"Mas, kamu urus dia. Aku biar ketemu sama Sandra dulu. Ada sesuatu yang harus dia terima hari ini!" pinta Zanna tiba-tiba setelah mendapat telepon dari seseorang.Akmal yang sejak dulu tahu masa lalu istrinya mengangguk lantas tersenyum penuh arti pada Dimas. Rencana berlibur di hari minggu harus ditunda karena kedatangan tamu istimewa sejak pagi buta.Penampilannya jauh lebih bagus daripada saat bertemu Nila di jalan. Lelaki itu pun bersih dan wangi berkat pertolongan seorang teman. Dia datang dengan satu tujuan tentunya."Belum ada jawaban tentang keberadaan Alyssa. Di mana dia?" Dimas mengulang pertanyaan."Masih di Spanyol. Ada urusan apa?""Gadis yang cantik, tapi sangat garang. Aku tidak mau berurusan sama dia lagi." Dimas mengeluarkan sebuah tas berisi amplop cokelat besar lantas menyerahkannya pada Akmal. "Sisa utangku. Bilang sama iparmu itu, jangan ganggu Dimas lagi. Utang udah beres!"Akmal terkejut melihat uang merah yang begitu banyak. Pikirannya menerawang jauh, sekilas
Zanna diam-diam memantau ke rumah sakit yang diduga menjadi tempat di mana keluarga sialan itu dirawat. Dia sengaja memakai kaca mata hitam agar tidak dikenali oleh orang lain. Terus melangkah menyusuri koridor rumah sakit sampai ke salah satu ruangan khusus. ICU."Pasien atas nama siapa?" tanya Zanna pada seorang perawat yang baru saja keluar dari ruangan itu."Pak Hermawan."Wanita yang memiliki kulit seputih pualam itu mengangguk, berarti bukan orang yang dicari. Dia kembali ke depan untuk mengintip ke UGD dan menemukan mantan suami dan mertuanya terbaring lemah di sana.Di mana gadis sialan itu? Apa mungkin sudah berada di kamar jenazah? Pikiran Zanna semakin kalut, dia harus memastikan sesuatu sebelum mengambil tindakan lebih jauh. Adalah bagus apabila satu per satu dari mereka kehilangan nyawa tanpa meninggalkan jejak atau tuduhan yang kemungkinan memberatkan Zanna.Jika itu terjadi, maka reputasi keluarga Zaroun akan ternoda dan berimbas pada usaha yang tengah di jalani. Untuk
Hari demi hari berlalu begitu indah. Zanna sangat senang berada di rumah dan memantau karyawannya dari jauh dengan mengecek CCTV yang disambungkan ke laptop secara berkala. Setiap hari pun akan ada laporan dari asisten yang menjadi orang kepercayaannya.Bukan hanya itu yang membuatnya senang, melainkan karena melihat penderitaan Dimas. Setiap hari dia akan memotong rumput, membersihkan satu per satu tanaman agar terlihat segar dan berkilau, menyapu di segala arah sekaligus mencuci mobil.Jatah makan hanya sekali sehari, itupun dengan porsi seadanya. Tiga orang pekerja yang biasanya melakukan semua itu dirumahkan. Mereka tidak rugi karena memang rindu dengan kampung halaman setelah hampir tidak pulang sepanjang tahun."Bu Za!"Zanna yang sedang sibuk menonton Drama Korea di laptop dalam kamar seketika menoleh ketika mendengar suara perempuan. Laptop dimatikan, kemudian melangkah cepat untuk membuka pintu. "Kenapa, Mbok?""Anu, Bu ... itu tadi Dimas
