Pria ini kenal Alex, apakah benar Kazumi dan Ernesto itu terlibat kerja sama?Setelah melirik Alex, Vivian bicara seperti itu di dalam hati, meskipun kemudian, ia kembali fokus ke arah pria yang bernama Michael tersebut. Kenapa Vivian seperti curiga padaku? Lirikannya itu seolah ingin memaki aku....Alex juga membatin, tapi ia tidak menyuarakan nya di mulut hanya di dalam hati karena tidak mau merubah situasi yang sekarang sudah tegang menjadi semakin tegang."Aku sedang bertanya padamu, Alex, apakah kamu tidak mendengarnya? Kamu adalah asisten pribadi Kazumi, kan? Di mana dia sekarang?"Suara Michael membuyarkan pergumulan hati Vivian dan Alex tentang kesimpulan mereka masing-masing."Dia-""Jangan katakan yang sekarang ada di kantor itu, Kazumi, kami tidak bisa ditipu seperti kamu menipu semua rekan bisnismu!" potong Michael dengan nada suara yang dingin."Sebenarnya, apa hubungannya Tuan Kazumi dengan kalian? Ini yang membuat aku ke sini untuk bicara dengan kamu."Karena merasa t
"Rachel, dia sudah ketemu sama lu, tapi dia kagak mau pulang, apa menurut lu, itu sebuah hal yang wajar? Kagak bukan? Itu kagak wajar, menurut gue mungkin aja Kazumi emang kagak mau pulang karena dia kagak bahagia di rumah ini."Telapak tangan Rachel mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya padanya. Meskipun ia ingin membantah hal itu, tapi entah kenapa di dasar hatinya ia membenarkan apa yang diucapkan oleh Kazaya tersebut.Namun, Rachel tidak mau menyuarakan itu karena rasanya sangat menyakitkan.Sampai Kazaya berlalu dari hadapannya pun, Rachel tidak bisa berbuat apa-apa meskipun hanya sekedar menanggapi saja ia tidak mampu. "Enggak usah terlalu dipikirkan, Kazaya sedang stress itu sebabnya, dia bicara seperti itu."Suara Syena terdengar, dan Rachel memalingkan wajahnya, tepat saat Syena juga masih menatapnya."Entahlah, apa yang dikatakan Kazaya itu sama seperti yang aku rasakan, aku benar-benar merasa, Kazumi memang sengaja tidak mau pulang karena dia tidak bahagia di r
"Jangan ikut campur urusan gue, Syena, lu paham bahasa manusia, kagak!!" teriak Kazaya dengan nada suara yang terdengar meninggi. Dan itu membuat Syena sampai terjajar ke belakang. Kazaya benar-benar histeris seperti seseorang yang sedang depresi, tapi Syena tidak tahu mengapa pria itu sampai bersikap seperti itu?"Maaf, maaf kalau sikap aku ternyata bikin kamu jadi merasa terganggu banget, tapi sebenarnya aku enggak bermaksud ikut campur, aku hanya peduli sama kamu, mungkin aku bisa bantu, kalau kamu enggak keberatan...."Suara Syena jadi menurun saat mengucapkan kalimat itu, dan Kazaya yang tadinya emosi kini mulai sedikit reda perasaan emosinya."Mau apa lu ke sini?" tanya Kazaya tanpa menanggapi permintaan maaf yang diucapkan oleh Syena tadi.Syena menghela napas ketika merasa Kazaya mengabaikan ucapan permintaan maafnya. "Soal pernyataan kamu itu, aku rasa cukup keterlaluan, kamu kan tahu, Rachel sangat mencintai Kazumi, tapi kamu mengatakan hal seperti itu padanya, apa enggak
