Home / Romansa / DEBTLY IN LOVE (Indonesia) / Protecting The Firstborn

Share

Protecting The Firstborn

Author: SURIYANA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mendadak, pintu kamar utama itu terbuka. Seorang wanita berkulit seputih pualam keluar sambil tertawa-tawa. Mata mereka bertatap-tatapan dan tawa itu terhenti. Di belakang, ada Bapak Hidayat yang menyamakan langkah dengan wanita tersebut.

Diawali dengan dehaman, Pak Hidayat menjelaskan, “Ini Mbok Surti, yang mengurus rumah ini.”

Wanita berkulit cerah itu memandangnya dari ujung rambut ke ujung kaki. Takut-takut Mbok Surti balas menatap, namun hanya berani sebentar saja. Meskipun demikian, dia dapat menilai kalau wanita itu cantik sekali. Rambutnya cokelat panjang diikat ekor kuda, Matanya teduh dengan kelopak yang dalam. Bibirnya penuh dipoles gincu merah. Pipi yang mulus seolah-olah tidak berpori-pori. Tubuhnya langsing dengan lekuk-lekuk di tempat yang tepat yang dibungkus dengan baju ketat berwarna merah.

She’s a maid? Kenapa tidak pakai seragam?”

“Yaaah di sini bebas saja, Honey.”

Perempuan itu melayangkan pandangan membunuh ke arah Bapak Hidayat. “Tidak bisa begitu. Harus dibedakan! Mereka harus tahu kalau mereka berbeda dengan kita. Tempat mereka tidak selevel dengan kita. Mereka harus selalu tahu itu!”

Mbok Surti terheran-heran dengan repetan perempuan itu.

Bapak Hidayat berusaha menenangkan si perempuan berkulit putih. “Mbok, buatkan kopi buat Ibu Yasmine. Kopi hitam tanpa gula.”

Tentu saja pelayan Keluarga Armadjati itu cepat-cepat melaksanakan titah.

***

Tempat pengungsian Delilah dan anak laki-lakinya yang baru berusia lima tahun adalah sebuah panti asuhan. Dahulu, Delilah tinggal di sana sejak lahir sampai usianya lima belas. Umur yang dianggap sudah dewasa dan tidak layak tinggal di sana. Tapi sekarang, lihatlah apa yang terjadi. Wanita dewasa beranak satu yang kembali meminta perlindungan kepada panti.

Senyumnya tersungging menertawakan nasib. Begitu keluar dari panti, Delilah bekerja sebagai petugas kebersihan di perusahan Keluarga Armadjati sambil menyelesaikan sekolahnya. Suatu hari, dia mengembalikan tas ayah Hidayat yang tertinggal. Rupanya tas tersebut berisi uang yang melimpah. Terkesan dengan kejujuran Delilah, pemilik perusahaan besar itu mengangkat Delilah menjadi asistennya setelah dia lulus SMA.

“Mama, dipanggil sarapan.”

Delilah yang sedang mengagumi pohon sawo tersenyum melihat kedatangan Leo. Dia mengatur kruk agar lebih kokoh menempel di ketiaknya. Anak laki-lakinya itu mendekati dan memegang kruk pelan-pelan berniat membantu berjalan. Senyum Delilah semakin melebar.

“Memangnya Mang Dadang udah datang?”

“Udah,” sahut anak kecil itu. Leonardo berusaha mensejajarkan langkah dengan ibunya sehingga tidak lagi menggandeng kruk. Rupanya, walaupun tidak dapat berjalan normal seperti biasa, langkah Delilah tetap dianggap terlalu cepat untuk anak lima tahun itu.

Dari halaman belakang panti, keduanya memasuki dapur luas yang di dalamnya dilengkapi meja panjang dan banyak kursi.

“Leo!” panggil anak-anak yang sudah berkumpul di sana.

Lari Leonardo semakin cepat demi menghampiri teman-temannya. Itu, dan seporsi Getuk Lindri yang terletak di meja.

Setiap pagi, Mang Dadang, pedagang Getuk Lindri akan mengantarkan kue tradisional tersebut untuk sarapan penghuni panti. Leonardo sangat menyukainya.

