Jack memperhatikan perubahan ekspresi kakeknya saat melihat foto dua pria di ponselnya. Ada ekspresi marah, lalu berubah sedih.“Kakek mengenal mereka?” tanya Jack. Dia jelas sangat penasaran dengan rahasia pria tua di depannya ini.Edward Hamilton menghela napas panjang dengan susah payah. Seperti menahan rasa sakit yang teramat sangat. Dan Jack bisa melihat, rasa sakit itu disebabkan oleh foto dua pria tadi.Melihat kakeknya tak juga membuka mulut, Jack mendesak. “Kakek harus mengatakan yang sebenarnya. Agar tidak terjadi kesalah pahaman di sini. Apakah ini dendam lama atau---““Yah ... ini dendam lama.” Edward Hamilton mengangguk. Kembali pria tua itu menghela napas panjang, seakan sedang membuang beban berat di hatinya.“Dulu ...dia sahabat baikku. Kami sudah dekat sejak kuliah. Lalu, berbisnis bersama, termasuk dalam mendirikan perusahaan pertama Hamilton. Dia sangat cerdas dan banyak membantu. Saat itu kepemilikan saham perusahaan dibagi dua antara kami. Tak ada yang memiliki le
Hudson terkejut mendengarnya. Belum pernah sekalipun Edward Hamilton bersikap aneh seperti itu. Dia datang mendekat.“Tuan, tolong ... jangan bersikap seperti ini. Anda harus merelakan Nyonya. Hiduplah dengan optimis dan bahagia. Sekarang Tuan Muda Jack sudah kembali, maka habiskanlah cukup banyak kesempatan bersama untuk mengganti waktu yang terbuang selama ini. Itu hutang Anda padanya.” Hudson berkata dengan tegas.Edward Hamilton diam sambil memandangi salju dari balik pintu kaca besar. Kemudian dia mengangguk. “Kau benar, aku punya hutang itu padanya. Aku akan berusaha kuat untuknya.”“Nah ... sudah seharusnya Anda seperti itu. Tuan Muda butuh dukungan untuk menyelesaikan misinya mencari pembunuh orang tuanya!” Pelayan itu tersenyum senang.Edward masih menoleh sekali lagi ke halaman luar, sebelum Hudson mendorongnya masuk ke ruang tengah yang jauh lebih hangat.***Jack sedang mendiskusikan informasi yang didapatnya dari Brianna.“New Meksiko cukup jauh dari sini. Akan lebih cepa
Sopir keluarga Hamilton mengantarkan Tuan Muda mereka kelapangan udara kecil. Hudson telah menjelaskan pada sopir itu apa yang harus dilakukannya di bandara. Jack harus dilayani seperti para sopir itu melayani Tuan Muda mereka lainnya, Aaron Hamilton.Pukul delapan lewat, mobil mereka berhenti tak jauh dari sebuah pesawat sewaan. Saat Jack turun, seorang pria datang menyambut dengan ramah.“Apa Anda adalah Tuan Zachary Hamilton?” tanyanya dengan senyuman.“Ya,” jawab Jack cepat. Kemudian dia melihat ke arah pesawat berwarna putih dengan garis hitam di sisinya itu. “Apakah ini pesawat yang kupesan?”“Ya, Tuan. Ini pesawat yang biasa disewa oleh Tuan Aaron Hamilton,” ujar pria itu ramah. Dia mengikuti langkah Jack dengan gesit.“Ayahku sering naik ini?” celetuk Jack.Kemudian dia mengangguk memaklumi. Mereka memang hidup dengan gaya hidup kelas atas. Pasti sangat biasa menggunakan pesawat sewaan atau bahkan pesawat pribadi sebagai kendaraan. Sangat berbeda dengan dirinya yang sejak kec
Salah seorang dari pria yang datang itu bertanya dengan suara keras, berusaha untuk menakuti Jack dan Wolf. Mereka berani, karena mendapat informasi dari si penjual bahwa Jack dan Wolf sama sekali tidak bersenjata.“Ya. Apakah ada yang salah?” tanya Jack berani.“itu buka nama yang bisa sembarangan di sebutkan di sini!” benatak orang itu marah. Yang jelas saja sontak membuat kedai itu jadi tidak nyaman bagia pengunjung lain.“Tidak perlu marah-marah kalau kalian tidak tahu apa-apa!” Jack membalas bentakan itu tanpa ragu. “Kalian membuat selera makanku hilang!”Lima pria yang mendekati Jack jelas terkejut melihat pria tampan dan berpenampilan seperti pemuda kaya itu, berani balas membentak dengan lebih sengit.Saar Jack jalan mendekat dan menarik kerah baju salah seorang terdekat dengannya, dia berbisik, “Apa seperti Brianna Deska melatih kalian?” kecamnya dengan suara sinis.Orang-orang lokal itu jelas sangat terkejut mendengar Jack menyebut nama Brianna tanpa penghormatan. Mereka mer