Pertanyaan yang diberikan oleh sang ayah membuat Moa jadi terdiam seketika. Tidak mungkin Moa mengatakan tentang keberadaan Kazumi apalagi mengatakan bahwa, Kazumi dan dirinya ternyata sudah menikah.Moa mengajak ayahnya bicara hanya ingin mencari informasi, mengapa sang ayah justru membenci Kazumi."Kenapa tidak bicara? Tidak mau menjawab pertanyaanku?"Suara sang ayah terdengar, dan itu membuat Moa menarik napas panjang."Tidak juga. Aku tidak tahu yang di kantor itu Kazumi atau Kazaya, karena aku tidak kenal mereka jadi aku tidak bisa membedakan.""Lalu, kenapa kamu mengatakan bahwa Kazumi itu baik? Jika kamu tidak kenal dengan dia, untuk apa kamu mengatakan bahwa Kazumi itu baik?""Aku hanya menelusuri dia di media bisnis saja, dan orang-orang pun banyak mengatakan bahwa dia baik, jadi aku rasa dia memang baik, hanya saja aku heran, Papi tidak suka dengan dia, mengapa?""Karena dia membahayakan bisnisku.""Kalau Papi mengelola bisnis dengan baik dan jujur untuk apa takut?""Kau in
"Apa yang kamu lakukan? Kalau mau bicara itu di luar aja, jangan masuk ke kamar!" seru Rachel sambil mundur dan mencoba untuk menghubungi petugas keamanan rumah Kazumi meskipun ia sampai sulit melakukan hal itu karena gugup."Jangan berisik, Rachel. Aku tahu, kamu sekarang kesepian, Kazumi bukannya belum ditemukan tapi dia tidak mau kembali, bukan? Itu sudah fakta bahwa dia tidak pernah mencintai kamu!""Diam! Kamu enggak tahu apa-apa! Pergi dari sini, dan jangan menemui aku lagi, aku enggak mau ketemu sama kamu, Radit!""Rachel, sampai kapan kamu membuang waktu kamu untuk si Kazumi itu? Ayolah, buka mata dan hati kamu, hanya aku yang mencintaimu kamu dengan segenap jiwa dan raga!""Tapi aku tidak mencintaimu, Radit! Aku hanya mencintai Kazumi, jadi berhenti meyakinkan aku tentang perasaan kamu, aku enggak butuh itu!""Kazumi terkait dengan Ernesto mafia yang punya bisnis berkedok, apakah kamu tahu hal itu?""Lalu?""Sekarang ini, anak buah Ernesto sedang mencarinya, itu artinya yang
"Bertaruh? Apa maksudmu?" tanya Syena tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Rachel padanya. "Kalau apa yang aku katakan benar, maka kau harus menikah dengan Kazaya, tapi jika kata-kataku salah, kamu boleh menikah dengan Kazumi.""Eh, apa maksudnya itu? Aku enggak mau, Rachel! Aku enggak cinta sama Kazumi, Kazumi itu milik kamu!"Wajah Rachel menjadi suram ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Syena tadi. Membuat Syena harus berhati-hati untuk bicara karena tidak mau ia menjadi pelaku bahwa ia sudah membuat Rachel semakin terluka. "Aku tahu kamu enggak cinta sama Kazumi, tapi kamu cinta sama Kazaya, apa bedanya mereka? Sama, kan? Kalau Kazumi sama kamu, mungkin aku enggak terlalu sesak, minimal aku tahu kamu baik, tapi dengan perempuan bernama Moa itu, entah kenapa rasanya aku jadi tidak percaya bahwa ia benar-benar perempuan yang baik.""Rachel, wajah mereka memang sama tapi karakter mereka berbeda, ketika kita suka dengan seseorang kita bukan terpaku pada wajahnya saja tapi
Alex terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Vivian padanya. Seolah tidak percaya dengan apa yang disimpulkan oleh gadis tangguh tersebut tentang Kazumi yang kemungkinan berpura-pura."Lex, aku tahu kamu berat untuk percaya dengan apa yang aku katakan ini, enggak masalah kok, aku bisa maklum, tapi antisipasi itu perlu, kan? Hati seseorang itu bisa berubah, ya, semoga aja apa yang aku katakan ini enggak benar, tapi menyelidiki itu perlu jangan sampai kamu terlena dengan kata enggak mungkin kamu aja, kamu juga enggak perlu benci dengan majikan kamu, menyelidiki itu untuk mencari tahu kebenarannya, bukan berarti kamu harus membencinya...."Vivian kembali bicara dengan sangat hati-hati. Alex manggut-manggut, merasa apa yang dikatakan oleh Vivian ada benarnya juga. Jika pada awalnya ia membenci saran yang diucapkan oleh Vivian, kali ini tidak. Ia mencoba untuk membuka mata hati dan pikirannya bahwa, apa yang dikatakan oleh gadis itu memang ada benarnya juga. Menyelidiki bukan berarti m
