Melihat kondisi pintu yang hampir tertutup. Ruly tiba-tiba berlari ke arah pintu. Dan dengan cepat ia membukanya saat hendak dikunci dari dalam.Lusiana dan Paul langsung berlari menuju ke dalam ruangan. Dan Ruly seketika mengejar mereka berdua.Adam mengejar Ruly yang mencoba mencelakai Lusiana dan anaknya.Dan kala ia mencoba meraih kepala Ruly dari belakang.Tiba-tiba Ruly bergerak cepat hingga Adam tak dapat menjangkaunya."Sial!Gerakan dia cepat sekali!" seru Adam, menatap ke segala arah mencoba mencari keberadaannya.Jody tengah berada di belakang Adam. Lalu ia pun berkata, "Pak Adam, baru saja aku melihatnya bergerak menuju ke lantai bawah. Kecepatan dia kini berkali-kali lipat dari biasanya. Aku yakini, dia telah memajukan penemuannya hingga dapat membuatnya lebih kuat dari pada zat sebelumnya. Jika kita lengah, maka mudah sekali baginya untuk mengalahkan kita,""Baik, aku akan mengejarnya!"Adam langsung menuruni lantai dan saat ia sampai di ruangan yang gelap. Ia tak meliha
Adam sejenak menghentikan langkahnya. Demi keselamatan istri dan anaknya."Ayah, tolong aku ayah!" Paul, berteriak dengan wajah ketakutan."Tenang dulu Paul," jawab Adam."Hahaha! Sekarang mau apa? Aku tak akan melepaskan mereka. Karena aku akan membunuh mereka di depan matamu!" seru Ruly, tiba-tiba mengarahkan senjata ke arah kepala Paul.Saat ia mulai menekan pelatuknya, secara tiba-tiba Jody melompat menyundul senjata itu.Prakk...Tembakan meleset mengenai tembok. Adam seketika bergerak mengambil senjata. Dan Ruly pun mencoba berlari dari posisinya.Senjata itu kini dalam genggaman Adam dan saat Ruly tak terlihat keberadaannya.Adam dengan batinnya melihat keberadaan musuhnya itu.Ruly tengah bersembunyi di balik sebuah lemari besi.Namun sejenak Adam membiarkannya. Ia lantas menembak sebuah borgol yang membelenggu kedua tangan Jody.Kini Jody dapat bergerak bebas."Terima kasih Adam, aku berjanji akan membantumu dengan tumpah darahku," ucap Jody.Lantas ia berdiri, lalu mengeluar
Ruly tewas seketika dengan luka menganga di dadanya.Matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar.Darah mengalir semakin deras membasahi lantai.Adam menoleh ke arah Jody. "Sekarang, habislah riwayatnya," ucapnya.Jody menganggukkan kepala. "Kerja bagus Tuan," Jawabnya.Di belakang keberadaannya. Lusiana dan Paul masih terlihat ketakutan.Mereka tengah memegangi kedua telinganya setelah suara bising tembakan menggelegar.Lantas Adam membuang senjata dan menghampiri mereka."Paul, kamu tidak usah takut, semua sudah berakhir," ucap Adam.Paul lantas membuka kedua tangannya yang menutupi telinga. Lalu menoleh ke arah ayahnya."Ayah!"Paul berteriak lalu memeluk sang ayah.Lusiana turut menghampiri mereka berdua lalu memeluknya dengan hangat.***Setelah kematian Ruly, mereka keluar dari ruang bawah tanah.Di luar ruangan keadaan begitu luluh lantah. Banyak korban jiwa dari kedua belah pihak."Ayah, apakah situasi ini benar-benar sudah aman?" tanya Paul."Kamu tetaplah di sini bersama P
Di kediaman, Jody tengah duduk di sebuah bangku taman.Sementara Adam duduk di hadapannya. Lalu ia menyodorkan sebatang cerutu kepada Jody."Kau menyukai ini?" tanya Adam."Ya, tentu saja. Sudah lama aku tak menikmati cerutu istimewa seperti ini," jawab Jody, lalu ia mengambil satu batang cerutu dari telapak tangan Adam.Lantas Jody mengambil sebuah korek gas yang telah disediakan di atas meja kecil di atas rerumputan.Tampaknya, matahari perlahan menghilang di ufuk barat, bersamaan dengan suara jangkrik yang terdengar bersahutan.Di tengah kesibukan para pria bertubuh tegap yang sedari tadi merapihkan istana setelah porak poranda.Serta membawa seluruh jasad rekan-rekannya untuk dimakamkan secara layak di sebuah tanah yang telah disiapkan di sisi istana.Kala angin dingin menerpa tubuh, seketika senampan berisi dua cangkir kopi disajikan oleh seorang pelayan."Permisi tuan, ini kopi hitamnya. Gulanya tinggal ambil saja sesuai selera," ucap sang pelayan seraya menaruh dua cangkir kopi