Pemandangan Leo bercengkerama dengan gembira bersama anak-anak lain, membuat hati Delilah meleleh. Hal itu mengonfirmasi pilihannya untuk keluar dari mansion Keluarga Armadjati adalah keputusan yang tepat. Di sini, anak semata wayangnya itu belajar berbagi, tunjukkan belas kasih, mengerti dan saling menghormati sesama.

Pandangannya yang mengelilingi seluruh penjuru ruangan terhenti pada pintu pemisah antara dapur dengan ruang tamu. Bukan bentuk pintu yang simpel dan tanpa ukiran yang menangkap keingintahuannya, melainkan sosok yang ada di sana. Delilah mencoba menghalau rasa dingin di lehernya.

Sosok itu adalah Hidayat Armadjati.

***

Ibu Kepala Panti Asuhan meminjamkan ruang kerjanya untuk tempat mereka mengobrol. Sebenarnya Delilah tidak mau, tapi tidak juga tidak ingin laki-laki di hadapannya itu menciptakan drama di tempat ini.

Delilah duduk di kursi dekat jendela besar di ruangan itu. Dari sini, orang-orang yang lalu-lalang masih dapat menyaksikan keberadaannya. Tangannya juga menggenggam erat-erat kruk yang dia harap dapat dijadikan senjata jika diperlukan.

I never know you were from this….” Suami Delilah itu menegakkan bingkai foto yang dalam posisi tertelungkup di atas meja kerja Ibu Kepala. “Orphanage,” sambung Hidayat menyelesaikan kalimat.

Delilah menundukkan kepala. Bukan salah suaminya jika laki-laki itu tidak mengetahui latar-belakangnya. Mereka menikah tanpa terlebih dahulu mengalami proses jatuh cinta. Ayah Hidayat yang meminta Delilah menjadi menantu keluarga itu. Delilah tahu sebenarnya Hidayat menolak perjodohan itu. Namun, sewaktu Armadjati senior sedang sakit parah terus-terusan mendesak pernikahan itu harus terjadi, Hidayat pun setuju.

“Saya nggak akan kembali, kalau itu mau kamu.”

Hidayat perlahan-lahan mendekatinya. Delilah memegang kruk semakin kuat dan menaikkannya sedikit supaya berada dalam posisi siaga.

What would people,” Hidayat menghentikan langkah, “Orang-orang bakal bilang apa?”

Delilah mengernyit. Menikah selama hampir tujuh tahun, cukup membuat dia memahami kalau Hidayat adalah pria paling egois sedunia. Pencitraan lebih penting baginya dibandingkan dengan kesehatan istrinya sendiri. Delilah mengembuskan napas. Dia melonggarkan pegangannya pada kruk sewaktu mengatakan, “Maksudmu orang-orang bakal bilang apa kalau tahu apa yang kamu lakukan ke saya?” dengan tenang.

Delilah dapat melihat suaminya mengepalkan tangan dan kening laki-laki itu berkerut-kerut.

“Del,” kata Hidayat lembut. “Kamu harus memikirkan Leonardo. Sekolahnya, masa depannya!”

“Itu yang sedang saya lakukan sekarang,” bantah Delilah. “Saya mau dia berhati baik. Saya ingin dia mampu menyelami segala hal dari berbagai sisi. Saya mau dia menjunjung tinggi kebenaran –

For God’s sake, dia itu Armadjati! My firstborn.”

“Ya! Saya akan memastikan dia nggak akan lupa itu. Tapi tolong beri saya waktu untuk membentuknya menjadi orang yang baik sebelum dia menghadapi semua kejahatan di luar sana.”

“Delilah, apa yang bisa dia capai di kota kecil ini? Tanpa pengajar terbaik, tanpa fasilitas paling canggih, tanpa –

“Saya yang akan mendidiknya.”

Hidayat tertawa seolah-olah menghinanya. “Kamu? Kuliah saja tidak! Del, Armadjati punya banyak bisnis yang harus –

“Saya bersumpah. Leo akan menjadi penerus bisnis Armadjati yang paling pantas dan dapat memajukan grup perusahaan.”

But still, what would people say?”

“Kamu bisa ketemu Leo kapan saja dan lakukan pencitraan apapun yang kamu mau.” Delilah meneliti air muka suaminya sebelum cepat-cepat melanjutkan, “Tapi, Leo harus kembali ke sini dan biarkan saya yang mendidiknya.”

I don’t

“Kamu bisa lakukan apapun yang kamu mau. Get as many as women you want,” ujar Delilah sengaja berbahasa Inggris. Dia harus menunjukkan kalau dia tidak sebodoh yang Hidayat sangka. “Tapi Leo tetap bersama saya. Don’t break the rules, or….” Kalau laki-laki picik itu beranggapan, orang yang berada dalam levelnya harus dapat berbicara bahasa internasional tersebut, maka dia harus menyesuaikan diri dengan suaminya itu. Setidaknya, Delilah memiliki strategi yang kuat agar laki-laki itu menyetujuinya kali ini.

Or what?”

“Saya bisa ambil setengah dari kekayaanmu. Saya punya banyak bukti untuk itu.”

Ya, benar. Delilah sudah belajar bahwa tidak ada yang lebih penting dari keluarga kaya raya tersebut selain masalah uang. Dia mengancam suaminya akan kehilangan banyak harta apabila terus berani mengganggunya. Menikah terburu-buru ternyata ada gunanya karena dia tidak sempat menandatangani perjanjian pemisahan harta.

Dari sorot mata Hidayat yang merah membelalak dan kepalan tangan yang gemetaran, Delilah tahu bahwa suaminya itu paham betul apa yang dia maksud. Tapi, apakah suaminya itu rela membiarkannya hidup bersama anak satu-satunya?

***

Related chapters

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Risky Business

    Meskipun sudah dilarang, Leonardo tetap menerobos masuk ke ruang kerja Ibu Kepala Panti. Mama ada di sana yang serta-merta melebarkan kedua tangannya. Tapi, bukan kehangatan pelukan ibunya itu yang dia cari, Leo mengalihkan mata kepada laki-laki gagah di hadapan Mama.“Papaaa!” panggilnya seraya menghampiri laki-laki itu. Kemudian dia mengulurkan mangkok yang dipegangnya erat-erat dari tadi. “Getuk Lindri.” Dia ingin Papa mencoba makanan favoritnya tersebut.Leonardo dapat menyaksikan kalau ayahnya menunduk sambil menggerak-gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan. Dia menduga Papa sedang meneliti makanan bertabur kelapa parut itu, sama seperti sewaktu Leo pertama kali mencobanya. Namun, bukannya menerima mangkok yang disodorkan oleh Leonardo, ayahnya malah menepuk-nepuk kepala Leo dengan lembut.“Nggak suka?” kata Leo dengan pupil mata yang membesar.Alih-alih menjawab, Papa justru mengatakan, “Kamu di sini dan jaga

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Losing Hope

    Dalam film The White Tiger digambarkan bahwa masyarakat miskin tidak dengan sendirinya menjadi miskin, tetapi sengaja dimiskinkan. Situasi tersebut melekat terus dalam diri warganya karena telah dikukuhkan selama mungkin, lengkap dengan penanaman sikap inferior dan pasrah berserah diri kepada Tuhan. Pada akhirnya, masyarakat kelas bawah akan merasa wajar diperlakukan rendah bak sampah oleh kalangan atas. Kemudian, mereka akan kehilangan niat untuk maju dan mematuhi tuan-tuan kaya itu laksana budak.Penggambaran itu sepertinya cocok dengan apa yang dialami oleh Dina. Gadis itu mengaku kalau dia bukanlah berasal dari latar-belakang keluarga kaya. Dia dan ayahnya bersusah-payah agar dia dapat menyelesaikan kuliah. Di saat dia bersemangat karena berpikir akan terlepas dari jeratan kemiskinan dengan modal pendidikan yang dia terima, tahu-tahu dia terjerembab pada situasi yang menjadikannya sebagai warga kelas bawah.Dina menggosok toilet dengan sekuat tenaga. Setel

