"Ayah! Ayah kenapa?!!" Sambil berteriak demikian, Bertrand memburu ayahnya yang tergeletak di lantai kamar. Sepertinya, sang ayah ingin beranjak keluar dari kamar tapi kemudian terjatuh dan....Bertrand berteriak memanggil ayahnya ketika ia sadar ayahnya sudah tiada!Para tetangga yang mendengar teriakan Bertrand mulai berdatangan. Mereka terkejut karena teriakan Bertrand sangat keras dan itu membuat mereka mau tidak mau masuk ke rumah sederhana tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Bertrand seolah kehilangan daya untuk berdiri. Jangankan untuk berdiri, menjawab pertanyaan para tetangganya saja ia tidak sanggup sampai akhirnya Bertrand hanya pasrah ketika para tetangganya menyarankan dirinya untuk melakukan prosesi pemakaman karena sang ayah memang sudah meninggal.Tidak ada tanda-tanda kekerasan yang terjadi, ayah Bertrand meninggal karena penyakit yang sudah lama dideritanya. Sekian lama Bertrand berusaha untuk membuat ayahnya bertahan hingga pria itu mau melakuka
"Cara apa itu?" tanya sang istri sambil menatap wajah suaminya dengan sangat serius."Kau tidak perlu tahu, lakukan saja perintahku, sekarang!"Lina menarik napas berat. Sebenarnya, ia enggan melaksanakan perintah sang suami untuk mendatangi kantor Radit. Namun, karena ia juga penasaran cara apa lagi yang akan ditempuh suaminya untuk membuat orang kaya itu jadi tidak merendahkan mereka, Lina akhirnya melaksanakan tugas itu meskipun setengah hati. ***Lina berhasil ke kantor Radit dengan informasi yang diberikan oleh suaminya tentang di mana kantor Radit berada. Meskipun menyamarkan penampilannya agar ia tidak terlalu kentara khawatir ia dicurigai, perempuan itu akhirnya dipersilahkan masuk ke ruangan Radit tepat saat Radit baru saja masuk ke ruangannya setelah melakukan rapat."Kau ingin aku membantu suamimu?" tanya Radit tanpa mempersilakan Lina untuk duduk."Iya. Bukankah dia bekerja untuk, Tuan? Jadi sudah sewajarnya Tuan membantunya untuk bisa bebas dari jeratan hukum.""Enak sa
Bertrand terhuyung diperlakukan seperti itu oleh Kazaya. Tetapi, ia tidak bereaksi apa-apa kecuali hanya menatap wajah Kazaya sejenak lalu ia kembali melangkahkan kakinya menyusuri trotoar seperti orang yang tidak ada arah dan tujuan. Tadinya, Kazaya ingin marah. Ia mengira, Bertrand memang sengaja ingin mencari perkara, tapi ternyata dugaannya salah, ia melihat Bertrand seperti orang yang sangat terpukul dan linglung hingga Kazaya mengurungkan niatnya untuk melampiaskan kemarahannya pada pria tersebut."Lu kenapa? Kenapa lu macam mau mati?" tanyanya sambil menatap wajah Bertrand yang sangat kentara sangat suram."Aku memang ingin mati saja...."Bertrand menjawab pertanyaan Kazaya tanpa menatap wajah Kazaya, pandangan matanya sangat kosong hingga Kazaya benar-benar tidak paham mengapa pria itu jadi demikian."Mau mati? Lu kira mati itu ringan? Mumpung masih hidup siapin bekal dulu baru mikir mati!"Bertrand menarik napas. Ia menyingkirkan tangan Kazaya yang memegangnya dan segera in
