Bab 71. Langkah PamelaDi balik pintu kamar, Pamela mendengarkan pembicaraan dua orang di dalam kamar. Setelah itu dia bergegas pergi.“Kau memang ingin menyingkirkan kami, Edward. Aku tak akan segan lagi sekarang!” katanya dengan perasaan geram.Wanita cantik itu pergi ke dapur. “Gilda, tolong buatkan aku kopi andalanmu itu!” perintahnya pada seorang pelayan wanita.“Baik, Nyonya!” Wanita pelayan itu meninggalkan meja memasak dan menyiapkan kopi pesanan.Gilda sedang sibuk mengerjakan perintah sang majikan di mesin kopi dan membelakangi Pamela. Melihat makanan sedang dimasak di atas kompor, wanita itu bertanya. “Ini makanan siapa?”“Untuk Tuan Besar, Nyonya,” sahut Gilda sambil berpaling sejenak. Dilihatnya Pamela duduk di kursi di depan meja island. Nyonya mudanya sedang memegang kepala, seperti orang yang sakit kepala. Lalu dia kembali menyelesaikan permintaan Pamela.Wanita cantik itu mengambil sesuatu dari sakunya dan menuangkan sedikit isinya ke dalam panci perebus sayur. Ke
Semua berteriak melihat pria itu jatuh tersungkur, lima meter dari gerbang. Falcon dan bawahannya segera menembak ke ara ladang ilalang, untuk memberi kesempatan bagi bawahan Hunter, menyelamatkan pria itu.“Bagaimana keadaannya?” tanya Jack, saat pintu gerbang perbatasan itu kembali ditutup setelah semua orang masuk dengan aman.“Luka di dada. Peluru sniper itu berhasil menembus baju pelindungnya!” lapor Falcon.“Sangat berbahaya!” ujar Jack prihatin.Dia harus mulai mengevaluasi pakaian pelindung para tentara di sana. Karena ternyata pasukan pemberontak memiliki peluru yang bisa menembus baju pelindung itu.“Setelah dari sana, kalian bisa beristirahat dan cuti selama satu bulan!” Jack memutuskan.“Ah ... aku iri sekali!” Tiger dan Wolf tertawa.“Nanti kalian cuti bergantian!” ujar Jack menghibur.“Siap, Bos!”***Hari Sabtu, Jack mengajak granny dan Valerie, Tom dan Tuan Fredd untuk melihat suasana pantai. Jack membawa neneknya ke Cedar Island, melihat rumah yang surat kepemilikanny
Sore itu juga, tak lama setelah setelah tiba di kantor lagi, Pengacaranya, Stefano menelepon. “Aku sudah menemukan sebabnya!” ujarnya dengan suara keras.“Katakan!” ujar Jack tak sabar.“Perusahaan Blossom Blue Property yang meminta akun anda dibekukan, ternyata adalah anak perusahaan Blue Star Company!” ujar Stefano cepat.“Lalu, apa hubungannya denganku?” tanya Jack heran.“Ahh ... apa Anda tidak mengingat saham yang Anda miliki? Sebagian besar saham itu adalah saham di Blossom Blue Property. Yang lainnya adalah saham Blue Star Company yang bergerak di bidang retail. Serta sejumlah kecil lain, milik perusahaan turunannya, seperti Honey Star Food and Beverage, Blue Rose Restaurant dan Rose Bloom Gallery and Art!” Pengacara itu menjelaskan dengan detail.“Aku tidak tahu tentang itu,” Jack mengakui terus terang. Karena dia memang sama sekali tidak tertarik pada usaha yang dimiliki oleh Keluarga Hamilton.“Permasalahannya sekarang, kenapa mereka membekukan akun bank Anda? Bukankah ce
Jack berada di rumah sakit. Dari balik pintu dia bisa lihat bagaimana keadaan kakeknya yang sekarang harus terus dipasangi selang oksigen agar dia bisa bernapas degan mudah. Ada selang untuk makanan dan juga selang infus. Menurut Hudson, ginjal kakeknya sudah sangat bermasalah, hingga harus menjalani hemodialisis.“Tuan Muda, sebaiknya kau segera mengambil alih perusahaan, sementara kakekmu masih punya kemampuan untuk bicara! Kau sudah alami sendiri akibat dari penguasaan Pamela di perusahaan. Dia akan menghancurkanmu!” bujuk Hudson lirih.“Tadinya kukira ini langkah kalian untuk mendesakku,” Jack menunduk dengan rasa bersalah.“Tuan besar sudah sakit sejak hari pembacaan wasiat ayahmu. Meurut dokter, dia terpukul ditinggal oleh ayahmu secara tiba-tiba. Itu memperburuk kesehatannya yang memang sudah buruk. Kakekmu itu tidka terlalu suka memeriksakan kesehatannya ke dokter. Dia terus pura-pura sehat agar tidak ada yang merasa khawatir.”Hudson menjelaskan semua yang diketahuinya tentan
