Dengan sedikit jengkel dan bersuara ketus, pria itu akhirnya menjawab. “Apa Anda tidak memperhaikan ada mobil yang menguntit kita sejak tadi?”Jack sedikit terkejut dan membalikkan badannya ke belakang. “Mobil polisi?” tanya Jack keheranan.“Yah, mereka terlalu ingin ikut campur dan selalu mencoba cari masalah dengan kami, meskipun kami tidak ada melakukan kesalahan!” ujarnya tanpa terganggu sama sekali.“Mungkin karena kalian melakukan hal yang melanggar huum!” tuduh Jack sembari memancing informasi tentang gerakan bawah tanah yang dipimpin oleh istrinya itu.“Tentu saja tidak! Orang-orang kami, seperti yang Anda lihat sendiri, tak beda dengan para penjual keliling itu. Kami bekerja dengan benar. Hanya saja, ada wadah yang menaungi agar kami tidak ditindas!” jelasnya sambil terus membawa motornya menyelinap dengan gesit.Motor melaju lebih kencang di jalan yang lurus dan sangat panjang. Pria itu berusaha lepas dari kuntitan polisi yang justru makin bersemangat mengejar.“Hei, kalau
Rekannya yang sedang mengemudi akhirnya kehilangan senyuman. Dia memperhatikan jalan dengan serius. “Polisi-polisi dari negara bagian lain yang ditempatkan di kota itu benar-benar malas mempelajari kultur masyarakat di kota mereka.“Hei, kau tidak menjawabku.,” tegur rekannya lagi masih penasaran.Kusarankan agar kau mempelajari sejarah kota dan ornag-orang berpengaruh di kota ini!” balas rekannya menasehati. Tambahnya lagi. “Tak semua orang bisa kau sentuh hanya dengan lencanamu itu.”“Hei, ini negara hukum. Kalau mereka salah, apakah tetap tak bisa disentuh hanya karena mereka orang terkenal di kota ini?” tanyanya kritis.“Apa tadi kau melihat mereka melakukan kesalahan!” rekannya membalikkan pertanyaan itu tepat pada intinya. Dia melihat rekannya yang lari tadi akhirnya menggeleng dengan enggan, lalu membuang pandangan keluar jendela. Ke tanag gersang berwarna pasir dan sedikit kemerahan.“Itulah pokok persoalannya. Kau tak punya bukti kesalahan mereka dan sudah datang dengan berla
Meja itu hening seketika. Prajurit tadi tak berani lagi menanyakan hal yang sangat bodoh seperti itu. Tentu saja pembunuh anggota keluarga harus dicari sampai kapanpun. Wolf membuang pandangan ke halaman luar kafe. Malam yang semakin larut justru membuat pengunjung semakin ramai. Mereka menikmati makan malam sambil mendengarkan musik khas setempat. Suara tawa keras khas orang-orang yang mulai dipengaruhi alkohol, mulai terdengar.“Aku akan kembali ke kamar!” ujar Jack. Dia memanggil pelayan untuk membayar makan malam mereka bertiga., lalu pergi lebiih dulu.“Sebaiknya kau pergi masuk juga. Jaga keselamatan jenderal saat dia istirahat di kamar,” perintah Wolf.“Baik!” prajurit itu mengangguk patuh. Meneguk habis minumannya sebelum berdiri dan mengerjakan perintah.“Jika jenderal bertanya, katakan kalau aku mengawasi sekitar tempat ini lebih dulu sebelum masuk ke dalam,” pesan Wolf lagi. Prajurit itu mengangguk mengerti dan pergi meninggalkan Wolf sendirian di meja itu.Mata Wolf menyi
Dua orang itu bergegas berdiri dan meninggalkan meja penuh makanan serta uang, pada pria gendut yang terlihat sangat senang.“Memang rejeki tak akan kemana. Sungguh beruntung aku melihat pria itu tadi pagi. Siapa sangka bisa jadi rejeki di malam hari. Mari tetap buka mata lebar-lebar, Nuelo!” Pria itu memuji dirinya sendiri.Tangannya dengan cekatan mengumpul uang yang menurut pria tadi adalah sisa uang di sakunya. Namun, itu jumlah yang sangat berarti bagi pria itu. Terlebih karena makanan di meja masih sangat banyak untuk mengisi perutnya malam ini.Melintasi jalanan kota dengan motor di malam hari, jauh lebih menyenangkan. Udara panas yang menggigit di siang hari telah berubah lebih dingin dan anginnya sangat nyaman saat menerpa wajah. Tak lama, keduanya sudah tiba lagi di depan hotel tempat mereka memesan kamar. Keduanya naik ke lantai di mana kamar mereka berada.Prajurit itu mengetuk pintu kamar Wolf, namun tak kunjung mendapat balasan. Mereka putuskan untuk kembali ke kamar rek