Di sebuah jalan setapak, yang dikelilingi sebuah perkebunan lebat di tengah desa. Mobil berhenti secara tiba-tiba.Sang supir terdiam membisu di bangku kemudi.Jody menepuk pundak sang supir lalu berkata."Kenapa berhenti?! Aku tak menyuruhmu menepikan mobil!"Supir itu tetap saja terdiam.Namun Jody yang telah merasakan firasat buruk tentang sang supir. Seketika menggenggam sebuah senjata yang disimpan di pinggangnya.Sang supir mengambil ponsel dari tasnya. Dan menempelkannya di telinga.Sebuah bisik terdengar hingga ke telinga Jody.Tanpa banyak bicara, Jody menempelkan senjatanya ke punggung sang supir."Letakkan ponselmu, atau besi panas ini akan menembus punggungmu!"Supir itu menoleh ke arah Jody. Lalu memperlihatkan sesuatu di layar ponselnya."Kau mengancamku? Haha!""Lihatlah, waktu kita hanya tinggal beberapa detik lagi di mobil ini!" seru sang supir yang ternyata seorang relawan pasukan merah."Sial!" Jody berseru.Dan dalam waktu 60 detik, ia harus keluar dari mobil yang
Kekalahan besar pasukan pemberontak, begitu juga kelompok mafia yang menaunginya. telah membuat api kemarahan dari kelompok mafia di penjuru negeri.Kabar telah menyebar luas hingga di seluruh media massa. Hal itu menjadi tamparan keras yang membuat mereka kehilangan kewibawaan.Di sebuah bangunan tua yang menjadi markas mafia terbesar di kota Orkha, ujung barat negeri Andalas.Dasvanco, sang Bos besar yang memegang bisnis perdagangan opium di kota itu. Duduk di antara pria berjas hitam seraya menghisap cerutunya.Raut wajahnya begitu tajam mengisyaratkan amarah. Di tengah suasana tegang di ruangan itu. Tiba-tiba,Brakk!Meja di hadapannya terguling hingga menimbulkan suara gaduh. Tampak urat menyembul keluar dari barang lehernya. Bersamaan nafas yang memacu naik turun. Kedua tangannya menggenggam erat tak kuasa menahan murka.Lalu sejenak Sang bos besar duduk di bangku pribadinya. Sebatang cerutu dihisapnya begitu dalam. Namun tiba-tiba, sebatang cerutu itu dilempar ke depan layar TV
"CCTV di kantor ini sudah disadap oleh akun tak dikenal. Kami sudah berusaha memblokir. Tapi kami kesulitan karena kemampuan Hackernya yang sukar ditembus," ucap seorang karyawan tersebut."Kurang ajar, siapa di balik semua ini!" Seru Adam, murka.Tiba-tiba, seorang perwira militer meneleponnya.Adam mengambil ponsel yang berada di sakunya dan langsung mengangkatnya."Selamat pagi Letnan. Ada apa kau meneleponku?" tanya Adam."Selamat pagi Jendral, saya menelepon anda ingin memberitahukan sesuatu. Media massa sedang booming dengan pemberitaan tentang anda Jendral," ucap seorang perwira tersebut."Apa maksudmu, Letnan?" tanya Adam, penasaran."Ya, media massa telah menayangkan pemberitaan negatif tentang anda Jendral. Yaitu suatu kejadian keji yang menyangkut tentang anda," ucap Letnan tersebut."Tindakan keji? Di media massa mana yang menayangkannya?" tanya Adam."Anda bisa melihatnya di seluruh media massa bahkan media sosial," jawab letnan tersebut."Baik, aku akan mengeceknya. Teri
Di tengah suasana tegang tersebut. Seorang pengawal yang merupakan kepala keamanan menghampiri sang kepala kantor. Lalu ia berbisik di samping telinganya."Maaf Pak, Jangan terlihat takut di depannya. Hal itu justru malah membuat anda terlihat menyembunyikan sesuatu."Sang kepala media massa itu pun menjawabnya dengan berbisik."Sudah kau tak perlu mengaturku. Sekarang segera instruksikan semua petugas senior untuk merapatkan barisan di belakangku.""Ta–tapi pak, Dia itu seorang Jendral yang tak mungkin kami hadapi," bisik kepala petugas tersebut."Jangan membangkang. Atau kalian semua akan ku ganti..." jawab sang kepala kantor."Siap Pak," ucap sang kepala petugas.Lalu seorang petugas itu pun melangkah mundur dan memberikan mandat kepada seorang bawahannya.Sang kepala kantor kembali menengok ke arah Adam. Lalu berkata."Pak Adam, anda tidak seharusnya menanyakan hal itu kepada saya. Karena yang menerima berita itu tidak langsung melalui saya!" ucap sang kepala kantor, dengan wajah