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Syena membuat Bertrand terdiam untuk sesaat. Entah kenapa setiap kali Syena bicara seperti itu padanya, ia merasa tidak nyaman. Ada rasa bersalah yang menyelimuti hatinya tapi Bertrand tidak mau membantahnya."Aku cuma merasa tidak nyaman karena kamu sudah menjadi istri orang, Syena, jadi aku harap kamu jangan berpikir kalau aku melakukan hal ini karena benci padamu, itu sama sekali tidak benar.""Andai aku belum menikah, apakah sikap kamu akan tetap sama?""Tidak. Tapi mungkin sedikit menjaga jarak.""Karena ayahku?""Ya.""Baiklah, aku paham. Tapi kalau kamu berubah pikiran, aku harap kamu menghubungi nomor aku, ya? Aku benar-benar enggak tahu harus minta tolong sama siapa, aku enggak punya banyak teman.""Apakah ini sangat penting bagimu?""Ya, aku merasa bersalah karena menyebabkan Kazumi kecelakaan, orang yang mencelakakan dia itu ayahku, entah kenapa aku merasa Kazumi dan Kazaya sedang menanggung beban yang berat, jadi aku ingin menyelesaikan sem
Awalnya, Syena tidak berani membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya. Namun beberapa saat kemudian, rasa ragu Syena akhirnya musnah. Ia membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya padanya dengan penuh perasaan pula hingga akhirnya keduanya sama-sama tenggelam dalam perasaan mereka satu sama lain dan ketika perasaan itu ingin mendorong mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman, buru-buru Syena dan Kazaya saling menarik diri dengan napas mereka yang memburu.Kazaya mengusap wajahnya yang terasa panas dan ia yakin sekarang ini wajahnya merah begitu juga dengan Syena. "Jadi, apa sekarang kita jadian?" tanya Syena dengan suara perlahan khawatir apa yang dialaminya tadi adalah sebuah mimpi atau hanya sebuah canda Kazaya saja karena pemuda itu biasanya juga sering melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan dahulu."Asalkan kamu mau menunggu dulu sebelum akhirnya aku bisa melamar kamu, untuk sekarang aku masih harus menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi."Mendengar Kazaya meru
"Gue suka sama lu, Syena tapi gue tau, itu terlambat, dan-""Kenapa menyukaiku? Dan kenapa kamu baru mengatakan sekarang?" potong Syena hingga membuat Kazaya tidak bisa bicara untuk sejenak karena tidak tahu apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan perempuan tersebut."Gue kagak tau kenapa gue suka sama lu, tapi mungkin karena lu begitu peduli sama keluarga gue, gue jadi merasa lu itu menganggap penting keluarga gue."Akhirnya, Kazaya menjawab pertanyaan Syena tapi Syena tidak puas dengan jawaban itu. Hingga ia melontarkan pertanyaan yang serupa tentang mengapa Kazaya baru mengatakan hal itu sekarang. "Karena gue benci, Kazumi bilang gue pecundang dan gue kagak suka dikatakan seorang pecundang karena ucapan itu membuat gue kagak berguna.""Jadi, Kazumi yang membuat kamu berpikir kayak sekarang?""Si bodoh itu kagak pernah jatuh cinta tapi dia lebih peka dari gue.""Sebenarnya, aku tahu kamu juga suka sama aku waktu kamu mencium aku di hutan itu."Wajah Kazaya berubah ketika