"Kurung dia sementara waktu, jangan sampai lepas, mengerti?!" perintah Alyssa setelah bodyguard berdiri di dekatnya."Siap, Bu."Alyssa menghela napas kasar, kemudian menarik tangan Akmal menaiki anak tangga dan berakhir di kamar adiknya. Bingung, wanita yang selalu memakai lipstick marun itu melipat bibir seraya melirik ke kanan dan kiri mencari alasan.Sementara itu, Zanna yang masih ketakutan kini berada dalam pelukan Akmal. Dia tidak akan melupakan kejadian tadi dan bertekad menghabisi nyawa mantan suaminya. Dulu, mereka memang pernah bahkan sering menghabiskan malam bersama, tetapi sekarang sudah berbeda.Tidak ada hubungan di antara keduanya terutama karena pernikahannya tanpa dilengkapi buah hati. Zanna menarik napas dalam mencoba menenangkan diri. Itu berlangsung hingga hampir sepuluh menit."Aku minta maaf." Alyssa membuka suara menatap adik dan adik iparnya bergantian."Kenapa minta maaf?" Akmal yang masih tersulut emosi beralih memberi tatapan dingin pada wanita itu. "Janga
"Bagaimana, Bu? Setelah kecelakaan kemarin, seharusnya aku mati saja. Kenapa hanya anak itu yang mati?" racau Nila, tetapi sudah lelah memberontak.Setiap hari dia akan menangis, memikirkan masa lalu yang berujung luka dan penyesalan. Andai saja bisa, Nila pasti tidak mengajukan diri pada Zanna. Wanita itu rupanya masih menyimpan dendam dan memang harus disalahkan.Bulir bening menetes membasahi pipi. Hati Nila benar-benar terluka karena pengkhianatan hari itu. Setelah mencoba setia dan menjadikan Falen sebagai prioritas, harapannya justru dipatahkan. Sungguh, ketika menjadi kekasih Falen dan mengobrol di taman, dia bukan lagi memikirkan soal harta melainkan ketulusan.Nila bahkan tidak peduli jika mereka harus memulai dari nol sejak awal atau tinggal di tempat sederhana. Namun, sayang sekali karena semua harapan telah dipatahkan. Nila hanya bisa menunduk, menggerutu di dalam hati.Marah pada semesta? Tidak. Kecelakaan itu terjadi karena kesalahan sendiri yang terpesona pada Falen. Be
"Dimas tidak bisa diselamatkan." Kata-kata itu terus terngiang dalam pikiran Bu Tika.Setelah semalam berjuang melawan kematian, apa benar anak sulungnya benar-benar sudah pergi? Wanita paruh baya itu memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Tiba-tiba bayangan Dimas kecil datang, tersenyum seraya merenggangkan tangan dengan niat memeluk.Bu Tika menyambut hangat. Akan tetapi, dia berakhir memeluk diri sendiri. Tidak peduli menjadi pusat perhatian orang-orang, dia tetap saja berlutut di koridor rumah sakit. Air mata mengalir semakin deras, sendiri menghadapi luka ternyata sangat menyakitkan.Tadi malam dia sengaja begadang demi mengecek monitor setiap kali berbunyi. Waktu itu Dimas tiba-tiba kesulitan mengambil napas dan hilang kesadaran menambah rasa khawatir dalam hati sang ibu. Lelaki malang itu berjuang hidup sampai akhirnya dibalut kain kafan tepat pukul enam pagi."Dimas ...," desis Bu Tika mengepalkan kedua tangan. Dia lemah, kedua kaki tidak mampu menopang berat badan.S
Bab 93. Karma Sang PelakorPukul enam pagi, pintu rumah Sandra diketuk berulang kali tanpa ada suara. Wanita itu membuka mata, melepaskan diri dari pelukan Gunawan. Dia masih lelah setelah beraktivitas hampir sepanjang malam.Melangkah gontai, Sandra menuju pintu utama sambil mengikat rambut yang masih berantakan. Dia tidak peduli dengan baju kurang bahan yang dia pakai karena yakin bahwa orang di balik pintu adalah Zanna.Jika bukan dia, lantas siapa? Sementara tadi malam saja Zanna sudah mengingatkan bahwa dia akan bertamu besok untuk mengajak Sandra ke rumah Dimas. Namun, kenapa di pagi buta?"Sandra, buka pintunya!""Iya, Za. Santai!" sahut Sandra kesal.Wanita itu membuka pintu dengan sangat kasar. Betapa terkejutnya dia melihat Vita berdiri di samping wanita berambut ikal itu. Jantung seketika memompa lebih cepat dari biasanya.Apa yang harus dia lakukan sekarang? Ingin mundur dengan menutup pintu pun akan menimbulkan kecurigaan. Mendelik kesal pada Zanna, wanita itu curiga seda