Dalam waktu singkat, Jack dan Falcon sudah meringkus dua dokter yang mereka curigai.Tim dokter dari rumah sakit pusat tentara, tiba di ruangan rawat Edward Hamilton. Di belakangnya mengikuti Hudson yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Dia membawa serta seorang penyiar tv dan kameramen, juga Tuan Hasting, pengacara Edward Hamilton.Daniel menahan penyiar tv dan kameramen masuk ke ruangan.“Ada apa Jack? Itu dokter yang merawat Tuan Edward selama ini.” Pelayan tua itu melihat bawahan Jack mengikat perawat dan dokter yang biasa memeriksa tuannya.“Kita tunggu pemeriksaan dokter tentara. Aku tidak percaya pada dua orang ini!” kata Jack.“Hubungi pihak rumah sakit dan tanyakan tentang dua dokter ini!” perintah Jack.“Baik, akan kulakukan.”Tangan Hudson gemetar, membayangkan apa yang telah dialami oleh Edward Hamilton selama lebih dari sebulan dirawat di rumah sakit.Tim dokter itu membawa peralatan mini mereka sendiri untuk memeriksa beberapa hal mendasar. Jack cemas melihat ka
Falcon langsung menghubungi pengawal yang menunggu di mobil. Dia mengintip dari jendela kaca yang pecah dan memperkirakan sumber tembakan.“Ada yang mencoba membunuh Jenderal di ruang rumah sakit. Perkiraan arah tembakan, dari gedung apartemen di seberang jalan. Cari!” perintahnya dengan wajah memerah. Falcon sama sekali tak menduga hal seperti itu akan terjadi.Dari pintu, penyiar dan kameramen mereka dan mendengarkan semua kata-kata yang diucapkan di dalam ruangan. Mereka menyorot dokter yang tewas dengan dahi tertembus peluru.Daniel menutup layar kamera itu dan menatap keduanya dengan tajam. “Demi keselamatan kalian sendiri, pergilah dari sini dan simpan semua rahasia ini. Orang yang menembak tak akan tinggal diam jika hal ini meledak ke permukaan!” Tangannya dengan cepat merampas kamera dan menghapus bagian rekaman di dalam ruang rawat. “Pergi dan sembunyikan kamera ini. Berlakulah layaknya seorang pengunjung rumah sakit biasa. Jangan memancing orang untuk bersikap jahat.”Peny
Jack berpikir keras, siapa yang bernama Gold Finger. “Mungkinkah dia adalah sniper tadi?” gumam Jack. Falcon terdiam mendengarnya. “Itu mungkin saja. Akan kucari sniper dengan nama itu!” katanya cepat. Tak lama Daniel kembali dengan seorang pengawal lagi. Melihat perawat itu siuman, dia menoleh pada Jack. “Amankan dia. Kalau dia tak mau bekerja sama, buang saja. Gold finger sendiri yang akan mebunuhnya!” ujar Jack santai. “Saya akan bekerja sama dengan Anda. Tolong, jika ingin memindahkan saya, bisakah putri saya dibawa serta? Tak ada orang lain yang akan menjaganya jika saya tak kembali!” Perawat itu menunjukkan wajah memohon. “Aku tidak peduli!” ujar Jack dingin. Daniel mendekat bersama dengan seorang pengawal. Dengan cepat, tangannya memukul tengkuk wanita itu. Membuatnya jatuh pingsan dengan cepat. Lalu mereka membawanya pergi lewat jalur rahasia yang disebutkan oleh pimpinan rumah sakit. Tak sampai satu jam kemudian, Tuan Edward Hamilton bangun dari tidur ya sambil mengelu
Seorang pria berwajah tampan usia sekitar empat puluhan, masuk dan menunduk hormat pada Edward Hamilton. Tangannya memegang tas laptop dengan erat. Kakinya melangkah masuk tanpa ragu sedikitpun. Jack bisa menilai orang itu dalam sekali lihat. Type pekerja keras yang sangat menghargai potensi diri serta ketampanannya. Pria yang sangat percaya diri! “Saya datang begitu mendapat panggilan, Tuan Hamilton,” sapanya hangat. “Bagaimana keadaan Anda sekarang?” Sikapnya sangat natural dan tidak dibuat-buat. Tanda dia memang dekat dengan pria tua itu. Jack bisa lihat bagaimana Edward Hamilton bersinar matanya melihat pria itu datang. “Aku senang bisa melihatmu sebelum aku menutup mata!” Jack muak mendengar kata-kata yang menurutnya berlebihan itu. Jadi dia berusaha untuk tidak mempedulikan kedua orang itu. “Anda akan berumur panjang, Tuan Hamilton. Anda akan sehat lagi dan penjahatnya pasti akan tertangkap!” kata pria itu dengan mengulas senyumnya yang memang enak dilihat. “Hasting!” pang
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr
Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se
Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng