Meja itu hening seketika. Prajurit tadi tak berani lagi menanyakan hal yang sangat bodoh seperti itu. Tentu saja pembunuh anggota keluarga harus dicari sampai kapanpun. Wolf membuang pandangan ke halaman luar kafe. Malam yang semakin larut justru membuat pengunjung semakin ramai. Mereka menikmati makan malam sambil mendengarkan musik khas setempat. Suara tawa keras khas orang-orang yang mulai dipengaruhi alkohol, mulai terdengar.“Aku akan kembali ke kamar!” ujar Jack. Dia memanggil pelayan untuk membayar makan malam mereka bertiga., lalu pergi lebiih dulu.“Sebaiknya kau pergi masuk juga. Jaga keselamatan jenderal saat dia istirahat di kamar,” perintah Wolf.“Baik!” prajurit itu mengangguk patuh. Meneguk habis minumannya sebelum berdiri dan mengerjakan perintah.“Jika jenderal bertanya, katakan kalau aku mengawasi sekitar tempat ini lebih dulu sebelum masuk ke dalam,” pesan Wolf lagi. Prajurit itu mengangguk mengerti dan pergi meninggalkan Wolf sendirian di meja itu.Mata Wolf menyi
Dua orang itu bergegas berdiri dan meninggalkan meja penuh makanan serta uang, pada pria gendut yang terlihat sangat senang.“Memang rejeki tak akan kemana. Sungguh beruntung aku melihat pria itu tadi pagi. Siapa sangka bisa jadi rejeki di malam hari. Mari tetap buka mata lebar-lebar, Nuelo!” Pria itu memuji dirinya sendiri.Tangannya dengan cekatan mengumpul uang yang menurut pria tadi adalah sisa uang di sakunya. Namun, itu jumlah yang sangat berarti bagi pria itu. Terlebih karena makanan di meja masih sangat banyak untuk mengisi perutnya malam ini.Melintasi jalanan kota dengan motor di malam hari, jauh lebih menyenangkan. Udara panas yang menggigit di siang hari telah berubah lebih dingin dan anginnya sangat nyaman saat menerpa wajah. Tak lama, keduanya sudah tiba lagi di depan hotel tempat mereka memesan kamar. Keduanya naik ke lantai di mana kamar mereka berada.Prajurit itu mengetuk pintu kamar Wolf, namun tak kunjung mendapat balasan. Mereka putuskan untuk kembali ke kamar rek
Wolf mencari tempat makan dan beristirahat di kota kecil itu. Mobil diparkir di kedai makan pinggir jalan. Mereka sama sekali tak ingin terlihat mencolok di kota asing. Sebisanya membaur seperti halnya para pelintas batas yang melintasi kota tersebut.“Apa kita akan menunggu di sini hingga pagi?” salah seorang prajurit itu bertanya.Wolf menoleh pada Jack, menunggu bagaimana keputusan jenderal muda itu.“Kukira, karena hari masih cukup terang, setelah beristirahat sebentar sebaiknya kita melanjutkan ke El Paso dan mencari penginapan di sana. Bagaimanapun, pintu perbatasan baru akan dibuka besok pagi!”Jack sudah memikirkan hal itu selama beberapa waktu saat merasa bahwa pengejaran mereka hari ini mungkin tidak akan berhasil.Tiga bawahannya mengangguk mengerti dan menikmati istirahat sore mereka dengan sedikit lebih santai.Satu jam kemudian, mobil itu kembali meluncur. Kali ini tujuannya adalah kota El Paso. Kota ini lumayan besar dan cukup ramai serta sibuk. El Paso termasuk dalam w
Roomboy itu kembali terkejut. Tidak mengira kalau yang berada di depannya adalah par prajurit dan seorang jenderal. Kemudian dia merasakan kebanggan, karena Bos Besarnya ternyata menikah seorang jenderal. Itu sangat sepadan.Mereka berjalan beriringan menuju intu masuk. Roomboy itu bersikap seolah-olah sedang mengantar tamu yang dipanggil oleh tamu hotel. Mereka berempat langsung diarahkan untuk masuk ke lift dan dipilhkan nomor lantai yang sesuai. Lalu dia mengangguk sedikti, mempersilakan tamu pergi dengan kesopanan seorang Roomboy yang terlatih.Jack membalas anggukan sebelum pintu lift tertutup. “Sungguh kelompok yang besar,” pikirnya tentang Kelompok Bawah Tanah yang dipimpin Brianna.Tak lama mereka sampaidi lantai yang dimaksud. Lalu erjalan sambil memeriksa semua nomor di pintu. Wolf berhenti di satu pintu dan memeriksa ponselnya untuk memastikan. Dia mengangguk.Jack bersiap dengan pistolnya. Prajurit itu juga mengeluarkan pistol dari balik jaket yang dikenalannya. Sementara