Dengan sedikit jengkel dan bersuara ketus, pria itu akhirnya menjawab. “Apa Anda tidak memperhaikan ada mobil yang menguntit kita sejak tadi?”Jack sedikit terkejut dan membalikkan badannya ke belakang. “Mobil polisi?” tanya Jack keheranan.“Yah, mereka terlalu ingin ikut campur dan selalu mencoba cari masalah dengan kami, meskipun kami tidak ada melakukan kesalahan!” ujarnya tanpa terganggu sama sekali.“Mungkin karena kalian melakukan hal yang melanggar huum!” tuduh Jack sembari memancing informasi tentang gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh istrinya itu.“Tentu saja tidak! Orang-orang kami, seperti yang Anda lihat sendiri, tak beda dengan para penjual keliling itu. Kami bekerja dengan benar. Hanya saja, ada wadah yang menaungi agar kami tidak ditindas!” jelasnya sambil terus membawa motornya menyelinap dengan gesit.Motor melaju lebih kencang di jalan yang lurus dan sangat panjang. Pria itu berusaha lepas dari kuntitan polisi yang justru makin bersemangat mengejar.“Hei, kalau
Rekannya yang sedang mengemudi akhirnya kehilangan senyuman. Dia memperhatikan jalan dengan serius. “Polisi-polisi dari negara bagian lain yang ditempatkan di kota itu benar-benar malas mempelajari kultur masyarakat di kota mereka.“Hei, kau tidak menjawabku.,” tegur rekannya lagi masih penasaran.Kusarankan agar kau mempelajari sejarah kota dan ornag-orang berpengaruh di kota ini!” balas rekannya menasehati. Tambahnya lagi. “Tak semua orang bisa kau sentuh hanya dengan lencanamu itu.”“Hei, ini negara hukum. Kalau mereka salah, apakah tetap tak bisa disentuh hanya karena mereka orang terkenal di kota ini?” tanyanya kritis.“Apa tadi kau melihat mereka melakukan kesalahan!” rekannya membalikkan pertanyaan itu tepat pada intinya. Dia melihat rekannya yang lari tadi akhirnya menggeleng dengan enggan, lalu membuang pandangan keluar jendela. Ke tanag gersang berwarna pasir dan sedikit kemerahan.“Itulah pokok persoalannya. Kau tak punya bukti kesalahan mereka dan sudah datang dengan berla
Meja itu hening seketika. Prajurit tadi tak berani lagi menanyakan hal yang sangat bodoh seperti itu. Tentu saja pembunuh anggota keluarga harus dicari sampai kapanpun. Wolf membuang pandangan ke halaman luar kafe. Malam yang semakin larut justru membuat pengunjung semakin ramai. Mereka menikmati makan malam sambil mendengarkan musik khas setempat. Suara tawa keras khas orang-orang yang mulai dipengaruhi alkohol, mulai terdengar.“Aku akan kembali ke kamar!” ujar Jack. Dia memanggil pelayan untuk membayar makan malam mereka bertiga., lalu pergi lebiih dulu.“Sebaiknya kau pergi masuk juga. Jaga keselamatan jenderal saat dia istirahat di kamar,” perintah Wolf.“Baik!” prajurit itu mengangguk patuh. Meneguk habis minumannya sebelum berdiri dan mengerjakan perintah.“Jika jenderal bertanya, katakan kalau aku mengawasi sekitar tempat ini lebih dulu sebelum masuk ke dalam,” pesan Wolf lagi. Prajurit itu mengangguk mengerti dan pergi meninggalkan Wolf sendirian di meja itu.Mata Wolf menyi
Dua orang itu bergegas berdiri dan meninggalkan meja penuh makanan serta uang, pada pria gendut yang terlihat sangat senang.“Memang rejeki tak akan kemana. Sungguh beruntung aku melihat pria itu tadi pagi. Siapa sangka bisa jadi rejeki di malam hari. Mari tetap buka mata lebar-lebar, Nuelo!” Pria itu memuji dirinya sendiri.Tangannya dengan cekatan mengumpul uang yang menurut pria tadi adalah sisa uang di sakunya. Namun, itu jumlah yang sangat berarti bagi pria itu. Terlebih karena makanan di meja masih sangat banyak untuk mengisi perutnya malam ini.Melintasi jalanan kota dengan motor di malam hari, jauh lebih menyenangkan. Udara panas yang menggigit di siang hari telah berubah lebih dingin dan anginnya sangat nyaman saat menerpa wajah. Tak lama, keduanya sudah tiba lagi di depan hotel tempat mereka memesan kamar. Keduanya naik ke lantai di mana kamar mereka berada.Prajurit itu mengetuk pintu kamar Wolf, namun tak kunjung mendapat balasan. Mereka putuskan untuk kembali ke kamar rek
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr
Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se
Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng