DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 74Aku melangkah ke bibir danau dengan tangan tetap dalam genggaman Aryan. Air danau yang pekat di malam seperti ini membuat hatiku gentar. Jika dari atas saja aku merasa takut, apalagi Intan di dalam sana. Danau ini luas sekali. Tentu saja, setelah Danau Toba, Danau Ranau adalah yang terbesar di Sumatera. Danau dengan pemandangan indah yang memanjakan mata ini telah menelan sahabatku."Kami sedang bersampan, tapi ponsel Intan jatuh. Dia terkejut dan refleks menjangkaunya. Sampan kehilangan keseimbangan hingga dia jatuh ke dalam air." Ujar Surya tadi."Tapi Intan itu seorang perenang Surya. Bagaimana caranya dia tidak bisa menyelamatkan diri?" Tanyaku tak percaya.Surya tertunduk."Kami bersampan sampai ke tengah. Kata Intan untuk terakhir kalinya sebelum pulang.""Dan kau? Apa yang kau lakukan?""Maaf, aku tidak bisa berenang Nadya.""APA?!""Ssstt… sayang…" Aryan menarikmu, memeluk bahuku. Dia membiarkanku menangis untuk kesekian kalinya."Jangan me
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 75Aku tiba di rumah yang telah tiga hari kutinggalkan. Aryan langsung ke rumah Bunda mengantarkan ASIP. Di kuncinya pintu dari luar begitu melihatku berbaring lunglai seakan tanpa daya. Aku menatap langit langit kamar, pada plafon ukir berwarna putih yang melukiskan wajahnya.Setelah tiga hari berlalu dan Intan belum juga ditemukan, polisi mulai pesimis dia masih hidup. Danau yang luas menyulitkan pencarian sementara waktu terus berjalan. Air mataku menitik. Bagaimana bisa kau meninggalkan aku begitu saja In? Dan apa maksud tulisanmu itu? Perempuan lain di hati suamiku.Apakah benar itu hanya judul novel yang akan kau tulis? Atau memang itu petunjuk darimu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan Surya? Wanita yang sedang bulan madu, apakah punya waktu untuk sekedar memikirkan alur novel?Aku biarkan air mataku terus turun. Sambil memeluk guling, aku berusaha memejamkan mata. Sudah tiga hari aku tidak tidur dengan benar. Rasa lelah, ngantuk dan pikiran
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 76Mbok Asih gemetar, wajahnya pucat pasi dan dia terus menunjuk nunjuk ke arah ruang tamu dengan ujung telunjuknya yang bergetar getar. Ketakutan di wajahnya menular padaku."Ha… hantu?"Mbok Asih mengangguk kuat kuat. Aku melirik jam. Baru jam sebelas malam. Aryan belum pulang, mungkin sebentar lagi.Selagi aku dan Mbok Asih bingung hendak melakukan apa, pintu depan diketuk. Sebuah ketukan lembut dan halus, seakan akan dia tak ingin didengar, tapi juga ingin diketahui, menggema di tengah malam yang sepi. Mbok Asih mengkeret, dia memegang tanganku kuat kuat."Itu hantunya Mbak!"Aku tertegun. Mana mungkin hantu mengetuk pintu? Lalu, Tiba-tiba saja kudengar sebuah suara yang amat kukenal berseru memanggil namaku."Nadya!"Aku terkesiap. Itu suara Intan! Ya Allah, itu benar suara Intan. Apakah aku sedang bermimpi?Kali ini ketukan di pintu disertai suara Intan memanggil namaku berulang kali. Tanpa sadar aku menepis tangan Mbok Asih dan berlari menurun
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 77PoV INTANAku terus berenang menuju tepian danau di sisi lain cottage. Tapi air yang dingin membuat kaki dan tanganku terasa berat sekali. Aku mendorong dorong kaki, berusaha melepas sepatu yang kupakai agar lebih ringan. Berusaha tenang, meski jantungku terus berdegup kencang. Danau ini luas sekali, dan demi menghindari Surya, aku berenang menjauh hingga agak ke tengah. Mampukan aku mencapai tepian? Oh Tuhan aku tak bisa membiarkan kedua manusia zalim itu menguasai hartaku. Aku lebih rela memberikan semuanya pada anak yatim dari pada dia.Hupp… sepertinya aku mencapai tepian. Terasa ada yang menggores pipiku, mungkin ranting kayu. Rasanya perih. Tapi aku tak bisa lagi memikirkan perasaan sakit itu karena ada yang jauh lebih sakit di dalam sini, di hatiku. Aku menggapai ke atas, berusaha mengangkat tubuh. Rasa lelah karena berenang bermeter meter jauhnya, di air yang dingin seperti es sementara hari masih subuh membuatku kehabisan tenaga. Aku nyari
