DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 79"Apakah sudah cukup semua yang kau ingin tahu tentang diriku, Nadya?"Sindy berdiri, dia sama sekali tidak tampak mabuk. Sesaat, aku terkejut melihatnya. Dia tahan sekali minum bergelas gelas anggur tapi tak memberi efek apa apa. Dan dia, pandai sekali bersandiwara. Beberapa detik lamanya kami saling bertatapan. Sebelum akhirnya dia tertawa terbahak bahak penuh kemenangan."Kaget? Yeay! Kamu kena prank!" Serunya sambil bertepuk tangan. "Kau lupa ya? Aku ini penjahat. Minuman seperti itu ibarat air putih bagiku."Aku berusaha untuk tetap tenang. Ingat, selalu ada Plan B untuk setiap rencana. "Ah, nggak juga. Aku tahu kok kalau kamu cuma pura pura mabuk." Ujarku. "Okelah kita perjelas saja. Sepertinya aku sudah cukup mendengar semua yang kau katakan. Jadi apakah kau mau ikut secara sukarela denganku ke kantor polisi?"Dia menghentikan tawanya secara mendadak."Apa? Kau kira aku gila ya? Hey…" Dia melambaikan tangannya di depan wajahku. "Kau terperan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 80PoV INTANAku berjalan dengan langkah lambat memasuki ruang acara pelantikan. Ruangan yang didesain terlalu mewah untukacara pelantikan. Mendengar suaraku, para hadirin yang datang, serentak menoleh. Dapat kulihat mata para staff yang terbelalak melihatku. Para wartawan yang langsung hendak menghampiri, namun kucegah dengan mengangkat tangan, dan tentu saja, keluarga Surya yang menjerit histeris. Semua itu berpadu bagai adegan film. Namun yang menjadi fokusku adalah lelaki yang berdiri di belakang podium. Lelaki yang beberapa bulan lalu melambungkan Asaku untuk hidup normal usai mendapat status sebagai mantan narapidana. Satu-satunya lelaki yang pernah membuatku jatuh cinta. Dan lelaki yang menorehkan luka teramat dalam di hati dan hidupku.Aku mengunci tatapan mata Surya yang tampak sekali gentar, lalu berpaling dan berjalan menuju perlengkapan sound system. Kuulurkan tangan yang memegang flashdisk berisi rekaman suara Surya di cottage tempo hari
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 81 (Ending)PoV NADYAAku menatap lelaki sederhana di depanku. Martin, suami Salma adalah seorang dokter umum yang mengabdi di sebuah puskesmas di sebuah pedesaan di pinggiran kota Bandung. Aku dan Intan menunaikan janjiku menemui mereka, berharap mereka baik baik saja, dan memohon selembar foto Nabila, putri mereka yang kini berusia sebelas tahun. Usai kuceritakan semua tentang istrinya, Martin terpekur. Aku mengerti apa yang berkecamuk di dalam benaknya. Dia mungkin saja telah susah payah menyembunyikan mata Nabila dari berita tentang Ibunya di televisi. Mungkin juga dia telah berurai air mata membujuk Nabila setiap gadis kecil itu bertanya tentang Ibunya. Dan kini, Tiba-tiba saja aku datang, memberi kabar yang mengempaskan jiwanya. Dia masih sendiri. Menurut apa yang kudengar dari Ibunya, Nenek Nabila tadi, tak sekalipun Martin mau menerima perhatian dari perempuan lain. Seorang dokter di pinggiran desa seperti ini, meski hanya dokter umum, tentul
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU (EKSTRA PART)PoV INTANSatu tahun kemudian.Kami kembali bertemu di bandara Soekarno-hatta. Dia tak pernah tak menepati janjinya menjemputku. Dari sambungan telepon, aku tahu bahwa dia telah mengurus rumah sakit dengan sangat baik. Nadya, adalah sahabat limited edition. Aku mungkin tak akan pernah menjumpai yang seperti dia lagi di kehidupan yang akan datang.Mereka datang bertiga. Aryan sepupuku yang tampak semakin dewasa. Dia telah menjadi suami dan Ayah yang baik, hal itu selalu kusyukuri. Dan Nadya, hijabnya kini semakin lebar meski belum sebesar para ukhti yang kerap kukagumi kala bertemu di masjid masjid sekitar tempat tinggal Mama di Boston. Dan yang membuatku tersenyum semakin lebar adalah, gadis kecil nan cantik, dengan rambut ikal seperti per sepanjang bahu yang berwarna kemerahan. Gadis kecil yang kutaksir berusia setahun lebih beberapa bulan saja. Entah bagaimana rambutnya yang indah itu bisa tidak berwarna hitam pekat seperti Ayah dan Ibu
