“Sudah cukup lama,” kata Yuli. “Bahkan tadi malam dia datang ke dalam mimpiku.”
Nana terkesiap. Ngeri sekaligus takjub dengan apa yang dialami oleh Yuli.
“Ngapain dia datangin kamu?” Nana bertanya dengan suara lirih terbata-bata. Masih belum hilang rasa kagetnya.
“Si mahluk itu menggertakku agar tidak membantumu. Sosoknya hitam, tinggi besar dan bermata merah. Energi mahluk ini besar sekali. Aku ga mampu melawannya atau membuatnya pergi.”
Waktu itu Nana memang berencana untuk minta bantuan Yuli melakukan past life regression, yaitu sebuah teknik yang dilakukan dengan hipnosis untuk mengembalikan apa yang dipercayai sebagai ingatan masa lampau dari kehidupan-kehidupan sebelumnya.
“Jadi sebaiknya kamu minta pertolongan pada seseorang yang memiliki kekuatan energi yang lebih tinggi,” saran Yuli.
“Maksudnya?” Nana masih tak mengerti.
“Jadi gini, ini mahluk dikirim oleh seseorang. Karena sudah bertahun-tahun, dia sangat kerasan ngikuti kamu.” Yuli menerangkan dengan sabar. “Energinya sangat kuat, dan kemampuanku belum cukup untuk mengimbanginya. Kamu harus cari orang lain yang lebih tinggi ilmunya kalau menginginkan si mahluk itu pergi,” tambahnya. Nana bengong. Tidak tahu harus berkata apa.
“Duh, udah ya. Merinding aku. Sekarang dia berdiri di belakangmu dengan raut muka marah,” bisik Yuli. Nana melihat kulit di kedua tangan temannya meremang. “Sekitar tiga meter di belakangmu,” tutup Yuli, masih dengan suara berbisik.
Secara reflek dia menoleh ke belakang. Tentu saja dia tidak melihat apa-apa. Kini bulu kuduknya ikutan berdiri. Ntah terbawa oleh cerita Yuli atau memang pengaruh energi mahluk itu. Yuli memperhatikan Nana yang lama terdiam dan dia tahu kalau temannya itu masih menyangsikan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Jadi Yuli menahan diri dan tidak membahasnya lebih lanjut.
⸙⸙⸙
Orang kedua yang mengatakan bahwa ada sosok hitam yang mengikuti Nana adalah adik kandungnya sendiri, Ayu. Waktu itu Nana sedang liburan ke rumahnya di pinggiran kota Yuzno, Pulau Shakalin, Russia. Ayu menikah dengan orang Amerika yang bekerja sebagai petinggi di perusahaan minyak Amerika terkemuka. Setiap tiga tahun sekali, dia berpindah negara mengikuti tugas sang suami. Setelah dari Abu Dhabi, suamiya di tempatkan di kota Yuzno. Nana mengunjunginya pada bulan Januari karena ingin merasakan musim dingin dan salju. Saat itu rumah sedang sepi karena anak dan suaminya sedang ke downtown. Jadi mereka lebih leluasa bercegkerama.
Nana heran, kok tiba-tiba adiknya punya kemampuan melihat hal-hal yang ghaib. Padahal waktu kecil, dialah yang memiliki kemampuan itu. Tapi ketika berumur 7 tahun, Ayahnya membawa Nana ke salah satu temannya seorang Kyai yang tinggal di sebuah desa di lereng Gunung Merbabu. Atas permintaan Ayahnya, maka Sang Kyai untuk menutup kemampuan Nana melihat mahluk halus.
“Memang Mba Nana pernah menyakiti seseorang?” tanya Ayu menyadarkan lamunannya.
“Menyakiti seperti apa maksudmu?”
“Misalnya mutusin cowok atau menyinggung perasaan seseorang sampai orang itu dendam pada Mba Nana,” jelasnya lebih lanjut. Nana menggeleng pelan, tidak yakin. Kalaupun pernah mutusin cowok, itu kan sesuatu yang sangat wajar. Terjadi pada ratusan juta manusia di muka Bumi ini.
“Mahluk itu disuruh melakukan berbagai cara supaya mba Nana tidak bahagia, gagal dalam hidup dan karir. Tugas utamanya adalah menghalangi Mba Nana supaya tidak bisa menikah,” tegasnya.
“Kamu tahu darimana? Emang mahluk itu ngomong ke kamu?” tanya Nana sambil membetulkan selimut. Dia meringkuk di sofa di depan perapian karena udara memang semakin dingin. Langit di luar sudah mulai gelap walaupun masih jam tiga sore.