Jack benar-benar tak menyangka Brianna mengetahui hal-hal seperti itu. Karena tak banyak yang mengetahui gelar itu. Bahkan di kalangan para staf di Markas Besar Tentara Gabungan Distrik Timur, hanya segelintir orang-orangnya yang tahu. “Dari mana dia tahu? Apakah ada informannya juga di wilayah kekuasaanku?” batin Jack. Jelas dia khawatir sekarang. Sangat berbahaya jika ada informan yang bekerja pada pihak lain di dalam sebuah markas militer! Itu sama saja -dengan tindakan memata-matai. Dia harus membersihkan mereka semua saat kembali nanti. Jack mengirim pesan pada Tiger yang saat ini bertanggung jawab di markas. “Minta Nyonya Smith memeriksa semua latar belakang seluruh staff kantor di markas besar. Dari posisi atas hingga bawah!” perintah Jack. Dia ingat bahwa di kota-kota yang telah dilewatinya, informan itu bisa saja seorang roomboy dan juga petugas perbatasan. “Juga seluruh prajurit yang tinggal di barak yang bukan bagian dari prajurit yang kita bawa!” tambahnya lagi. “Termas
Dua mobil mengejar satu mobil yang jelas kalah stamina melawan kemampuan mobil yang disewa oleh para militer itu. Mereka menyewa mobil yang diperkiraan mampu melintasi rintangan medan yang berat. Karena mereka datang untuk menuntaskan misi, buka sedang berwisata. Dalam setengah jam, mobil itu berhasil disusul Hunter yang menghadang dan memaksanya menepi. Mobil yang ditumpangi Jack, menahan dari belakang, agar pengemudia tersebut tak bisa lagi melarikan diri. “Keluar!” perintah seorang prajurit pada si pengemudi. Mereka tak senang dibohongi seperti itu. “Ada apa? Aku harus mengantarkan tamu ke tempat wisata di atas sana!” protes pengemudi itu. Dia sangat jengkel karena mobilnya kini bermasalah, sementara perjalanan menuju puncak gunung masih sangat jauuh. “Turun!” bentak Hunter marah. Prajuritnya menterjemahkan apa yang dikatakan oleh Hunter pada pria itu. Melihat wajah Hunter yang sangat emosional dan posturnya yang tinggi tegap, pengemudi lokal tersebut bisa menduga bahwa dia tel
Hunter yang di mobil depan, juga ikut berbelok dan mengejar ke arah seorang pria yang tengah berlari di bawah terik matahari yang menyengat. Penutup kepala kain yang melindungi kepalanya berkibar-kibar ditiup angin. Pria itu lari dengan putus asa. Hingga dia kemudian memutuskan untuk berhenti lari dan berdiri menghadap mobil para pengejarnya. Tangannya mengeluarkan sesuatu dari dalam tas ransel di punggung dan mengarahkan benda panjang itu pada dua mobil yang telah mendesaknya begitu rupa.“Dia mengeluarkan senapan!” prajurit yang mengemudi memperingatkan rekan-rekannya, juga Jack.Dari tempatnya, Jack membidik dengan pistolnya diarahkan pada pria itu. “Pertahankan keseimbangan!” perintah Jack pada pengemudinya.“Siap!” sahut pengemudi. Dua temannya di belakang juga mencoba menbidik pria yang tengah membidikkan senapan ke arah kendaraan yang mereka tumpangi.Saat Jack merasa bahwa momennya sudah tepat, dia melepaskan tembakan ke arah Gold Finger yang berdiri sombong tanpa penghalang.
