Mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya, Bertrand terdiam. Ia bingung apakah ia bicara jujur atau tidak, jika jujur apakah Kazaya bisa menerima, dan jika tidak apakah itu jalan yang terbaik?"Tidak perlu dibahas, maaf, aku sudah banyak bicara, lupakan. Aku akan pulang, terima kasih karena kamu sudah mau melukis bersamaku."Akhirnya, Bertrand memilih untuk tidak meneruskan pembahasan. Ia tahu karakter Kazaya keras dan meledak-ledak, berbeda dengan Kazumi yang meskipun juga keras tapi masih bisa menyembunyikan semua itu lewat sikap diamnya. Itu sebabnya, Bertrand memilih untuk tidak mengatakan hal yang sejujurnya, tapi perkataan Bertrand justru membuat Kazaya tidak puas."Lu kagak boleh pergi kalo belum mengatakan hal yang sebenarnya pengen lu katakan!" katanya dengan nada suara yang masih diselimuti emosi."Zaya, aku hanya ingin kamu tidak usah mengingkari hatimu sendiri, kau dan Tuan Kazumi itu bersaudara kembar, dan memang tidak ada perbedaan yang terlihat di antara kalian selain h
"Aku enggak melakukan hal itu, Zaya, lagian, kenapa kamu terlalu sensitif untuk masalah seperti ini, sih? Kalau memang kamu suka melukis harusnya kamu enggak akan terganggu sedikitpun tentang apa yang dikatakan oleh orang padamu, itu enggak penting!""Tapi gue kagak suka diselidiki, Syena! Lu itu belakangan ini emang keliatan bener mau menyelidiki gue, lu itu lancang, tau! Paham kagak lu?""Kalau memang kamu enggak merasa melakukan apapun, kenapa kamu merasa diselidiki? Kamu merasa diselidiki karena kamu menyimpan sebuah rahasia, iya, kan?"Telapak tangan Kazaya mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh Syena, dan kali ini, Syena tidak mau mengalah begitu saja meskipun ia tahu apa yang sudah dilakukannya ini seharusnya tidak ia lakukan tapi entah kenapa ia merasa harus melakukannya karena baginya itu penting untuk diungkapkan."Lu paham tentang sebuah privasi kagak? Setiap orang punya privasi masing-masing dan kagak setiap orang mau keadaan itu terungkap, lu orang lain, Syena, lu kag
"Jawab! Kenapa lu diam aja? Ngomong sama gue!" seru Kazaya tidak sabar, dan membuat Bertrand mundur untuk beberapa saat. "Zay, aku minta maaf sebelumnya, mungkin kamu akan marah mendengar hal ini, tapi aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana, hanya saja, aku ada ide, aku ingin kamu bekerja sama dengan aku, bukankah kalian sedang mencari Pak Boris? Kalau kamu mau bekerjasama dengan aku, mungkin kita bisa membuat dia tertangkap.""Oke, lalu sekarang apa? Lu menemukan dia, di mana?""Sepertinya, dia sedang diperintahkan oleh seseorang, dan aku ingin kamu tidak gegabah mengatasi hal ini.""Ya, udah! Ngomong, gimana? Lu maunya apa?"Bertrand menarik napas panjang, lalu secara singkat, ia mulai menceritakan apa yang sedang terjadi hingga ia harus kembali lagi ke rumah Kazaya padahal ia juga merasa tidak nyaman melakukan hal itu."Ooooh, jadi dia pengen lu meriksa badan gue? Biar dia tau gue itu Kazumi atau Kazaya?"Kazaya langsung menanggapi cerita Bertrand seperti itu. "Maaf, aku terp