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 78Begitu masuk ke dalam rumah, Aryan terpana melihat dua sosok asing dengan penampilan misterius yang berdiri di dekatku. Tapi kemudian dia mengenali bahwa salah satunya adalah Intan. Tampak jelas keterkejutan disana, rasa tak percaya, bahagia, juga sedih melihat keadaan adik sepupunya yang kurang terawat itu. Tenggorokanku sendiri tercekat oleh rasa haru. Bagi Intan, Aryan dan Ayah Bundanya adalah keluarganya yang terdekat sementara Tante Rosa masih di Amerika."Intan…" Desis Aryan.Dan Intan langsung menghambur ke dalam pelukan suamiku. Dia terisak isak disana sementara mata Aryan sendiri berkaca kaca. Pertemuan yang tak pernah disangkanya akan terjadi."Apa yang terjadi?" Tanya Aryan begitu Intan melepaskan pelukannya. "Dan kau?" Aryan kini menatap Salma yang menunduk."Ini Salma Bang." Jawabku.Aryan tersentak."Tenanglah Bang. Aku akan menceritakannya. Sekarang, bagaimana kalau kita biarkan mereka istirahat dulu? Besok aku akan memanggil dokter
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 79"Apakah sudah cukup semua yang kau ingin tahu tentang diriku, Nadya?"Sindy berdiri, dia sama sekali tidak tampak mabuk. Sesaat, aku terkejut melihatnya. Dia tahan sekali minum bergelas gelas anggur tapi tak memberi efek apa apa. Dan dia, pandai sekali bersandiwara. Beberapa detik lamanya kami saling bertatapan. Sebelum akhirnya dia tertawa terbahak bahak penuh kemenangan."Kaget? Yeay! Kamu kena prank!" Serunya sambil bertepuk tangan. "Kau lupa ya? Aku ini penjahat. Minuman seperti itu ibarat air putih bagiku."Aku berusaha untuk tetap tenang. Ingat, selalu ada Plan B untuk setiap rencana. "Ah, nggak juga. Aku tahu kok kalau kamu cuma pura pura mabuk." Ujarku. "Okelah kita perjelas saja. Sepertinya aku sudah cukup mendengar semua yang kau katakan. Jadi apakah kau mau ikut secara sukarela denganku ke kantor polisi?"Dia menghentikan tawanya secara mendadak."Apa? Kau kira aku gila ya? Hey…" Dia melambaikan tangannya di depan wajahku. "Kau terperan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 80PoV INTANAku berjalan dengan langkah lambat memasuki ruang acara pelantikan. Ruangan yang didesain terlalu mewah untukacara pelantikan. Mendengar suaraku, para hadirin yang datang, serentak menoleh. Dapat kulihat mata para staff yang terbelalak melihatku. Para wartawan yang langsung hendak menghampiri, namun kucegah dengan mengangkat tangan, dan tentu saja, keluarga Surya yang menjerit histeris. Semua itu berpadu bagai adegan film. Namun yang menjadi fokusku adalah lelaki yang berdiri di belakang podium. Lelaki yang beberapa bulan lalu melambungkan Asaku untuk hidup normal usai mendapat status sebagai mantan narapidana. Satu-satunya lelaki yang pernah membuatku jatuh cinta. Dan lelaki yang menorehkan luka teramat dalam di hati dan hidupku.Aku mengunci tatapan mata Surya yang tampak sekali gentar, lalu berpaling dan berjalan menuju perlengkapan sound system. Kuulurkan tangan yang memegang flashdisk berisi rekaman suara Surya di cottage tempo hari
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 81 (Ending)PoV NADYAAku menatap lelaki sederhana di depanku. Martin, suami Salma adalah seorang dokter umum yang mengabdi di sebuah puskesmas di sebuah pedesaan di pinggiran kota Bandung. Aku dan Intan menunaikan janjiku menemui mereka, berharap mereka baik baik saja, dan memohon selembar foto Nabila, putri mereka yang kini berusia sebelas tahun. Usai kuceritakan semua tentang istrinya, Martin terpekur. Aku mengerti apa yang berkecamuk di dalam benaknya. Dia mungkin saja telah susah payah menyembunyikan mata Nabila dari berita tentang Ibunya di televisi. Mungkin juga dia telah berurai air mata membujuk Nabila setiap gadis kecil itu bertanya tentang Ibunya. Dan kini, Tiba-tiba saja aku datang, memberi kabar yang mengempaskan jiwanya. Dia masih sendiri. Menurut apa yang kudengar dari Ibunya, Nenek Nabila tadi, tak sekalipun Martin mau menerima perhatian dari perempuan lain. Seorang dokter di pinggiran desa seperti ini, meski hanya dokter umum, tentul