Drama suamiku akibat aduan istri keduanya itu membuat diri ini lama-lama kesal juga, sebenarnya aku ingin mengabaikan fakta bahwa dia telah menikah lagi, agar hatiku tidak selalu sakit begitu menatapnya. Kupikir akan kuabaikan kehidupannya di belakangku agar aku bisa menjalani masa depan dengan hati yang ikhlas dan tenang, tapi, drama itu terus berlanjut karena Cantika tidak pernah melepaskan dan membiarkanku hidup dengan tenang. "Apa yang kau katakan pada Cantika, apa dia berkunjung pagi tadi?" Lelaki itu datang terburu-buru dari pintu utama, tanpa mengucapkan salam dan menanyakan kabarku dia langsung mencecar diri ini perihal istri barunya. "Kukatakan sesuai dengan apa yang dia ceritakan padamu?" Aku yang sudah muak dan sudah tidak ingin membela diriku, hanya mengikuti permainan Cantika dan biarkan saja ... kalau ujung-ujungnya Mas Hengky akan marah. "Jadi, benar lau bilang kau tidak membutuhkanku lagi dan kau sebut aku barang bekas?""Entah siapa yang benar-benar sampah di anta
Mungkin tidak bijak melakukan tindakan cepat dan mengambil keputusan dalam keadaan marah. Aku bodoh telah meninggalkan rumah dan anak-anakku juga beberapa hal berharga yang telah kudapatkan dengan susah payah.Jika memikirkan nilainya ...mungkin aku akan menyesal pergi begitu saja, Mungkin aku akan menahan diriku dan terus bertahan dalam kebaikan yang diberikan suami, tapi harga diri dan martabatku terlukai oleh sikap Mas Hengky. Kuambil koperku, lalu aku berjalan menuruni tangga sementara lelaki itu berteriak mencoba menahan diri ini. "Tunggu dulu, Haifa, ini tidak benar."Anak-anak langsung keluar dari kamarnya karena suara gaduh yang ditimbulkan olehku dan dia."Mi, mau kemana?""Mau pergi!""Jika Umi pergi siapa yang akan mengurus kami dan rumah ini!""Kalian sudah besar jadi jagalah diri dan apa yang kalian miliki. Jika kalian tidak berhati-hati, maka kalianlah yang akan kehilangan.""Mi, tapi siapa yang bisa bertahan tanpa ibu?" "Aku akan pulang ke rumah Ibuku atau pergi ke m
Aku beranjak ke ruang tamu sambil membawakan dua cangkir kopi untuk ayah dan lelaki yang sepertinya sudah tidak pantas lagi disebut suami. Saat melihatku datang lelaki itu langsung berdiri, raut kecemasan terlihat jelas di wajahnya dan itu membuatku semakin kesal. "Ada apa ke sini?""Aku datang minta maaf dan aku ingin menjemputmu. Pagi tadi pikiranku benar-benar tidak fokus dan keruh. Aku kebingungan, kalap dan khilaf, aku benar-benar minta maaf.""Aku tidak mau memaafkan seseorang yang sudah menjatuhkan cerainya!""Aku mencabut ucapanku dan aku ingin merujukmu kembali. Aku tidak bermaksud mempermainkan ucapan sakral itu, karenanya, Aku ingin kita berbaikan dan kembali bersama.""Kalau aku tidak bersedia, bagaimana?""Aku tetap ingin berjuang agar kau mau kembali padaku.""Dengan cara apa?""Aku akan meninggalkan wanita itu!""Oh, oh, bukan begitu nak." Abi langsung menyela ucapan kami. "Jangan korbankan orang lain demi kebersamaan kalian, jika sejak awal hubungan yang dijalin suda
Selagi bicara dengan serius di hadapan orang tuaku, tiba-tiba cantik kau datang, bersegera Ia membuka pintu pekarangan dan berhambur cepat ke teras rumah kami. Dia langsung menangis dan bersimpuh dihadapan orang tuaku. "Om, Tante, saya tahu ini salah Saya saya datang kemari untuk minta maaf dan bersujud di kaki kalian berdua."Kedua orang tuaku terkesiap dan melirikku, kaget tiba-tiba Cantika datang dan melakukan drama itu. Suamiku juga terlihat bingung dengan perubahan sikap Cantika yang terlihat sama sekali tidak alami. "Cantika, kamu ngapain di sini.""Membantu kamu untuk meyakinkan Mbak Haifa agar dia mau pulang. Ayo Mbak kita pulang Mbak.""Pulang ke mana? Rumahmu dan rumahku tidaklah sama.""Mulai sekarang kita akan hidup sebagai satu keluarga yang bahagia dalam satu atap!" Mendengar jawaban Cantika aku langsung berdiri dan menggebrak meja, sakit sekali hatiku dan lebih sakit lagi jika aku membayangkan akan serumah dengan maduku itu. Bayangkan betapa sesaknya aku melihat dia