"Kamu nampar aku?!""Iya, aku nampar kamu!" balas Nila membulatkan kedua mata.Ketika amarah sudah mendarah daging, maka sulit mengontrol diri. Tubuh gadis itu gemetar, ada luka tersembunyi di kedua mata indahnya. Setelah mendapat berbagai penghinaan, merelakan diri ke rumah bordil, kabar duka tetap berduyun-duyun menghampiri.Nila sama sekali tidak bisa menduga selama ini bahwa Zanna adalah wanita kejam atau mungkin lebih layak disebut iblis. Pernah disiksa sampai hampir meregang nyawa di Rumah Hitam, kakak semata wayangnya pun dikurung sampai berakhir pergi selamanya.Luka itu menyebar cepat di dalam hati, perlahan berubah menjadi dendam. Namun, Nila masih sedikit waras sehingga tidak berani balas membunuh Zanna. Jika demikian, maka wanita yang telah menjadi kakak iparnya hanya akan merasakan sakit sementara. Dia sudah menyusun rencana sendiri."Aku ke sini baik-baik, tapi kamu malah berani menampar aku. Nila, apa kamu tahu konsekuensinya?""Aku tidak tahu, tidak mau tahu dan tidak
“Mencintai itu insan. Rasa luka itu insan. Namun, masih mencintai di kala terluka adalah malaikat.”—Maulana Jalaluddin Rumi____________________________Cinta sejati tidak selalu lahir dari pertemuan indah yang melahirkan kenangan paling romantis. Cinta sejati bisa juga bermula dari kisah kelam, saling menghunus pedang, saling membunuh dengan harapan menang.Itu pernah terjadi di masa lalu dan dialami oleh banyak pasang manusia. Bukan hanya cinta jadi benci, tetapi benci jadi cinta pun ada. Itu kenyataan, bukan sebatas dongeng yang sering diceritakan oleh para manusia pecinta buku.Seperti Rosaline. Perempuan bergelar janda kembang itu senantiasa mengunjungi mantan suaminya bahkan kerap kali membantu Zanna untuk mengurus Alvino. Sejak dua hari yang lalu, keajaiban turun atas kemurahan hati Sang Pencipta. Lelaki itu membuka mata, keadaannya pun kian membaik. Sekarang tengah berada di ruang perawatan.Saat waktunya makan siang dan Zanna masih mengurus pekerjaan, Rosaline langsung mengam
"Minggir!" teriak Alvino sekeras mungkin di antara derasnya hujan.Enam manusia itu langsung menoleh bersamaan. Salah satu dari mereka tertawa kencang ketika yang lain mengunci pergerakan perempuan itu. Jika Alvino taksir, mungkin sekitar tiga puluh tahun.Seorang lelaki memakai ikat kepala merah di tengah. Sial. Mereka kembali bertemu. Namun, saat ini mungkin tidak ada gadis pembawa traffic cone karena sedang menuju rumah bersama kakaknya.Situasi yang sama untuk tujuan yang berbeda. Apakah ada yang memahami perasaan Alvino saat ini? Tentu saja dia ingin menyelamatkan perempuan itu. Dia paling tidak bisa melihat kekacauan apalagi mengingat bahwa dulu sang bunda pernah menderita.Tolong-menolonglah dalam kebaikan. Begitu nasihat yang selalu ayahnya tekankan."Kamu mau jadi pahlawan?!" bentak lelaki itu. Tubuhnya lebih tinggi dan kekar daripada Alvino sendiri.Dalam derasnya hujan, rasa takut mendominasi. Amarah membara di dalam dada menepis rasa dingin yang seharusnya membuat mereka s