Tidak hanya sampai di situ, Kazaya yang marah mendengar apa yang diucapkan oleh Bertrand benar-benar tidak bisa lagi menahan emosinya. Pria itu kembali memberikan Bertrand pukulan hingga tubuh Bertrand semakin tersungkur karena perbuatan Kazaya.Beberapa orang yang menyaksikan apa yang dilakukan oleh Kazaya segera menahan Kazaya dan menjauhkannya dari Bertrand."Kagak usah sok ikut campur lu! Lu kagak tau apa yang sebenarnya terjadi, jadi jangan seenaknya ngomong seolah-olah lu tau segalanya!"Meskipun dijauhkan dari Bertrand, Kazaya masih sempat berteriak demikian namun Bertrand tidak peduli karena ia sibuk menahan rasa sakit akibat pukulan yang diberikan oleh Kazaya pada tubuhnya.***Syena kembali datang menemui Bertrand, tapi kali ini mereka tidak bertemu di rumah Bertrand karena Syena tidak nyaman lantaran ayah Bertrand sudah meninggal dan ia di mata orang masih berstatus istri Kazumi hingga ia merasa akan ada pembicaraan yang tidak baik berhembus jika ia melakukan hal itu. Menem
"Aku enggak peduli, Kek! Aku enggak mau dia membawa Kazumi, aku enggak mau mereka memisahkan aku dengan Kazumi!"Moa histeris, ia berusaha untuk melepaskan pegangan tangan sang kakek agar ia bisa keluar dari villa mengejar mobil yang membawa Kazumi, tapi kakeknya tidak membiarkan hal itu dilakukan oleh Moa, ia tetap menahan sampai akhirnya ada seseorang yang tidak lain Kazaya dan Bertrand yang menemukan villa Moa atas informasi dari Alex."Di mana Kazumi? Apa yang terjadi di sini?"Pertanyaan Kazaya membuat Moa seketika menghentikan gerakannya yang ingin melepaskan diri dari cengkraman sang kakek karena tidak mengizinkan dirinya untuk mengejar mobil yang membawa Kazumi. "Kazumi, kamu kembali?" Moa nyaris lupa, bahwa Kazumi memiliki saudara kembar hingga saat ia melihat Kazaya, Moa merasa itu adalah Kazumi. "Gue bukan Kazumi, gue Kazaya, lu Moa? Apa yang terjadi di sini? Mana Kazumi?""Kamu, adik kembar Kazumi?""Ya!""Astaga, benar-benar mirip...."Moa dan kakeknya sama-sama merasa
Sang kakek memohon pada Moa sampai Moa tidak tahu harus berkata apa untuk membantah apa yang dikatakan oleh sang kakek. Ia hanya mengiyakan dan bergegas ke kamarnya untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang sudah membawa Kazumi dan di mana posisi Kazumi sekarang lewat ponsel yang diberikannya pada Kazumi.Sementara itu, Kazaya dan Bertrand yang ingin mencoba mencari tahu tentang yang sebenarnya kemana Kazumi dibawa segera ke markas di mana anak buah Ernesto berada.Saat ia berkomunikasi dengan Alex tadi, Kazaya mendapatkan kesimpulan dari Alex bahwa kemungkinan orang-orang itu yang menemukan Kazumi.Baru saja Kazaya ingin membawa motornya lebih kencang lagi dari sebelumnya tiba-tiba saja, ponselnya kembali berdering. Terpaksa Kazaya menepikan motornya dahulu lalu menerima panggilan tersebut karena ternyata, yang menghubunginya adalah Alex.{Tuan, baru saja Moa menghubungi saya, saya rasa Tuan Kazumi bukan dibawa oleh orang-orang Ernesto}Suara Alex terdengar di seberang sana.{Apa dia
"Ya, udah! Lu aja yang terima, gue kagak bisa menghentikan motor, ntar tuh cewek kagak terkejar lagi, gue udah mendapatkan dia di sana!"Sambil bicara demikian, Kazaya memberikan ponselnya pada Bertrand agar Bertrand menerimakan panggilan itu jika memang yang sedang memanggil adalah Alex. Ternyata memang Alex yang menelpon hingga Bertrand langsung menerima.{Bang, ini Bertrand, Kazaya lagi bawa motor, kita lagi ngejar perempuan yang menolong Tuan Kazumi itu, dia pergi ketika kami ingin mengintrogasi dia}Ketika ia menerima panggilan tersebut, Bertrand langsung bicara demikian pada Alex. {Oh, gitu. Sebaiknya, kalian jangan mengejar terlalu dekat, tolong beritahu Tuan Kazaya untuk kembali saja biar aku yang melakukan pengejaran untuk orang-orang itu}{Sepertinya itu sulit, Bang. Kazaya terlihat emosi sekarang, akan sulit untuk mencegah dia yang ingin terus mengejar perempuan itu}{Kemungkinan orang-orang yang membawa Tuan Kazumi itu adalah orang-orang ayah perempuan itu, jadi bukan or