“Mahluk ini mendapat tugas untuk membuat mbak Nana tidak bahagia dan tetep jomblo!” jelasnya lagi. Ayu mengatakannya dengan santai sambil memotong kuku-kuku jari kakinya.
“Mendapat tugas? Lhaaah … siapa yang ngasih tugas?” kejar Nana penasaran.
“Aku ga tahu siapa yang ngirim mahluk ini. Pokoknya tugasnya begitu. Makanya dia akan selalu menghalangi dengan segala cara demi tujuannya itu,” jelas Ayu panjang lebar. Lagi-lagi Nana diam saja, masih kurang yakin dengan penjelasannya.
“Dulu temenku juga ngomong seperti itu,” Nana berkata lirih. Jadi teringat ketika kata-kata Yuli yang kurang lebih mengatakan hal yang sama. Tapi segamblang Ayu. “Apakah mahluk itu sekarang mengikutiku?”
“Enggalah. Kan ga bisa kalau sudah nyebrang lautan,” sanggah Ayu cepat. Nana bernapas lega. “Terus, sesudah tahu begitu mba Nana nyari pertolongan, ga?” Ayu mendongakkan kepala menatap kakaknya. Nana menggelengkan kepala.
“Kenapa?” kejarnya.
“Ntahlah … kayaknya kok aneh aja aku ngalami hal itu,” jawab Nana enggan.
Ayu tahu jika Nana kurang mempercayainya. Lantas Ayu menawarkan untuk meminta temennya yang juga seorang Indigo untuk mengkonfirmasi apa yang diketahuinya. Saat itu juga, Ayu menelpon temennya yang di Jakarta. Dia nyalakan speaker handphonenya supaya Nana juga bisa mendengarkan pembicaraan mereka.
Ayu menjelaskan panjang lebar apa yang dilihatnya. Setelah Ayu memotret Nana dan mengirimkan fotonya ke temannya. Temennya minta beberapa saat untuk “melihat” Nana.
“Iya mba… memang ada!” kata temennya Ayu di seberang sana. Dia mengamini apa yang dilihat Ayu. “Kira-kira waktu masih kuliah atau awal-awal mulai kerja. Sekitar waktu itulah!”
“Lama sekali dong!” celetuk Nana.
“Iya, lama. Jadi ini mahluk betah sekali sama Mba Nana. Energi gelapnya besar sekali!” serunya. “Harus minta orang yang memang benar-benar hebat untuk bisa mengusir mahluk itu,” pesannya sebebelum menutup pembicaraan.
“Kalau tidak diusir, mba Nana bakal ga bisa nikah selamanya. Kalau dapat kesuksesan, ga akan bertahan lama. Pokoknya, tugas ini mahluk bikin mba Nana jomblo dan tidak bahagia. Ada saja halangannya untuk ketemu jodoh atau karir yang bagus dalam waktu lama,” cerocos Ayu gemas.
“Tapi … karirku lumayanlah. Ga jelek-jelek amat,” sanggah Nana.
“Iyaaaa … tapi sebenarnya Mba Nana bisa punya karir yang lebih baik dari yang dicapai sekarang. Punya kehidupan yang jauh lebih bahagia,” jelas Ayu sambil menuangkan teh jahe panas ke gelasnya.
Walaupun sudah ada 3 orang mengatakan hal yang sama, Nana masih tidak bergeming untuk minta pertolongan. Logikanya sederhana. Dia merasa tidak mendapat “gangguan” mahluk halus seperti yang diceritakan di film-film horor. Tidak pernah mimpi buruk, mendapatkan gangguan fisik, muntah darah bercampur jarum atau semacamnya. Tidak sama sekali. Cuma ya … Nana masih jomblo! Selain itu, kehidupannya baik-baik saja. Jadi dia santai saja dan tidak memikirkannya dengan serius. Akhirnya topik itu hilang begitu saja. Terlupakan dengan cepat.