Pak Boris ingin merampas ponsel yang ada di tangan Bertrand karena merasa Bertrand tidak bergegas memberikan apa yang diinginkannya. Namun, karena Bertrand masih tidak menemukan adanya Alex dan juga Kazaya, Bertrand sengaja tidak memberikan agar ia bisa mengulur waktu supaya ia bisa melakukan aturan yang dibuat oleh Alex. Jika ia belum melihat Alex dan Kazaya, dan Pak Boris mengetahui bahwa ia tidak mengambil foto yang diinginkan ayah Syena tersebut, Bertrand khawatir rencana penangkapan yang sudah diatur Alex jadi berantakan, dan Bertrand juga tidak mau itu terjadi. Namun, apa yang dilakukan oleh Bertrand justru membuat Pak Boris kesal. Ia tidak mau mengulur waktu karena Radit pasti akan marah, apalagi ponsel itu adalah miliknya yang diberikan oleh Radit agar Radit mudah untuk menghubunginya, jika Radit menghubunginya ponsel itu masih di tangan Bertrand, Pak Boris khawatir Radit akan murka padanya.Berpikir sampai di sana, Pak Boris makin menodongkan pisau di tangannya pada Bertra
"Ayah! Ayah kenapa?!!" Sambil berteriak demikian, Bertrand memburu ayahnya yang tergeletak di lantai kamar. Sepertinya, sang ayah ingin beranjak keluar dari kamar tapi kemudian terjatuh dan....Bertrand berteriak memanggil ayahnya ketika ia sadar ayahnya sudah tiada!Para tetangga yang mendengar teriakan Bertrand mulai berdatangan. Mereka terkejut karena teriakan Bertrand sangat keras dan itu membuat mereka mau tidak mau masuk ke rumah sederhana tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Bertrand seolah kehilangan daya untuk berdiri. Jangankan untuk berdiri, menjawab pertanyaan para tetangganya saja ia tidak sanggup sampai akhirnya Bertrand hanya pasrah ketika para tetangganya menyarankan dirinya untuk melakukan prosesi pemakaman karena sang ayah memang sudah meninggal.Tidak ada tanda-tanda kekerasan yang terjadi, ayah Bertrand meninggal karena penyakit yang sudah lama dideritanya. Sekian lama Bertrand berusaha untuk membuat ayahnya bertahan hingga pria itu mau melakuka
"Cara apa itu?" tanya sang istri sambil menatap wajah suaminya dengan sangat serius."Kau tidak perlu tahu, lakukan saja perintahku, sekarang!"Lina menarik napas berat. Sebenarnya, ia enggan melaksanakan perintah sang suami untuk mendatangi kantor Radit. Namun, karena ia juga penasaran cara apa lagi yang akan ditempuh suaminya untuk membuat orang kaya itu jadi tidak merendahkan mereka, Lina akhirnya melaksanakan tugas itu meskipun setengah hati. ***Lina berhasil ke kantor Radit dengan informasi yang diberikan oleh suaminya tentang di mana kantor Radit berada. Meskipun menyamarkan penampilannya agar ia tidak terlalu kentara khawatir ia dicurigai, perempuan itu akhirnya dipersilahkan masuk ke ruangan Radit tepat saat Radit baru saja masuk ke ruangannya setelah melakukan rapat."Kau ingin aku membantu suamimu?" tanya Radit tanpa mempersilakan Lina untuk duduk."Iya. Bukankah dia bekerja untuk, Tuan? Jadi sudah sewajarnya Tuan membantunya untuk bisa bebas dari jeratan hukum.""Enak sa
Bertrand terhuyung diperlakukan seperti itu oleh Kazaya. Tetapi, ia tidak bereaksi apa-apa kecuali hanya menatap wajah Kazaya sejenak lalu ia kembali melangkahkan kakinya menyusuri trotoar seperti orang yang tidak ada arah dan tujuan. Tadinya, Kazaya ingin marah. Ia mengira, Bertrand memang sengaja ingin mencari perkara, tapi ternyata dugaannya salah, ia melihat Bertrand seperti orang yang sangat terpukul dan linglung hingga Kazaya mengurungkan niatnya untuk melampiaskan kemarahannya pada pria tersebut."Lu kenapa? Kenapa lu macam mau mati?" tanyanya sambil menatap wajah Bertrand yang sangat kentara sangat suram."Aku memang ingin mati saja...."Bertrand menjawab pertanyaan Kazaya tanpa menatap wajah Kazaya, pandangan matanya sangat kosong hingga Kazaya benar-benar tidak paham mengapa pria itu jadi demikian."Mau mati? Lu kira mati itu ringan? Mumpung masih hidup siapin bekal dulu baru mikir mati!"Bertrand menarik napas. Ia menyingkirkan tangan Kazaya yang memegangnya dan segera in
