“Jangan Sekarang Cha, aku harus berangkat kerja,” tolak Nino. Padahal Icha belum mengeluarkan sepatah katapun padanya.
Alis Icha mengerut dan matanya melotot, dia merasa kesal mendapat penolakan dari lelaki di depannya.
“Kita bicara sebentar. Kita harus bicara sekarang! Atau adikmu tidak selamat,” ancam perempuan itu berapi-api.
Mendengar kata adik, membuat Nino mau tak mingikuti kemauan Icha.
“Baiklah. Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Nino.
“Rebut Dea dari Kevin,” jawab Icha. Ini adalah rencana yang harus ia lakukan untuk mendapatkan Kevin seutuhnya.
“Aku tidak mau.”
Lagi-lagi perempuan itu mendapatkan penolakan dari Nino. Saudara kembar ini memang sangat merepotkan untuk diajak bekerja sama. Namun, karena tak ada pilihan lain Icha memilih mereka berdua sebagai partner.
“Apa kamu sudah tahu kalau adikmu hamil?” tanya Icha licik.
Lelaki itu teke
Gito menantikan jawaban dari kedua orang tersebut, namun tak kunjung mendapatkannya. Dea hanya mampu menunduk, bersenggama dengan Kevin rasanya sangat menjijikkan. Mengingat lelaki itu sudah terjamah oleh wanita lain. Kevin melirik istrinya, tak ada respon - bahkan bibir Dea terkatup rapat. “Sudah, sudah. Papa bikin suasana tidak nyaman saja,” lerai Rita yang peka dengan situasi dan kondisi yang terjadi. “Hehe... Maafin Papa ya.” Gito memohon maaf pada sepasang suami istri tersebut. Kevin hanya tersenyum tipis, begitu pula Dea. Mereka pun melanjutkan sarapannya dengan penuh hikmat. Sebelum berangkat kerja, Kevin sempat mencium kening istrinya dengan penuh kasih sayang di depan orangtuanya. Hal ini sudah lama tak ia lakukan. “Hati-hati Mas,” ujar Dea. “Iya, kamu juga jaga diri ya.” Kevin mengelus lembut rambut istrinya yang sedikit bergelombang. Dea menganggukkan kepalanya. Tak hanya Kevin, Rita dan Gito pun ikut b
“Sudah berapa bulan?”“Menginjak tiga bulan,” jawab Levi. Tatapan mengintimidasi diberikan Dea pada Nina.“Apa kau yakin?” tanya Dea meremehkan.Levi menatap adiknya dengan penuh kebingungan. Nina semakin gemetar melihat adik iparnya menjadi sosok yang berbeda. Dea sudah berubah.Kini senyum manis di wajah adik iparnya membuat Nina merinding.“Nina... Dengarkan aku baik-baik,” ujar Dea dengan tatapan yang penuh intimidasi pada kakak iparnya.“Perbaiki semua perbuatan bejatmu, sebelum aku membongkarnya. Kuberikan satu minggu untukmu,” lanjutnya.Mata Nina melebar, ‘Apa maksudnya?’ benak perempuan itu. Dia sangat kebingungan dengan pernyataan adik iparnya.Melihat lawannya kebingungan, dengan baik hati Dea memberikan clue pada Nina.“Aku sudah mengetahui semuanya dari Icha, bahkan ada buktinya,” tutur Dea santai.Tubuh wanit
Mobil sudah terparkir di halaman rumah mereka. Dalam keadaan tersungut, Nina keluar lebih dahulu dengan membanting pintu mobil. Dia merasa sangat kesal karena Levi hanya memarahinya selama perjalanan pulang. Padahal posisinya baru saja dimaki oleh adik iparnya.“Nina!” panggil Levi yang baru saja masuk ke dalam kamar.“Cepat katakan padaku, apa yang sudah kamu perbuat pada adikku?!” tekan Levi yang sudah tak bisa menahan diri.“Bukan aku yang salah Mas! Tapi Kevin! Dea salah paham padaku!” teriak Nina yang ingin terisak. Hatinya terasa sakit mendapat emosian Levi.“Katakan dengan jelas!” tegas Levi. Lelaki itu sudah sangat lelah untuk menebak-nebak permasalahan apa yang sedang terjadi.“Kevin kawin siri dengan Icha!” sungut Nina.Mata Levi terbelalak, jawaban istrinya membuatnya sangat terkejut. Ia tak menyangka hal ini terjadi.“Aku memang salah karena membawa Kevin ke
“Apa maksudmu?!” tanya Kevin dengan nada yang sedikit meninggi. Dia benar-benar tidak mengira sahabatnya bisa berpikir seperti itu. “Pikir sendiri sial*n! Jangan ganggu aku!” bentak Nino. Untungnya di tempat parkiran ini masih sepi, sehingga hanya ada mereka berdua disana. Nino langsung berjalan menjauhi Kevin, sedangkan lelaki itu masih terpaku dalam diamnya. ‘Apa maksudnya ia memintaku untuk bercerai dengan Dea?’ batin Kevin yang kebingungan. Nino memang sempat memprotesnya karena dia menikah siri dengan Icha. Namun selama ini temannya tak pernah memintanya untuk menceraikan Dea, justru Nino mendesak agar segera menalak Icha sebelum ketahuan oleh istri sahnya. Kini ucapan lelaki itu berbeda, ‘Apa karena masalah kemarin ya?’ Kevin menebak-nebak kemungkinan yang terjadi, ia memang menyeret Nino terlalu dalam di masalah rumah tangganya. “Hahhhh...” Kevin menghela nafasnya, melegakan segala rasa tak nyaman yang ada di dalam dirinya. Har