Wolf mencari tempat makan dan beristirahat di kota kecil itu. Mobil diparkir di kedai makan pinggir jalan. Mereka sama sekali tak ingin terlihat mencolok di kota asing. Sebisanya membaur seperti halnya para pelintas batas yang melintasi kota tersebut.“Apa kita akan menunggu di sini hingga pagi?” salah seorang prajurit itu bertanya.Wolf menoleh pada Jack, menunggu bagaimana keputusan jenderal muda itu.“Kukira, karena hari masih cukup terang, setelah beristirahat sebentar sebaiknya kita melanjutkan ke El Paso dan mencari penginapan di sana. Bagaimanapun, pintu perbatasan baru akan dibuka besok pagi!”Jack sudah memikirkan hal itu selama beberapa waktu saat merasa bahwa pengejaran mereka hari ini mungkin tidak akan berhasil.Tiga bawahannya mengangguk mengerti dan menikmati istirahat sore mereka dengan sedikit lebih santai.Satu jam kemudian, mobil itu kembali meluncur. Kali ini tujuannya adalah kota El Paso. Kota ini lumayan besar dan cukup ramai serta sibuk. El Paso termasuk dalam w
Roomboy itu kembali terkejut. Tidak mengira kalau yang berada di depannya adalah par prajurit dan seorang jenderal. Kemudian dia merasakan kebanggan, karena Bos Besarnya ternyata menikah seorang jenderal. Itu sangat sepadan.Mereka berjalan beriringan menuju intu masuk. Roomboy itu bersikap seolah-olah sedang mengantar tamu yang dipanggil oleh tamu hotel. Mereka berempat langsung diarahkan untuk masuk ke lift dan dipilhkan nomor lantai yang sesuai. Lalu dia mengangguk sedikti, mempersilakan tamu pergi dengan kesopanan seorang Roomboy yang terlatih.Jack membalas anggukan sebelum pintu lift tertutup. “Sungguh kelompok yang besar,” pikirnya tentang Kelompok Bawah Tanah yang dipimpin Brianna.Tak lama mereka sampaidi lantai yang dimaksud. Lalu erjalan sambil memeriksa semua nomor di pintu. Wolf berhenti di satu pintu dan memeriksa ponselnya untuk memastikan. Dia mengangguk.Jack bersiap dengan pistolnya. Prajurit itu juga mengeluarkan pistol dari balik jaket yang dikenalannya. Sementara
Jack benar-benar tak menyangka Brianna mengetahui hal-hal seperti itu. Karena tak banyak yang mengetahui gelar itu. Bahkan di kalangan para staf di Markas Besar Tentara Gabungan Distrik Timur, hanya segelintir orang-orangnya yang tahu. “Dari mana dia tahu? Apakah ada informannya juga di wilayah kekuasaanku?” batin Jack. Jelas dia khawatir sekarang. Sangat berbahaya jika ada informan yang bekerja pada pihak lain di dalam sebuah markas militer! Itu sama saja -dengan tindakan memata-matai. Dia harus membersihkan mereka semua saat kembali nanti. Jack mengirim pesan pada Tiger yang saat ini bertanggung jawab di markas. “Minta Nyonya Smith memeriksa semua latar belakang seluruh staff kantor di markas besar. Dari posisi atas hingga bawah!” perintah Jack. Dia ingat bahwa di kota-kota yang telah dilewatinya, informan itu bisa saja seorang roomboy dan juga petugas perbatasan. “Juga seluruh prajurit yang tinggal di barak yang bukan bagian dari prajurit yang kita bawa!” tambahnya lagi. “Termas
Dua mobil mengejar satu mobil yang jelas kalah stamina melawan kemampuan mobil yang disewa oleh para militer itu. Mereka menyewa mobil yang diperkiraan mampu melintasi rintangan medan yang berat. Karena mereka datang untuk menuntaskan misi, buka sedang berwisata. Dalam setengah jam, mobil itu berhasil disusul Hunter yang menghadang dan memaksanya menepi. Mobil yang ditumpangi Jack, menahan dari belakang, agar pengemudia tersebut tak bisa lagi melarikan diri. “Keluar!” perintah seorang prajurit pada si pengemudi. Mereka tak senang dibohongi seperti itu. “Ada apa? Aku harus mengantarkan tamu ke tempat wisata di atas sana!” protes pengemudi itu. Dia sangat jengkel karena mobilnya kini bermasalah, sementara perjalanan menuju puncak gunung masih sangat jauuh. “Turun!” bentak Hunter marah. Prajuritnya menterjemahkan apa yang dikatakan oleh Hunter pada pria itu. Melihat wajah Hunter yang sangat emosional dan posturnya yang tinggi tegap, pengemudi lokal tersebut bisa menduga bahwa dia tel