"Tolong, berikan aku kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini, ayahku itu orangnya keras, jika kalian ikut campur, aku khawatir dia semakin nekat berbuat sesuatu pada Kazumi.""Apa yang akan lu lakuin? Merampas Kazumi dari bokap lu, lalu membawa dia balik ke villa? Gimana kalo ternyata, orang-orang Ernesto juga tahu di mana keberadaan Kazumi, apa lu bisa memberikan perlindungan untuk dia? Jangan keras kepala, lu kagak punya kekuatan sebesar itu untuk memastikan Kazumi baik-baik aja!" "Aku tahu, tapi aku akan melakukan komunikasi dahulu dengan -""Siapa mereka?"Ucapan Moa dipotong oleh perkataan Bertrand yang tiba-tiba saja melihat beberapa motor dan mobil bergerak cepat melintasi mereka. Karena mereka tidak berada persis di tepi jalan, orang-orang yang melintas cepat itu tidak memperhatikan mereka dengan baik, dan wajah Moa berubah tegang melihatnya. Ia segera bersiap untuk mengendarai motornya kembali meskipun rasa sakit di kakinya semakin terasa, dan perempuan itu segera mengel
"Ya, Kazumi memutuskan untuk tidak mau melukis lagi, karena itu ada hubungannya dengan kematian ibunya, untuk lebih detailnya aku tidak terlalu tahu, tapi yang aku tahu, itulah alasannya.""Jadi, apakah kemungkinan karena itu, Kazumi selalu mengatakan dia bukan pembunuh? Kematian ibunya ada hubungannya dengan dia dan lukisannya, apakah benar begitu?""Mungkin....""Apakah menurut Bang Andreas, Kazumi memang membunuh ibunya?""Kurasa tidak, tapi untuk kecelakaan yang disebabkan olehnya bisa saja seperti itu.""Jadi, Kazumi menyimpan perasaan bersalah, hingga ia tidak mau melukis lagi?""Sepertinya begitu.""Terima kasih, Bang Andreas mau mengatakan hal ini padaku.""Lalu, apa yang kamu maksud dengan hal yang rahasia itu?"Syena menarik napas panjang mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Andreas."Pernikahan antara aku dan Kazumi itu hanya pernikahan kontrak, Bang. Aku menikah dengan Kazumi untuk menepis kabar buruk bahwa Kazumi datang ke tempat hiburan malam karena ingin memburu Rac
"Darimana Bang Andreas membuat kesimpulan kalau aku menyukai Kazaya?" tanya Syena setelah beberapa saat ia terdiam."Sejak aku melihat kalian kerap tampil bersama, aku sudah tahu ada yang aneh dari sikapmu padanya.""Bagaimana kau tahu bahwa itu Kazaya?" tanya Syena sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Andreas."Aku sangat tahu Kazumi, jadi aku bisa membedakan antara Kazumi dengan Kazaya.""Jadi, saat aku dan Kazaya tampil bersama untuk kepentingan kantor, Bang Andreas sudah tahu bahwa itu bukan Kazumi?""Ya!""Kenapa Bang Andreas tidak membocorkan kebohongan kami?""Kau pikir aku sepicik itu? Aku tidak membocorkan karena kebohongan kalian pasti ada alasannya, saat itu Kazumi belum ditemukan, untuk membuat rekan bisnis Kazumi tenang, kalian meminta Kazaya untuk menyamar jadi Kazumi, bukan?"Andreas memang bukan orang yang sederhana, dia tahu sejak awal bahwa Kazaya menyamar menjadi Kazumi, artinya dia memang benar-benar paham perbedaan Kazumi dengan Kazaya, berarti, dia mem