Jadi keesokan harinya, Aku pulang lagi, kembali ke rumah membawa koper besar yang kemarin kukemasi. mendapati Aku sudah pulang anak-anak tentu saja sangat senang. Mereka memelukku dan bilang kalau mereka akan bersikap baik asalkan aku tidak kemana-mana. "Umi jangan ke mana-mana lagi ya, Kami tidak akan banyak tingkah, kami akan bersikap baik dan tidak akan menyusahkan Umi.""Sebenarnya yang menyusahkan Umi bukan kalian.""Kami akan bantu Umi untuk membuat Abi sadar.""Dengan cara apa?""Memisahkan dia dengan Cantika.""Sudahlah nak semakin ingin dipisahkan semakin keras perasaan ayahmu padanya. Jadi, ulur saja sesuka hatinya.""Ummi, katanya Cantika datang ke rumah nenek.""Benar, tapi aku mengabaikannya.""Aku pernah begitu suka padanya tapi sekarang aku benar-benar kecewa, tolong, jangan biarkan wanita itu terus bertemu dengan kami. Aku khawatir, aku akan menyakitinya," balas Nathan dengan pandangan serius padaku. **Sore hari Mas Hengky pulang dari kantornya, mendapati Aku ada
Begitu mengantarku ke klinik dan kami sedang mengantri untukmu menerima pelayanan dokter suamiku tiba-tiba membuka percakapan dan membahas tentang hal yang baru saja kulakukan. "Aku tahu maksudmu, kau selama ini kau tidak pernah manja, aku yakin kau lakukan ini untuk memberi pelajaran pada Cantika.""Mungkin benar," jawabku."Tapi itu tidak etis.""Apa kau buta? Yang kau pikirkan hanya perlakuanku pada sentika sementara perlakuanmu padaku tidak kau timbang!""Aku minta maaf tapi, aku telah berusaha untuk mengambil hatimu dan minta maaf.""Minta maaf saja tidak cukup. Aku ingin balas dendam padamu dan memberimu pelajaran.""Jangan lakukan itu, apa kau tega....""Kenapa tidak, kau saja tega padaku. Aku ingin memberikan balasan yang menyakitkan sehingga kau akan berlutut dan terus-menerus minta ampun padaku aku ingin kau menyesali semuanya."Namaku dipanggil oleh perawat yang berjaga kemudian aku masuk ke ruang dokter dan memeriksakan kesehatanku. Usai mengambil obat di apotek kami kemb
Setelah kemarahanku Nathan, aku dan Betari berusaha untuk memberi pengertian kepada Mas Hengky agar membawa Cantika kembali pulang ke rumahnya. Aku tidak mau ada drama dalam rumah ini dan keributan yang bisa jadi gunjingan tetangga, Aku lelah dengan semua drama itu."Tolong bicara dengannya aku akan bicara pada anakku," ujarku sambil memberi isyarat agar Betari mengikutiku. Mas hengki sendiri membawa Cantika pergi ke teras.Di lantai dua, di ruang keluarga tempat biasanya kami sekeluarga berkumpul dan menghabiskan waktu, anakku terlihat cemberut di sana, dia berusaha menenangkan dirinya dan masih nampak sekali ketegangan di wajah itu. "Nathan... Aku minta maaf atas semua yang terjadi. Umi tidak tahu apa yang Umi harus lakukan agar semua drama ini berakhir.""Berikan saja apa yang wanita itu inginkan sehingga kita semua bisa hidup dengan tentram.""Maksud kakak agar Umi mengalah dan menyerahkan abi kepada Cantika.""Jika Umi bertahan maka cantik akan terus merongrong kehidupan kita."
Melihatnya bersungut Aku makin emosi, sudah tahu dia telah mempermalukan kami dan membuat keributan tapi tingkahnya seakan-akan dia tidak bersalah. Begitu pula pandangannya terhadap mas Hengki, tak mudah itu memandang suamiku dengan cara yang rendah, seakan-akan dia adalah ratu di dunia ini. "Perbuatanmu sudah keterlaluan, jika kau mengulanginya aku akan membuat Mas Hengky meninggalkanmu!"wanita itu hanya tertawa malah dia mengejekku dengan mengajak suamiku pulang. "Mas, mau kan pulang sama aku!""Kalau kayak gini ...aku makin nggak tahan sama kamu.""Kok gitu sih...""Dulu kamu janji akan jadi istri yang baik dan saudara untuk istriku. Pengertian juga pada anak-anakku Tapi sekarang kau menciptakan masalah demi masalah tiap harinya. Aku tak tahan Cantika!""Mas, aku bisa memperbaiki keadaan ini kok, setelah anak-anakmu menerima kehadiranku dan mau akrab, tidak akan ada masalah di antara kita, aku janji.""Bagaimana mau akrab, kalau tingkahmu sangat keterlaluan!" jawab Betari."Kau t