Tidak hanya sampai di situ, Kazaya yang marah mendengar apa yang diucapkan oleh Bertrand benar-benar tidak bisa lagi menahan emosinya. Pria itu kembali memberikan Bertrand pukulan hingga tubuh Bertrand semakin tersungkur karena perbuatan Kazaya.Beberapa orang yang menyaksikan apa yang dilakukan oleh Kazaya segera menahan Kazaya dan menjauhkannya dari Bertrand."Kagak usah sok ikut campur lu! Lu kagak tau apa yang sebenarnya terjadi, jadi jangan seenaknya ngomong seolah-olah lu tau segalanya!"Meskipun dijauhkan dari Bertrand, Kazaya masih sempat berteriak demikian namun Bertrand tidak peduli karena ia sibuk menahan rasa sakit akibat pukulan yang diberikan oleh Kazaya pada tubuhnya.***Syena kembali datang menemui Bertrand, tapi kali ini mereka tidak bertemu di rumah Bertrand karena Syena tidak nyaman lantaran ayah Bertrand sudah meninggal dan ia di mata orang masih berstatus istri Kazumi hingga ia merasa akan ada pembicaraan yang tidak baik berhembus jika ia melakukan hal itu. Menem
Andreas dan Rachel itu bicara berduaan sedang membicarakan apa? Apa mereka berhubungan di belakang Kazumi? Mereka bertemu di rumah sakit ini karena apa?Seseorang yang memperhatikan Andreas dan Rachel itu adalah Radit. Radit yang menyelidiki tentang Kazumi atas perintah ayahnya secara tidak sengaja bertemu Andreas di jalan, lalu ia mengikuti dan ia tidak menyangka ternyata Andreas ke rumah sakit dan ada pula Rachel di rumah sakit tersebut.Radit tidak tahu jika di rumah sakit itu ada Kazumi dan Kazaya dirawat, ketika ia masih ingin mengetahui apa yang dibicarakan oleh Rachel dan juga Andreas, tiba-tiba saja...."Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Radit!"Tanpa diduga oleh Radit, Alex sudah berdiri di sampingnya membuat Radit terkejut dan berusaha untuk bersikap biasa agar Alex tidak tahu ia sedang menguntit sejak awal."Apakah rumah sakit ini milikmu? Aku tidak boleh ada di sini?""Rasanya aneh saja, tempat ini jauh dari kota, tapi Anda bisa sampai kemari, jika Anda sedang berobat, k
"Pernikahan kamu dengan Kazumi itu sebenarnya, tidak sah, Moa. Karena kau menikah dengan Kazumi saat dia hilang ingatan...."Moa tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Zill padanya."Dengan kata lain, kamu enggak setuju kalau aku ingin tinggal di rumah Kazumi?""Situasi Kazumi dan Kazaya sedang tidak baik-baik saja, aku rasa, jika kau ada di rumah mereka, itu akan membuat situasi mereka menjadi semakin tegang.""Kau khawatir para istri Kazumi bersikap buruk padaku?""Bisa juga sebaliknya, kan?""Kau ini teman siapa? Kau temanku tapi kau bersikap seperti musuhku!""Jangan lupa, Kazaya adalah temanku, jadi aku hanya ada di tengah-tengah, tidak memihak kalian.""Ck! Aku memang tidak pernah menang melawan kamu kalau sudah berdebat.""Sudahlah, berdamai dengan orang tua, jangan buang impian besarmu hanya karena cinta, Moa.""Hidup bahagia dengan orang yang dicintai juga salah satu impian besarku, Zill, karena kau tidak bisa merealisasikan mimpiku itu, aku rasa wajar jika aku men