Pada tahun itu, dia tidak melakukan kesalahan. Hanya keadaan yang memaksanya pergi; mengikuti takdir yang berjalan.Melepaskan sosok yang dicintai adalah pengorbanan besar—terutama jika demi kebaikanmu—lalu berjuang untuk lepas dari rasa sakit.Membunuh perasaan sendiri?Oh, tidak. Wajahmu telah terlukis indah di hatinya, tidak akan terlupakan, kecuali hati itu telah mati .... Kamu percaya dengan apa yang aku katakan?Jangan! Terkadang aku mengatakan sesuatu yang tidak pantas dibenarkan.~ Rosaline_________________Janda muda yang masih berstatus gadis itu menyempatkan diri untuk mengunggah status di Insta-gram ketika menepikan mobil karena minta oleh Xavier. Lelaki yang hatinya tengah menangis pilu itu ingin mengademkan siri di alfa dengan membeli minuman kesukaan juga beberapa roti.Sudah bukan hal baru apabila mendapat masalah, maka Xavier akan mengademkan diri, berusaha untuk memendam sendiri serta meninggalkan makan sekalipun terasa lapar. Rosaline sendiri duduk merenung du dala
“Keindahan yang kamu miliki telah terlukis dalam hati, Tuan. Aku tidak akan melupakannya kecuali hati ini telah mati.”—Rosaline.____________________________"Kamu yakin?" Rosaline mencekal pergelangan tangan sang kakak yang baru saja menyambar kunci mobil.Lelaki tampan, hidung bangir dan tubuh jangkung itu telah siap. Cukup memakai kemeja dan celana jeans serta tatanan rambut rapi tanpa lupa menyemprot parfum pada sisi kanan dan kiri tubuhnya. Sudah hampir pukul delapan malam dan dia harus segera ke sana karena Jenni bilang belum memberi tahu kakak dan papanya.Dia ingin pura-pura terkejut sehingga mereka tidak tahu bahwa malam itu ada rencana yang harus disusun. Lagi pula, semuanya sesuai saran dari Rena yang telah memahami betul bagaimana sifat Lucky dan papanya. Malam itu ... bisa menjadi jalan mereka bersama."Xavier!" panggil Rosaline lagi. Dia geram karena merasa diabaikan."Iya, yakin. Aku sudah bicara sama Jenni, kan? Tidak ada pilihan lain. Ini ibarat kesempatan terakhir da
“Cinta dan benci adalah dua hal yang tidak bisa bersatu seperti minyak dan air dalam satu wadah. Mustahil ada cinta kalau berselimutkan benci, mustahil membenci kalau ada cinta sekalipun pujaan hati melakukan sebuah kesalahan. Jika benih cinta mulai tumbuh, maka rasa benci seketika memudar. Begitupun sebaliknya, cinta akan terkikis apabila benci sudah mulai mendominasi.”—Bintu Hasan.____________________________Waktu bergerak begitu lambat bagi Xavier karena belum menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang masih bersarang di otak. Pikiran terusik. Keinginannya untuk mempersunting Jenni semakin bulat agar tidak ada lagi alasan untuk berpisah. Sayang sekali, setitik keraguan tentang restu justru makin menyebar.Serupa virus yang menjangkiti sesuatu untuk merusaknya. Begitu juga prasangka buruk, merusak pola pikir. Xavier menghela napas panjang. Dia menyempatkan diri curhat pada Rosaline tadi dan juga ibu angkatnya. Mereka setuju untuk membuat jalinan cinta itu menyatu dengan kua
“Oh, Tuhan ... selamatkan aku dari kerinduan yang terus tumbuh.”—Jenni._______________________________Aku lelah. Rasanya terlalu pusing menjalani kehidupan setelah kejadian beberapa hari ini. Aku pikir, pulang ke rumah hanya untuk mengenang tentang Mama Naf dan Mama Lisa, berdamai dengan Papa dan juga Kak Lucky.Entah bagaimana akhir kisah cinta yang terjalin cukup lama ketika mereka justru berbalik menentang. Tidakkah cukup ketulusan Xavier—terlukis di kedua matanya—menjadi jawaban?Ini berat. Sepanjang perjalanan tadi, Kak Rena hanya sibuk meracau. Aku tidak tahu bagaimana akan memberi respon, selain kami belum terlalu dekat semenjak aku tinggal di Makassar, dia juga belum tentu benar-benar berpihak.Bercerita tentang dendam dari masa lalu, semoga Tuhan mengampuni dosa kami. Aku sudah sering mendengar cerita dari mereka ketika berkumpul di rumah. Tentu saja yang dibahas adalah hal menarik, tetapi terkadang Kak Alvino meminta saran pada Kak Lucky dan Kak Rena.Aku penasaran, pura-p