"Zaya. Enggak ada yang salah dengan pikiran kamu itu. Cari uang dengan mengandalkan bakat itu lumrah, yang enggak boleh dilakukan itu adalah, apapun akan dilakukan demi uang, pikiran kamu waktu dulu itu kan, karena kamu sulit mendapatkan uang, yang penting sekarang kamu udah sadar kalau seni itu juga penting."Dengan bijak, Syena menanggapi apa yang diucapkan oleh Kazaya agar pria itu tidak berlarut-larut dalam keterpurukannya.Kazaya diam tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Syena, hingga situasi di antara mereka senyap untuk beberapa saat.Dan kemudian...."Sampai sekarang, Alex aja kagak bisa melacak keberadaan Kazumi, padahal dia sangat andal melakukan pelacakan, semua sistem informasi yang diberikan oleh Alex pada Kazumi kayaknya kedeteksi, jadi keberadaan Kazumi kagak bisa diketahui di mana, yang jadi masalah, kalo bokap gue nanya dia di mana gue harus bilang apa? Gue benar-benar pusing sekarang.""Jujur aja.""Apa?"Kazaya seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh
"Ah, enggak! Aku enggak mikir kayak gitu! Aku cuma ingin kamu lebih melakukan persiapan aja kalau ternyata kamu benar-benar hamil, kan?" kata Moa buru-buru menjelaskan.Wajah Rachel seketika suram mendengar apa yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa mengira Rachel jadi seperti itu karena dirinya."Rachel, apa aku salah bicara?" tanya Moa dengan nada suara yang terdengar sangat hati-hati."Enggak. Enggak ada yang salah. Aku hanya berpikir bagaimana bisa aku mengatakan pada Kazumi bahwa dia ternyata tetap sehat meskipun pernah meminum obat anti kesuburan itu di masalalu? Dia aja enggak bisa dihubungi, rasanya menyedihkan."Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Syena mengusap punggung perempuan itu untuk sekedar menenangkan perasaan Rachel yang pasti terguncang karena kabar Kazumi yang bergabung dengan organisasi mafia tersebut."Yang penting itu kesehatan kamu dan bayimu dulu, kalau kamu sudah yakin kamu itu hamil, kamu bisa menjaga bayi ini dengan baik, masalah Kazumi, Kazaya pasti ak
Rachel terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa tertawa kecil melihat ekspresi mantan istri pertama Kazumi tersebut. "Aku bercanda. Kau tidak perlu ambil hati, sejujurnya aku memang masih merasa cinta sama Kazumi, tapi aku tahu diri, Kazumi tidak pernah suka padaku, jadi aku tidak akan memikirkannya lagi, hanya saja kurasa itu perlu proses, jadi untuk sekarang aku ya masih memikirkan dia, maaf."Moa bicara dengan wajah yang terlihat sangat serius."Kazumi bukan milik siapapun lagi, jadi enggak ada yang bisa melarang siapapun untuk memikirkannya."Rachel menanggapi perkataan Moa, tapi Moa bisa melihat, itu hanya sesuatu yang sekedar diucapkan oleh Rachel saja. Ia bisa melihat, Rachel terlihat cemburu mendengar apa yang diucapkannya tadi hingga Moa sangat yakin, perempuan itu pasti masih sangat mencintai Kazumi."Rachel. Kazumi itu mencintai kamu, jadi kurasa kamu harus memperjuangkan perasaan kamu itu kalau memang kamu masih mencintai dia."Moa b
Jemari tangan Rachel yang sedang merangkai bunga terhenti seketika mendengar apa yang diucapkan oleh Radit. Radit merasa puas melihat perubahan yang terjadi pada wajah Rachel hingga laki-laki itu melangkah semakin mendekati posisi Rachel berada. "Kamu tidak tahu?" tanyanya setelah ia berada tepat di hadapan Rachel."Kamu ke sini hanya ingin membahas itu? Masih enggak suka juga kamu sama dia?" tanya Rachel beruntun."Rachel, aku peduli sama kamu, aku cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa," kata Radit penuh dengan perasaan khawatir yang ia perlihatkan lewat sorot matanya."Aku dan Kazumi sudah bercerai, Radit. Urusan dia bukan urusanku lagi, jadi tolong pergi saja, jangan ganggu aku lagi!" pinta Rachel tanpa memberikan kesempatan pada pria itu untuk lebih banyak bicara lantaran ia sejak dulu memang sudah muak dengan pria tersebut.Namun, tidak bisa dipungkiri, apa yang dikatakan oleh Radit cukup membuat ia jadi kepikiran juga. Kazumi bergabung dengan organisasi mafia? Sepertinya tidak