(bersambung)
⸙⸙⸙
Tujuh tahun berselang, awal Februari 2020. Gara-garanya Nana bertemu teman baru di medsos. Dia seorang Indigo, namanya Intan. Usianya beberapa tahun lebih muda dari Nana. Mereka berdua sama-sama menyukai film Dilan. Jadi obrolan mereka ya seputar film remaja tersebut dan tentu saja tentang para pemainnya dan gosip seputar Sasha dan Iqbaal. Kalau ngegosip, bisa sampai berjam-jam!!Namun, ntah mengapa sore itu pembicaraan lain. Mereka berbincang melalui sambungan seluler. Karena Intan di Semarang sedangkan Nana di Bali. Ternyata di salah satu kehidupan sebelumnya, Nana adalah teman seperjuangan Intan saat di jaman penjajahan Jepang. Jadi, ketika ngobrol mereka layaknya teman lama yang tidak ketemu. Kebetulan Intan dapat karunia mampu melihat dan berkomunikasi dengan mahluk halus. Tiba-tiba Nana teringat perihal mahluk hitam yang mengikutinya.“Dek … boleh minta tolong, ga? Coba kamu lihat apa ada mahluk yang mengikutiku,” pinta Nana. Lantas Intan minta
“Office Boy di tempat kantor saya juga seorang Indigo. Dia santri keluaran Pondok Gontor!” kata Dimas yang menikah dengan keponakan tertua Nana. Kebetulan Nana pulang ke Jogja untuk beberapa hari. Sehari sebelum balik ke Bali, tanpa sengaja Nana berbincang dengan Dimas."Almarhum Papa juga mengalami peristiwa ghaib," kata Dimas ketika Nana menceritakan tentang si judes. "Beruntung Office Boy di tempat saya kerja bisa membantunya.""Peristiwa ghaibnya seperti apa?" Nana penasaran."Waktu itu kan Papa sedang merenovasi rumah yang di luar Jogja. Jadi rumah itu bersebelahan dengan rumah Pakde. Ada pintu penghubung diantara rumah Pakde dan rumah Papa. Ketika semua tukang sudah selesai, pintu penghubung dan pintu depan otomatis dikunci." Dimas mennceritakan panjang lebar. Nana hanya diam mendengarkan."Tiba-tiba pintu depan dan pintu penghubung terbuka. Padahal selain dikunci juga dipalang. Tidak ada seorangpun yang ada di rumah selain Papa
Setelah istirahat siang, para peserta meditasi mulai belajar materi dasar Meditasi yaitu merasakan akar rambut, rambut, gigi, kuku dan tulang. Nana dengan cukup mudah mampu merasakan semua bagian itu kecuali tulang. Aneh! Sangat aneh!Jika mampu merasakan akar rambut, semestinya merasakan tulang jauh lebih mudah karena objeknya paling BESAR! Jadi sangat super duper aneh ketika dia tidak bisa merasakan tulang. Namun, Nana pasrah saja. Sebisa mungkin menghindari kemarahan. Nana mencobanya lagi pada sesi meditasi malam hari. Tapi, tetap tidak bisa! Walau sedikit frustrasi, dia bertekad untuk mencoba coba lagi keesokan harinya. Hari ke-tiga, pelajaran untuk merasakan bagian-bagian tubuh yang lain dilanjutkan. Seperti merasakan otot, semua organ tubuh yang masuk dalam sistem pencernaan dan juga sistem pernapasan hingga ke pembuluh darah. Seperti bias
Jadwal sesi meditasi selanjutnya akan dimulai satu jam lagi. Sekitar jam 14.00. Namun, Nana ingin buru-buru memulainya. Hal pertama yang dilakukannya adalah meminta maaf pada Tuhan karena telah berbuat buruk terhadap seseorang sehingga orang tersebut tega menyantetnya.Kedua, dia meminta maaf kepada orang yang membencinya tersebut dan telah membuatnya sakit hati. Sekaligus memaafkan atas apa yang dilakukannya kepadanya. Dengan kesadaran penuh, Nana membebaskan dirinya dari energi kemarahan dan kebencian.Secara khusus, Nana berkata dalam hati kepada si judes. “Aku sudah tidak marah kepadamu. Kamu dikirim seseorang dan memberimu tugas. Orang itu sekarang sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi denganku dan bahkan sudah tidak membenciku lagi. Ja
Jadwal sesi meditasi selanjutnya akan dimulai satu jam lagi. Sekitar jam 14.00. Namun, Nana ingin buru-buru memulainya. Hal pertama yang dilakukannya adalah meminta maaf pada Tuhan karena telah berbuat buruk terhadap seseorang sehingga orang tersebut tega menyantetnya.Kedua, dia meminta maaf kepada orang yang membencinya tersebut dan telah membuatnya sakit hati. Sekaligus memaafkan atas apa yang dilakukannya kepadanya. Dengan kesadaran penuh, Nana membebaskan dirinya dari energi kemarahan dan kebencian.Secara khusus, Nana berkata dalam hati kepada si judes. “Aku sudah tidak marah kepadamu. Kamu dikirim seseorang dan memberimu tugas. Orang itu sekarang sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi denganku dan bahkan sudah tidak membenciku lagi. Ja