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Alex. Untuk sesaat, Zill terdiam. Ia sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan tersebut karena khawatir akan membuat Moa dalam kesulitan. Melihat Zill diam saja sementara ia sudah tidak sabar untuk menunggu jawaban, Alex semakin curiga, Zill benar-benar orang yang patut dicurigai. Pria itu langsung mencekal salah satu pergelangan tangan Zill dan menariknya untuk ke tempat yang lebih sepi orang. "Kenapa kamu tidak bisa menjawab? Tidak bisa menjawab karena memang kau memiliki rencana lain untuk Tuan Kazaya dan Tuan Kazumi?"Alex mendesak Zill sehingga Zill merasa gerah juga karena ia merasa jadi tertekan. "Aku tidak punya rencana apapun, aku melakukan penyelidikan itu semata-mata khawatir pada Kazaya saja. Aku dan Kazaya satu perguruan, seperti halnya Vivian yang mencemaskan Kazaya terjerumus organisasi seperti itu, seperti itulah aku merasakan hal yang sama untuk dia.""Apa yang kau lakukan pada temanku?" Sebuah suara membuat perdebatan a
Sebenarnya, pertanyaan Zill sangat mudah untuk dijawab. Akan tetapi, Vivian jadi tidak bisa menjawab ketika merasakan aura Zill yang mampu membungkam mulutnya hingga ia tidak bisa bicara untuk beberapa saat. "Vi. Sekali lagi aku tegaskan, kita harus bekerjasama di sini, setelah itu jika kita sudah selamat dan sampai di tempat kita masing-masing, aku berjanji tidak akan ikut campur lagi dengan apapun yang kau dan Syena lakukan."Zill melanjutkan ucapannya, masih dengan nada seperti tadi hingga membuat Vivian menarik napas."Baiklah. Aku minta maaf sudah membuat kau marah. Tak perlu dibahas lagi, aku sudah cukup paham.""Kau bisa berjalan?""Jika tidak bisa, apakah kau akan memapah aku?""Kalau semua yang ada di sini tidak bisa berjalan, aku terpaksa memapah kalian bergantian.""Sudahlah. Pikirkan saja Kazaya dan Syena, aku tidak perlu. Aku masih bisa mengurus diriku sendiri."Zill menghela napas. Ia tidak lagi menanggapi perkataan Vivian. Tidak mau pembicaraan mereka semakin menghamba
"Apa yang kalian lakukan di sana?"Sebuah suara membuat niat Syena yang ingin menanggapi pertanyaan menohok yang diucapkan oleh Vivian terhenti seketika.Zill menghampiri mereka tanpa Kazaya, entah di mana Kazaya diletakkan oleh Zill, hingga pria itu menghampiri Syena dan Vivian yang sedang bertengkar."Ah, tidak ada. Syena sedang kelelahan, jadi aku mengajak dia untuk istirahat sejenak."Vivian menyenggol Syena, agar Syena mengiyakan apa yang dikatakannya pada Zill, dan Syena menurut. Zill menghela napas mendengar alasan yang diucapkan oleh Syena seolah-olah ia tidak percaya dengan alasan tersebut."Tolong kerjasamanya. Kita sedang berjuang melawan maut, kita tidak tahu apa yang akan kita temui di depan, kalau kita tidak bekerja sama, bagaimana kita bisa melewati itu semua dengan baik?"Seraya bicara demikian, Zill menatap ke arah Syena dan Vivian satu persatu."Oke. Jangan khawatir, aku juga tidak mau mati di tempat seperti ini, ada banyak hal yang harus aku kerjakan dan aku tidak
Mendengar apa yang diucapkan oleh Syena, Kazaya langsung menolak. Sebenarnya, Zill dan juga Vivian juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Kazaya, namun mereka didahului Kazaya hingga keduanya jadi menatap ke arah Kazaya setelah itu mereka saling pandang.Sementara itu, mendengar Kazaya tidak setuju dengan apa yang ia katakan, sejujurnya hati Syena jadi bergemuruh. Namun, karena ia melihat Kazaya tadi mencium Vivian, Syena jadi mengabaikan perasaan bergemuruh itu dan memilih untuk tidak terpengaruh meskipun itu sangat sulit untuknya."Aku sudah memutuskan, tolong hargai keputusan yang aku buat, kondisi Kazaya jauh lebih parah dan dia seperti itu karena kecerobohan aku, jadi wajar jika aku melakukan hal ini, membawa aku yang tidak bisa berenang, itu pasti akan sulit, jadi kalian pergi saja, aku tidak masalah."Syena bicara lagi, dan kali ini, Kazaya berusaha untuk melepaskan diri dari pegangan tangan Vivian dan juga Zill.Namun, ketika nyaris bisa melepaskan pegan