Hari berikutnya di markas besar.Hanya ada Hunter di ruang kerja Jack. Dia memilih beristirahat di kantor karena membawa ‘bagasi tambahan’. “Singkirkan mereka ke tempat dimana tak bisa lagi mengganggu siapapun!” perintahnya.“Siap!” Hunter mengangguk. “Saya masih punya waktu cuti empat hari lagi. Akan saya bereskan selama jangka waktu itu,” tambahnya.“Bagus. Aku juga masih punya waktu cuti empat hari lagi. Jadi, jika ada sesuatu, aku akan ada di rumah Granny,” jelas Jack.“Siap! Aku pergi sekarang dengan beberapa anggota yang kemarin juga sudah mengambil cuti. Kami pergi sekarang!” kata Hunter lagi. Jack mengangguk dan melihat Hunter keluar.Dirinya sudah siap untuk pulang ke kediaman saat Tiger masuk membawa berkas. “Bos, kami sudah melakukan pemeriksaan atas semua staf sipil dan militer seperti yang Anda minta,” katanya.“Bagaimana hasilnya?” tanya Jack. Dia duduk dengan tegak, siap mendengarkan dengan antusias.Tiger menyerahkan laporannya ke hadapan Jack. Pria itu memeriksa semua
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Tuan Fredd menatap Jack khawatir. “Jangan gegabah, Jack. Itu hanya akan merugikan dirimu sendiri!”“Kita lihat saja nanti!”Jack mendengus kasar. Masih dengan perasaan jengkel dia menyusul Granny keluar dari ruang sidang. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para juri selesai mengambil keputusan.Ganny terlihat murung di kursi rodanya. Jack datang mendekat. “Ganny ingin minuman?” tawarnya.Tak jauh dari mereka berdiri, ada vending machine tempat menjual minuman. Jack mengeluakan uang agar semua orang bisa membeli minuman jika haus.Tak lama Valeri kembali dan menyodorkan sebotol air mineral serta roti lapis yang dikemas dengan sangat rapi. Granny menerimanya dan segera menikmati makanan kecil itu.“Jangan khawatirkan apa pun, Nyonya. Juri pasti bisa melihat bahwa pria itu memang pembunuhnya. Apa yang telah dilakukannya tidak akan diabaikan begitu saja hanya kanya karena pengakuan dia dibayar mahal,” kata Tuan Fredd.“Benar. Bukankah denagn pernyataan seperti itu dia justr
Jack melaporkan apa yang terjadi di Pensylvania pada Six. Dia ingin kelompok itu tenang karena semua sudah menjadi lebih terang dan jelas. Teman-teman mereka telah dievakuasi dari orang-orang yang datang menyerang. Sekarang tinggal menunggu hasil penyelidikan polisi pada kasus yang ada di sana.Jack hanya berharap tak ada hal uang akan membahayakan karirnya dari tempat itu. Dia hanya ingin semua masalahnya segera selesai dan bisa melepaskan diri dari pernikahan dengan Brianna secepatnya.“Apa kau sudah siap untuk ke pengadilan?” tanya Granny dari depan pintu kamarnya.Valerie terlihat lebih segar pagi itu, dengan gaun simpel berwarna biru langit berpadu putih. Menyadari Jack mengamatinya, wanita muda itu menunduk, lalu berbalik ke kamar Granny.“Tas Anda tertinggal di kamar,” bisiknya halus pada nenek Jack.“Oh, tolong ambilkan,” kata Granny cepat. Saat itu Valerie sudah masuk ke dalam kamar.eJack melangkah ke dekat neneknya. “Nenek cantik sekali pagi ini,” pujiya sambil tersenyum se
Di tengah kota pada dini hari itu, sebuah mobil yang sedang ngebut di jalan raya, terpantau oleh pengawas lalu lintas. Sebuah mobil polisi langsung mengejar untuk menghentikannya. Suara sirinenya meraung di kota yang masih tertidur lelap.Mata Falcon terbuka lebar dan dia segera bangkit dari tempat tidur, mengintip dari jendela untuk mengawasi keadaan di luar. Diperkirakannya suara sirine itu kemungkin berada satu atau dua blok dari tempatnya berada.Menyadari sura tersebut justru makin mendekat, Falcon muai menaruh perhatian yang lebih besar. Dia keluar ke balkon kamar dan memperhatikan dengan seksama di mana posisi kendaraan polisi tersebut.“Mereka menuju ke sini!” Falcon masuk lagi ke kamar karena sepertinya mobil polisi itu tertahan cukup jauh di persimpangan. Dia keluar lagi dengan membawa teropong kecil untuk mengamati.Tak lama terdengar suara tembakan yang nyaring meningkahi suara sirine yang masih terus menyala. Disambut oleh balasan tembakan lainnya. Hal itu berhasil meng