Setelah kepergian Nina dan Levi, Dea memilih merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tanpa sadar air matanya menetes, rasanya benar-benar menyakitkan. Caci dan makiannya yang diberikan pada beberapa orang terasa menyiksa. Ini bukan dirinya, personalitinya telah berubah.Hanya kebencian yang ada di dalam tubuhnya. Dea sangat menyesali perubahan yang terjadi pada dirinya, tapi kondisi dan situasi yang memaksa berubah.Ia butuh seseorang untuk berada di sisinya, tetapi tidak ada. Dea tak sanggup jika memberitahu orangtuanya mengenai masalah ini, ditambah kesehatan mamanya mudah drop. Masih ada David- ayahnya, tetapi ia tak yakin jika pria itu akan menyemangatinya. Justru Dea takut jika David akan menghajar Levi dan Kevin habis-habisan. Dan masalah akan bertambah ruyam, karena targetnya bukan mereka berdua saja.“Hahh...” napasnya dihela dengan sangat berat.Tiba-tiba dia teringat Andre, kepala sekolahnya. Pria yang akhir-akhir ini yang
Hatinya terenyuh melihat perempuan itu menangis sesenggukan.“Ada apa?” tanyanya lembut. Dea hanya menggelengkan kepala. Air mata perempuan itu menetes dengan deras di pipinya.Andre mengusap buliran air itu dengan lembut. Memandu Dea untuk duduk di sofa, membiarkan perempuan itu terisak di pundaknya.Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Ia menemani Dea cukup lama untuk mengeluarkan semua air mata di dalam pelupuknya. Mengelus-elus pundak wanita itu, berharap bisa memberikan semangat.Hatinya sangat sakit melihat belahan jiwanya tersiksa seperti ini. Ya, hingga sekarang Andre masih mencintai Dea. Namun, tak sekalipun ia berusaha merebut perempuan itu dari suaminya.Dia sadar diri jika tidak bisa memiliki Dea. Dan Dea sudah mencintai lelaki lain.Sayangnya, hingga sekarang ia tidak mampu membuka hatinya untuk wanita lain. Perhatiannya tak luput dari perempuan yang sedang ia temani ini.Ketika isakan Dea mulai tak terdengar, p
Tangisan Dea mulai mereda, keheningan tengah terjadi disana.Andre tetap memeluk perempuan itu, tetapi lama-lama badannya terasa gerah dan pegal.“De...” panggil Andre lembut. Tak ada sahutan dari seseorang yang dipanggilnya.‘Apa dia tidur?’ batinnya.Andre terpaksa menjadi patung hingga Dea terbangun.Tiba-tiba Mbok Lastri datang. Wanita kaget melihat pemandangan di ruang tamu. Apalagi posisi majikan dan tamunya sedikit mainstream. Menyadari kehadiran Mbok Lastri, Andre langsung nyengir kuda.“Bu, bisa tolong check Dea sebentar. Apa dia masih lelap?” bisik Andre. Mbok Lastri menaruh tas belanjaannya di lantai lalu berjinjit mendekati kedua orang tersebut.Memeriksa apakah majikan perempuannya.“Masih Mas,” bisik Mbok Lastri pelan.“Hahh... saya capek,” keluh Andre. “Apa saya boleh bawa dia ke kamarnya? Saya harus segera kembali ke sekolahan,&rdq
Alis Kevin langsung berkerut setelah mendengar jawaban Nino. Terasa tidak masuk akal dipikirannya.“Apa maksudnya?” tanya Kevin penasaran. “Memang apa hubungannya perceraian dengan keselamatan Dea? Jangan berbicara omong kosong,” lanjutnya. Ekspresi marah nampak jelas di wajah Kevin. Tangan lelaki itu mengepal, bagaimana seseorang yang asing bagi istrinya tiba-tiba membicarakan tentang keselamatan? Kevin adalah orang yang paling tau kondisi istrinya, Nino hanya orang asing.Sahabat karibnya itu langsung tersenyum, bukan senyum manis melainkan senyum mengejek.“Setidaknya jika kau bercerai dengan Dea, maka psikis istrimu akan selamat,” ejek Nino. Dia benar-benar capek berhadapan dengan Kevin. Pria yang keras kepala dan cenderung bodoh.Kevin terdiam mendengar penuturan Nino, perkataan lelaki itu ada benarnya. Psikis Dea sekarang memang tidak baik-baik saja, mengingat ia telah mengkhianati perempuan itu.Namun, unt