dan tidak
Seseorang yang bersembunyi di belakang Alyssa mulai bergeser ke samping. Dia menatap santai pada Zanna. "Aku yang salah. Aku telah meminta Alyssa untuk merahasiakan semuanya dari siapa pun, termasuk kamu. Semua yang terjadi bukan sebuah kebetulan, melainkan rencana aku. Alyssa bilang ingin menemukanmu, jadi aku menyusun rencana ini.""Apa maksudmu? Rencana apa?!""Perpisahanmu dengan Dimas itu bagian dari rencana aku, Za. Dia bisa selingkuh dengan Sandra karena pengaruh dariku."Zanna memicingkan mata, semakin curiga dengan kakak sendiri. Bagaimana bisa? Sungguh, kenyataan itu telah membuat kebahagiaannya sirna."Aku sudah menduga sejak lama kalau kamu akan menyalahkan aku, tetapi aku melakukannya demi dirimu. Kalau saja Dimas tidak selingkuh, apa kamu masih akan betah diperlakukan seperti babu? Aku teman Sandra, jadi sengaja memanfaatkan dia untuk membuatmu lepas dari belenggu Dimas sekeluarga. Pikirkan saja, kamu harus membenci atau berterima kasih sama aku, Za."Wanita berambut ika
"Zanna, kamu mau ke mana?!" tanya Alyssa mencoba menghalangi jalan adiknya.Bagaimana pun, mereka tetap saudara. Di dalam diri mengalir darah yang sama. Alyssa tidak menginginkan kepergian wanita itu sekarang, apalagi Pak Arsenio masih berada di Spanyol. Jika tahu keretakan hubungan keduanya, mungkin akan menimbulkan masalah.Sementara Zanna sendiri menyeka air mata yang tadi menggenang dan jatuh tanpa permisi. Apa lagi yang bisa dia lakukan sekarang selain pergi? Ketika semua orang hanya menjadikannya batu asah untuk membuat pedang makin tajam, Zanna menyesal kembali ke rumah itu."Zanna!" bentak Alyssa dengan kedua mata merah ketika wanita itu menarik kasar tangannya. Mereka berdua saling beradu pandang, sungguh Zanna sangat muak. Namun, tidak berani memukul karena tahu bahwa kakaknya lebih kuat dan berpengaruh."Kamu mau pergi dari sini, hah?!""Kenapa? Aku dimanfaatkan–""Dimanfaatkan?" Mata Alyssa sontak memicing. "Kamu merasa kita manfaatin kamu?""Ya." Zanna tersenyum miring. "M