Season 2Bab 1.AYAHKU SEORANG PEMBUNUH (1)#Repost dengan revis________"Mama, apa benar Ayahku seorang pembunuh?"Pertanyaan yang dia lontarkan dalam mimpiku semalam terus terngiang-ngiang di telinga. Rasa cemas yang tak mau hilang sejak lima belas tahun lalu ternyata terakumulasi menjadi mimpi buruk. Dan akan lebih buruk seandainya mimpi itu menjadi nyata.Axel Firdaus Sanjaya. Itu adalah namanya. Remaja berusia tiga belas tahun lebih sedikit, yang baru saja kelas satu SMP. Dia adalah anak yang lahir dari dua hati yang saling mencinta, lalu terpisah karena benci yang luar biasa.Axel Firdaus Sanjaya. Nama belakangnya adalah nama keluargaku. Sejak jantungnya pertama kali berdetak, dia telah kehilangan sang Ayah. Karena Ayahnya, adalah orang yang nyaris saja membunuhku, Ibunya. Bersama dirinya sekaligus yang saat itu berada dalam kandunganku. Dan juga membunuh kakeknya.Ya. Mantan suamiku, ayah dari Axel anakku adalah seorang pembunuh."Mama!"Lamunanku buyar. Anakku yang tampan ber
AYAHKU SEORANG P3MBUNUH(2)Mama, benarkah ayahku seorang pembunuh?_____"Besok, dia akan bebas, grasi dari presiden."Satu kalimat itu ternyata memberi efek luar biasa bagiku. Empat belas tahun! Dia hanya dihukum empat belas tahun atas kejahatan kejinya padaku. Aku meneguk teh dengan tangan gemetar. Dadaku berdegup sangat cepat. Dan aku yakin sebentar lagi keringat dingin akan membasahi dahiku. Nadya menyentuh tanganku dengan lembut. Perlahan, aku kembali tenang meski dadaku masih terasa nyeri. Empat belas tahun telah berlalu setelah rangkaian tragedi mengerikan yang menggemparkan seluruh negeri. Kami tetap menjadi sepasang sahabat yang tak terpisahkan. "Semua sudah berlalu Intan. Mereka tidak akan bisa mengusikmu lagi." Suara Nadya lembut dan menenangkan. Dia selalu menjadi sahabat yang bisa ku andalkan."Bagaimana dengan Sindy?""Sindy masih di penjara. Sisa beberapa tahun lagi. Bagaimanapun, kita memang harus bersiap. Meski aku berharap penjara membuat mereka jera dan berhenti
AYAHKU SEORANG P3MBUNUH (3)"Intan. Selamanya kau tak akan bisa menepis kenyataan bahwa Surya adalah ayahnya."Wajahku seketika mengeras."Tidak. Surya sudah mati. Seharusnya dia sudah mati dan bagiku akan tetap seperti itu. Anakku akan tahu siapa ayahnya, tapi dia hanya akan tahu bahwa Ayahnya sudah mati."Mbak Wulan mendesah. Dulu, dia adalah orang yang paling bersemangat ketika Surya memperkenalkan diriku pada keluarga mereka. Apalagi ketika mereka tahu aku adalah pewaris Rumah Sakit besar. Bapak dan Ibu, bahkan memintaku untuk cepat cepat menikah. Aku tak tahu apakah mereka tahu hubungan Surya dan Sindy, tapi tetap saja, mereka tampak begitu gembira ketika hadir di acara pelantikan Surya. Sebelum aku datang dan menggagalkan semuanya.Mbak Wulan menoleh pada Ibu yang duduk diam. Lalu menatap sekeliling rumah ini."Kau lihat? Keadaan kami begitu menyedihkan. Semua jalan tertutup ketika orang-orang tahu bahwa kami adalah keluarga seorang narapidana. Padahal, apa salah kami?""Salah
AYAHKU SEORANG PEMBUNUH (4)#sequel DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU____"Axel!"Dua pasang mata serentak menatapku. Aku terpana sejenak mendapati mata hitam jernih itu, dan seketika menyadari bahwa selama ini aku telah salah menyembunyikan ini darinya. Nadya benar, Axel lebih baik tahu dariku, dari pada orang lain. Jiwa remajanya yang labil bisa menjadi bumerang bagi dirinya sendiri."Mama belum menjawab." Ujarnya getas. Dia berdiri, menghindari berdekatan dengan Mas Farrel. Aku melangkah dengan cepat dan merengkuh kedua bahunya."Mama akan menjawab setelah Axel pulang dari masjid. Bagaimana?"Axel diam sejenak, lalu tanpa kata kata meraih pecinya dari atas nakas dan berlalu. Aku menghela nafas, menatap suamiku yang sejak tadi terdiam."Maafkan Axel Mas, dia…""Sejak kapan kau minta maaf untuk anakku sendiri, Sayang?" Mas Farrel memelukku. "Axel itu anakku. Apapun yang terjadi nanti, dia tetap anakku dan aku akan melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia."Dadaku menghangat mende