Syena menarik napas mendengar beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh Andreas. Hingga akhirnya...."Ya. Aku pernah menanyakan masalah ini pada Alex, tapi, Alex tidak mau menjawab. Aku tidak tahu pasti mengapa ia tidak mau menjawab pertanyaanku mengenai hal itu, yang jelas, aku sudah pernah melakukannya."Andreas menatap wajah Syena untuk sesaat setelah perempuan itu menuntaskan ucapannya."Kazumi dulu senang melukis, lukisannya sangat bagus dan bernilai seni tinggi, almarhum ibunya memang sangat menyukai lukisan, karena itulah Kazumi berusaha untuk membuat ibunya senang dengan terus melukis apapun yang diinginkan oleh ibunya."Perlahan, Andreas mulai bercerita, Syena memasang telinga dengan baik, tidak mau terlewat sedikitpun untuk mendengarkan hal yang diceritakan oleh Andreas."Apakah selain melukis, Kazumi juga berniat untuk menjadi penerus ayahnya?""Sebenarnya tidak.""Abang tau darimana?""Aku pernah mendengar Kazumi bergumam pada dirinya sendiri waktu itu, bahwa sebenarnya ia
"Banyak keuntungan yang akan kau dapatkan, jika kau bergabung dengan kami, Kazumi, terutama untuk perusahaanmu, akan berkembang pesat sampai ke luar negeri jika kau mau patuh dengan apa yang dikatakan oleh bos kami.""Jadi, bebaskan Rachel dan keluargaku, jangan sentuh mereka, apakah kau bisa memastikan hal itu?""Asalkan kau mau menuruti apa kata bos kami, apapun yang kau inginkan, bisa dipertimbangkan.""Jadi, tunggu apalagi? Aku setuju untuk bergabung dengan kalian, tapi bebaskan Rachel, kembalikan dia ke rumah, setelah kalian mengembalikan dia ke rumah, aku baru bisa menyetujui keinginan kalian."Michael membalikkan tubuhnya dan menatap Kazumi dengan tatapan mata serius. "Kau tidak main-main dengan hal ini, bukan?""Bukankah syarat dari kalian hanya dengan cara aku bergabung dengan kalian? Jika aku bergabung, biarkan keluargaku bebas, jangan sentuh mereka!""Baiklah. Aku akan berkomunikasi dengan Tuan Ernesto dulu, kau bisa memastikan bahwa istrimu kembali ke rumah telpon saja di
"Maaf, tapi itulah yang aku rasakan."Moa menarik napas panjang. Ingin membantah, tapi ia tidak bisa. Karena apa yang dipikirkan oleh Zill sebenarnya juga tengah ia pikirkan, hanya saja, Moa tidak mau mengiyakan karena ia merasa itu hanya pikirannya saja."Jadi, apakah kau punya saran?" tanyanya pada Zill."Kau yakin akan bertahan dengan pernikahan yang seperti itu?""Apa maksudmu?""Maksudku, kau yakin, akan bertahan hidup dengan Kazumi sementara pernikahan kamu dan dia bisa dikatakan tidak sah?""Tidak sah bagaimana? Aku dan Kazumi benar-benar dinikahkan oleh penghulu, bagaimana mungkin kau mengatakan bahwa pernikahan kami tidak sah?""Dia hilang ingatan, apakah layak kau menikah dengan seseorang yang sedang amnesia?"Telapak tangan Moa mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Zill. "Kita pernah membahas masalah ini, tapi kamu tetap tidak peduli, sekarang aku kembali membahasnya agar aku yakin, kamu memang benar-benar tidak peduli.""Sudahlah. Itu masalahku, kau tidak perlu ikut
"Tunggu! Apa yang akan kau lakukan?!" tahan Kazumi dengan suara yang meninggi hingga pergerakan Rachel ke arah pintu terhenti seketika."Aku sudah mengatakannya dengan jelas padamu, itulah yang akan aku lakukan!""Tidak bisakah kamu diam saja di sana? Aku berusaha untuk tidak membuat Yurata marah, kenapa kau justru bersikap seperti ini?""Karena aku tidak suka kamu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kau lakukan!""Memangnya kau tahu aku tidak mau melakukan itu? Aku hanya sedikit canggung karena lama tidak melukis. Bukan tidak mau melukis!""Benarkah? Berarti, kau mengakui bahwa kau memang pandai melukis?""Melukis itu semua orang bisa, Rachel, kalau dia mau.""Tidak. Buktinya aku tidak bisa melukis."Kazumi ingin menanggapi apa yang dikatakan oleh Rachel, tapi tiba-tiba saja pintu dibuka dari luar dan beberapa pria masuk ke dalam hingga membuat Rachel dan Kazumi mengira mereka adalah orang-orang Yurata. Namun, ketika mereka tanpa bicara mencekal pergelangan tang