Bayangan saat ia mencium bibir Syena berkelebat lagi di benak Kazaya ketika Vivian mengucapkan pertanyaan itu padanya."Kamu enggak bisa jawab berarti, emang ada yang terjadi antara kamu dan dia, kan?" tanya Vivian lebih lanjut karena Kazaya tidak bicara sama sekali sementara ia menunggu jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan tadi."Udahlah, kagak perlu bahas itu lagi kali, gue jadi kagak bisa mengumpulkan energi kalo lu ajak ngomong gituan melulu.""Karena kalian memang berciuman?""Lu kenapa, sih? Gue tahu, cewek itu suka baper, tapi itu bukan lu, Vi! Lu itu kagak baperan orangnya!""Aku juga punya perasaan, kamu harus ingat itu! Saat kamu menolakku karena kamu hanya menganggap bahwa aku cuma kakak kamu, kamu melakukan itu dengan santai karena kamu yakin aku bisa menerima kenyataan dengan baik lantaran menurut kamu, aku bukan wanita yang gampang terbawa perasaan, tapi, Zay. Kamu enggak tahu aku benar-benar terpuruk waktu itu!"Karena situasi jadi semakin serius, Kazaya tadinya tida
Jika Vivian hanya diam saja ketika Kazaya melontarkan pertanyaan itu pada mereka, tidak bagi Zill. Ia ikut mengedarkan pandangannya ke sekitar mereka untuk mencari sosok Syena, namun, Syena memang tidak ada di mana-mana sampai Zill akhirnya bangkit. "Aku akan mencarinya," katanya pada Vivian dan Kazaya, tapi baru saja keduanya ingin menanggapi, tiba-tiba saja Syena muncul dengan penampilan yang sangat kotor."Kau darimana?" tanya Zill tanpa peduli Vivian yang menatapnya karena ia langsung melontarkan pertanyaan itu pada Syena."Aku berusaha mencari jalan keluar agar kita bisa naik tanpa harus naik."Syena menjawab pertanyaan Zill, tapi apa yang diucapkannya justru membuat Vivian tertawa karena ia merasa apa yang dikatakan oleh Syena sangat mustahil."Mencari jalan keluar agar kita bisa naik, tapi kita enggak perlu naik? Apa maksudnya? Itu mustahil! Aku dan Zill bisa sampai ke sini karena kami turun, ada jalan menurun artinya kalau kembali kita harus naik, Syena!" katanya dan ucapan V
Mendengar apa yang dipertanyakan oleh Zill, Vivian terkejut. Ia merasa tidak pernah mengatakan pada Zill bahwa ia pergi ke Samarinda Kalimantan Timur untuk menemui perempuan bernama Mitha itu, tapi mengapa Zill sampai tahu apa yang ia lakukan?Apa Mitha mengatakan pada Zill kalau aku menemuinya?Hati Vivian berbisik demikian, sambil berusaha untuk mencari kalimat yang tepat untuk ia ucapkan pada Zill."Mitha memberitahumu kalau aku menemuinya?" Akhirnya, Vivian memilih untuk melontarkan pertanyaan tersebut pada Zill."Dia bukan tipe wanita yang suka mengadu."Vivian tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Zill tentang perempuan tersebut. "Kau pernah ketemu dengan dia? Apakah kau mengatakan itu hanya dengan mengandalkan insting kamu saja? Instingmu itu tidak tajam, Zill. Dia sudah menikah pun kamu tidak tahu, kan?""Aku bertanya padamu, apa yang ada dalam pikiran kamu sampai kamu nekat ke sana menemuinya?"Zill tidak mau menjawab pertanyaan dari Vivian tentang hal itu, ia l