Setelah istirahat siang, para peserta meditasi mulai belajar materi dasar Meditasi yaitu merasakan akar rambut, rambut, gigi, kuku dan tulang. Nana dengan cukup mudah mampu merasakan semua bagian itu kecuali tulang. Aneh! Sangat aneh!Jika mampu merasakan akar rambut, semestinya merasakan tulang jauh lebih mudah karena objeknya paling BESAR! Jadi sangat super duper aneh ketika dia tidak bisa merasakan tulang. Namun, Nana pasrah saja. Sebisa mungkin menghindari kemarahan. Nana mencobanya lagi pada sesi meditasi malam hari. Tapi, tetap tidak bisa! Walau sedikit frustrasi, dia bertekad untuk mencoba coba lagi keesokan harinya. Hari ke-tiga, pelajaran untuk merasakan bagian-bagian tubuh yang lain dilanjutkan. Seperti merasakan otot, semua organ tubuh yang masuk dalam sistem pencernaan dan juga sistem pernapasan hingga ke pembuluh darah. Seperti bias
“Office Boy di tempat kantor saya juga seorang Indigo. Dia santri keluaran Pondok Gontor!” kata Dimas yang menikah dengan keponakan tertua Nana. Kebetulan Nana pulang ke Jogja untuk beberapa hari. Sehari sebelum balik ke Bali, tanpa sengaja Nana berbincang dengan Dimas."Almarhum Papa juga mengalami peristiwa ghaib," kata Dimas ketika Nana menceritakan tentang si judes. "Beruntung Office Boy di tempat saya kerja bisa membantunya.""Peristiwa ghaibnya seperti apa?" Nana penasaran."Waktu itu kan Papa sedang merenovasi rumah yang di luar Jogja. Jadi rumah itu bersebelahan dengan rumah Pakde. Ada pintu penghubung diantara rumah Pakde dan rumah Papa. Ketika semua tukang sudah selesai, pintu penghubung dan pintu depan otomatis dikunci." Dimas mennceritakan panjang lebar. Nana hanya diam mendengarkan."Tiba-tiba pintu depan dan pintu penghubung terbuka. Padahal selain dikunci juga dipalang. Tidak ada seorangpun yang ada di rumah selain Papa
Tujuh tahun berselang, awal Februari 2020. Gara-garanya Nana bertemu teman baru di medsos. Dia seorang Indigo, namanya Intan. Usianya beberapa tahun lebih muda dari Nana. Mereka berdua sama-sama menyukai film Dilan. Jadi obrolan mereka ya seputar film remaja tersebut dan tentu saja tentang para pemainnya dan gosip seputar Sasha dan Iqbaal. Kalau ngegosip, bisa sampai berjam-jam!!Namun, ntah mengapa sore itu pembicaraan lain. Mereka berbincang melalui sambungan seluler. Karena Intan di Semarang sedangkan Nana di Bali. Ternyata di salah satu kehidupan sebelumnya, Nana adalah teman seperjuangan Intan saat di jaman penjajahan Jepang. Jadi, ketika ngobrol mereka layaknya teman lama yang tidak ketemu. Kebetulan Intan dapat karunia mampu melihat dan berkomunikasi dengan mahluk halus. Tiba-tiba Nana teringat perihal mahluk hitam yang mengikutinya.“Dek … boleh minta tolong, ga? Coba kamu lihat apa ada mahluk yang mengikutiku,” pinta Nana. Lantas Intan minta
“Sudah cukup lama,” kata Yuli. “Bahkan tadi malam dia datang ke dalam mimpiku.”Nana terkesiap. Ngeri sekaligus takjub dengan apa yang dialami oleh Yuli.“Ngapain dia datangin kamu?” Nana bertanya dengan suara lirih terbata-bata. Masih belum hilang rasa kagetnya.“Si mahluk itu menggertakku agar tidak membantumu. Sosoknya hitam, tinggi besar dan bermata merah. Energi mahluk ini besar sekali. Aku ga mampu melawannya atau membuatnya pergi.”Waktu itu Nana memang berencana untuk minta bantuan Yuli melakukan past life regression, yaitu sebuah teknik yang dilakukan denganhipnosisuntuk mengembalikan apa yang dipercayai sebagai ingatan masa lampau darikehidupan-kehidupan sebelumnya.“Jadi sebaiknya kamu minta pertolongan pada seseorang yang memiliki kekuatan energi yang lebih tinggi,” saran Yuli.“Maksudnya?” Nana masih tak mengerti.“Jad