Pertanyaan Rachel dibarengi dengan tatapan mata Rachel pada mata Kazumi yang saat itu mau tidak mau juga menatap istrinya. Kazumi ingin mengatakan tidak, tapi sentuhan jemari tangan Rachel pada rahangnya membuat ia sulit untuk bicara. Sementara itu, jantungnya berdebar kencang, seiring napas Rachel yang menyapa wajahnya disertai sentuhan jemari tangan perempuan itu pada rahangnya. "Aku...."Ucapan Kazumi terhenti ketika tiba-tiba saja, Rachel mencium bibirnya. Satu tangan perempuan itu menarik tengkuk Kazumi agar posisi bibir mereka tetap bertahan seperti itu tanpa terlepaskan. Kazumi merasa sekujur tubuhnya mendadak kaku. Sementara itu, Rachel yang sudah mendaratkan ciumannya pada bibir Kazumi perlahan bergerak mencium lebih dalam lagi. Rachel tidak tahu, sejak kapan ia seperti itu, mampu mengabaikan perasaan malunya untuk menyentuh laki-laki terlebih dahulu, tapi yang jelas yang ada di otaknya hanya satu, ia melakukan itu karena Kazumi ingin mengakhiri pernikahan mereka. Meskip
"Lu, mau ikut? Apa yang bisa lu lakukan kalau lu ikut?" kata Kazaya dengan nada suara yang datar, dan Syena tahu ia sedang diremehkan oleh Kazaya. Namun, ia tetap tidak mau peduli dengan sikap Kazaya yang seperti itu padanya."Mungkin aku tidak bisa banyak membantu, tapi, aku akan-""Lupakan! Bawa cewek bikin gue susah bergerak, lu di rumah aja, jaga situasi di rumah tetap stabil, karena bukan kagak mungkin, relasi bisnis bokap gue akan bereaksi."Setelah bicara seperti itu pada Syena, Kazaya beranjak tanpa peduli Alex dan Syena yang sebenarnya masih tak setuju dengan apa yang dikatakannya tadi.Pria itu tidak bisa ditahan oleh Syena maupun Alex dan beberapa saat kemudian, ia sudah pergi meninggalkan rumah dengan motornya.Sepeninggal Kazaya, Alex segera menegaskan pada Syena untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Kazaya tadi padanya. Sementara ia sendiri juga mulai melakukan pelacakan, siapa orang-orang yang membawa Kazumi, apakah benar Kazumi dan Rachel sedang dibawa oleh orang-ora
Melihat perubahan yang terjadi pada wajah Kazumi, Rachel buru-buru mendekati sang suami dan ingin tahu kertas apa yang diberikan oleh Yurata pada Kazumi.Tetapi, saat Rachel ingin melihat, Kazumi segera menyembunyikan kertas itu agar Rachel tidak bisa melihatnya. "Apa yang diperintahkan orang itu padamu?" tanya Rachel sambil menatap lurus ke arah suaminya tersebut."Kau tidak perlu tahu.""Kamu sekarang benar-benar sudah menjadi budak dia?""Aku tidak punya pilihan lain, Rachel!""Punya! Aku sudah bilang, aku tidak masalah dijual pada pria bernama Ernesto itu, asalkan mereka tidak menekan kamu!""Untuk apa kamu mengorbankan diri seperti itu?""Ke satu, karena aku tidak mau berutang budi padamu, yang kedua karena aku mencintaimu dengan tulus.""Tidak perlu repot-repot."Kazumi bangkit dan melangkah ke arah pintu di mana anak buah Yurata membuka kembali pintu tersebut untuk memberikan peralatan melukis.Ia menerima peralatan itu dan melangkah ke arah sudut kamar untuk mulai melakukan p