Andreas menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya.Sebenarnya ia sekarang terpancing emosi, akan tetapi, ia tidak mau bertindak gegabah, meladeni kemarahan Kazaya hingga akhirnya pemuda itu bisa saja membuat galerinya hancur."Sebenarnya ada apa? Kamu marah marah seperti ini padaku? Apakah ada yang terjadi pada Kazumi?"Andreas tidak menanggapi ucapan mengandung emosi yang dikatakan oleh Kazaya tadi karena sebenarnya ia yakin bukan itu yang sedang bergolak di otak Kazaya.Kazaya bungkam mendengar pertanyaan Andreas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan untuk sesaat ia tidak tahu harus bicara darimana untuk membeberkan segalanya."Asal kau tahu saja, Zaya. Aku memang dahulu pernah mendapatkan tawaran yang cukup menggiurkan dari Ernesto, bisa membuat lukisanku lebih meluas lagi ke seluruh dunia, namun, aku tidak menerima tawaran itu karena kupikir, aku tidak tega menodai sebuah karya seni."Karena Kazaya tidak kunjung bicara meskipun ia sudah melontarkan pertanyaa
Alex tidak langsung menjawab apa yang diucapkan oleh Kazaya dan berujung pertanyaan tersebut, karena ia memang sesuai yang diucapkan oleh Kazaya, merasa khawatir dengan apa yang sudah diputuskan oleh Kazumi tadi secara tiba-tiba.Hanya saja, karena ia tahu Kazumi tidak akan berbuat sembarangan tanpa berpikir dahulu resikonya, ia percaya apa yang dilakukan oleh Kazumi adalah hal yang memang harus dilakukan oleh majikannya tersebut."Ternyata, lu juga sama aja dengan gue, panik dengan apa yang dilakukan oleh Kazumi," sinis Kazaya yang membuat Alex menghela napas panjang mendengarnya."Iya. Aku akui aku juga sama khawatirnya dengan Tuan, tapi aku yakin, Tuan Kazumi tidak akan sembarangan bertindak, Tuan. Dia pasti sudah merencanakan hal itu dengan baik dan tahu resikonya."Alex akhirnya menanggapi apa yang dikatakan oleh Kazaya, dan itu membuat Kazaya memajukan bibirnya."Meskipun resikonya dipenggal?""Semoga Tuan Kazumi baik-baik saja."Alex tidak berani berpikir bahwa Kazumi akan dipe
"Gue cuma kagak mau ada orang lain yang terkena masalah karena keluarga kita!" jelas Kazaya dan itu membuat Kazumi tersenyum kecut meskipun ia sesekali mengerenyit menahan sakit karena luka yang dideritanya membuat punggungnya terasa perih."Peduli juga tidak apa-apa, kau memang harus melakukan hal itu padanya, sebelum terlambat.""Berisik!""Tuan. Ada laporan dari rekanku, katanya mereka sedang bentrok dengan anak buah Yurata."Saat Kazumi dan Kazaya bertengkar, Alex bicara seperti itu hingga pertengkaran yang terjadi pada saudara kembar itu terhenti seketika."Di mana mereka sekarang?"Baru saja Kazumi melontarkan pertanyaan itu pada Alex, tiba-tiba saja dari arah atas mereka terdengar suara seseorang memanggil, hingga mereka mendongakkan kepala mereka untuk mencari tahu siapa yang sedang memanggil mereka."Itu mereka!" kata Alex sambil mengarahkan telunjuknya ke atas. Sebuah tali terjulur dari atas dan tali itu bukan tali biasa tapi tali yang biasa digunakan oleh seseorang yang se