Hati atau raga, mana yang lebih penting?Kalimat itu terngiang-ngiang. Ya, tadi Xavier mengiriminya sebuah pesan, tepat ketika azan asar berkumandang merdu di semua tempat peribadatan umat muslim.Jam masih menunjuk angka lima sore dan Akmal tetap setia menunggu adiknya selesai mengurus pekerjaan yang katanya tinggal sedikit. Pembicaraan mereka tentang dua anak manusia yang saling mencintai harus terhenti karena ada panggilan dari orang penting dan Akmal bisa memahami hal demikian.Bagaimana jika ternyata Ricky menolak untuk memberi restu setelah tahu bahwa putrinya jatuh cinta pada seorang anak yang di dalam dirinya mengalir darah seorang Sandra? Siapa pun—termasuk Akmal sendiri—pasti memiliki rasa khawatir jika ternyata di kemudian hari terjadi hal-hal buruk.Sebut saja tentang pembalasan dendam. Dari wajah saja sudah tergambar dengan jelas bagaimana perangai Xavier. Garis wajah tegas menunjukkan bahwa prinsipnya tidak mudah digoyahkan, mungkin pengecualian jika dia sedang dilanda b
"Cinta itu bukan sebatas siapa yang paling berkorban, tetapi juga berjuang. Jika masih bisa diusahakan bersama, mengapa harus melangkah mundur?"—Bintu Hasan.________________________________Harapan itu menjelma menjadi sepasang sayap yang mengepak indah, melambung begitu tinggi saat kata-kata romansa lahir dari mulut-mulut mereka yang mengaku cinta, baik tulus ataupun tidak.Ketika sayap dipatahkan dengan satu atau banyak akibat, maka sulit untuk terbang sebelum luka kembali pulih. Sakit? Tentu saja. Seketika dunia terasa seperti penjara di mana anak manusia tidak lagi bisa melangkah ke mana pun dia ingin.Malam-malam meskipun dipenuhi dengan jutaan bintang serta cahaya dewi malam, tetap terlihat mendung. Tidak, mata tidak patut disalahkan, hati lah yang menjadi penyebabnya. Seseorang yang sedang dirundung duka, dia pasti menganggap bumi seolah-olah berhenti berputar.Tidak ada perbedaan besar antara kaum Adam dan Hawa. Mereka sejatinya sama. Akan tetapi, sebagian lain begitu mampu m
PoV JenniMungkin memang benar bahwa kita tidak boleh memaksakan cinta karena sesuatu yang dipaksakan selalu berakhir menyakitkan. Aku Jenni, anak bungsu dari dua bersaudara. Terlahir dari keluarga ... sulit dijelaskan apalagi sampai menggambarkan dengan kata-kata indah.Tidak ada yang indah, semua hanya kesemuan, menyakiti hati kami anak-anaknya. Andai saja boleh membuka suara, sudah lama kuminta Mama Naf untuk berpisah dari papa karena melihat bagaimana lelaki bergelar suami dan ayah itu lebih condong pada istri muda.Ini bukan tentang siapa yang melahirkan karena pada hakikatnya Mama Naf mengambil banyak peran penting dalam hidup. Lupakan tentang keluarga, aku pun selalu kalah dalam masalah cinta dan semoga kali ini memenangkannya.Jatuh cinta pada sosok lelaki yang aku kenal dari grup Whats-App karena diajak kenalan, mengobrol singkat. Sebenarnya aku tidak cinta, tetapi dia mengutarakan rasa dan katanya sudah lama dipendam. Entah seberapa lama, tetapi bagi aku baru sebentar.Sebag