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   One Way to Survive

    Dina kembali ke kamar lamanya, kamar pembantu yang dia tempati bersama Mbok Surti. Melewati lemari, dia melihat bayangannya yang terpantul dari cermin yang tertempel di pintu lemari tersebut. Seorang gadis yang penampakannya kusut-masai balik menatapnya. Kondisinya… menyedihkan.Seragam pelayan putih-putih ini penyebabnya. Mengenakannya setiap hari seperti merelakan kebebasannya direnggut oleh para majikan yang mempekerjakan para asisten rumah tangga. Tidak, tidak. Nasibnya lebih parah karena dia sama sekali tidak digaji. Dia adalah budak. Dina muak. Dengan emosi, dia melepas seragam itu dan mencampakkannya ke sembarang arah. Setelahnya, asal-asalan dia mengambil atasan berleher sabrina dan celana pendek.Dina membaringkan tubuh di tempat tidur. Semua peristiwa yang mengantarnya kepada kejadian tadi membayang terus di pikirannya. Lima ratus juta! Jumlah uang yang sangat banyak yang bahkan Dina sendiri pun tidak berani memimpikannya. Berapa lama lagi dia akan dap

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Live Free or Die Trying

    Berhari-hari setelah Dina menceritakan semuanya kepada Mbok Surti, dia sudah menjelajahi hampir seluruh bagian mansion Keluarga Armadjati. Dia tahu di mana kamar yang ditempati oleh Bapak Hidayat dan Ibu Yasmine. Kalau sebelumnya dia berpikir sayap kiri tempat Bastian dan Wendy berdiam sudah mewah, maka bagian utama rumah ini jauh lebih mewah dari itu.Dia juga menelusuri sayap kanan yang merupakan area kekuasaan Leonardo. Berbeda dengan dua bagian rumah lainnya yang penuh dengan perabot mewah, Leonardo menata sayap kanan gedung dengan lebih sederhana. Minimalis. Semua furnitur hanya berada di sana karena memang dibutuhkan.Ada satu ruangan yang pintunya terbuka dan itu menyebabkan langkah Dina terhenti. Soalnya, dinding kamar itu sangat mencolok perhatian dengan warna ungu yang terang. Bukan pilihan yang biasa untuk seorang laki-laki seperti Leonardo. Dia melangkahkan kaki lebih dekat lagi.“Kamar Mbak Olivia,” kata sebuah suara yang mengagetkannya.

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   The Highest Stakes of All

    Seperti kebiasaan yang telah dipelajari oleh Dina begitu pertama kali dia menjejakkan kaki di sana, malam itu seluruh anggota Keluarga Armadjati telah ditunggu untuk makan bersama. Menu telah disiapkan oleh chef langganan keluarga.Dina memperhatikan sekeliling dan mendapati tangan Mbok Surti yang gemetaran sewaktu memindahkan sup tom yam ke mangkok kecil. Dia langsung mengambil alih sendok dari tangan pembantu senior itu dan melanjutkan tugas tersebut. Ada lima mangkok untuk lima penghuni yang dia letakkan di samping set piring masing-masing.Pada meja buffet, Mbok Surti menyiapkan minuman kesukaan masing-masing penghuni. Dina menuangkan serbuk obat tidur ke dalamnya; jus apel favorit Pak Hidayat dan kopi hitam tanpa gula milik Ibu Yasmine.Tiba-tiba, tangan Dina dihentikan sewaktu hendak menambahkan obat yang telah dia siapkan ke dalam jus kiwi-nya Wendy. “Yang ini jangan, Nduk!”“Tapi –“Non Wendy tidak aka

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Blessed or Cursed

    Leonardo memasuki sebuah kantor dengan tulisan Pitidoku tertera pada dinding. Tidak ada resepsionis yang menyambut. Luas ruangan itu juga biasa-biasa saja. Kalau dibandingkan dengan ruang kerja beberapa kantor lainnya dari bidang usaha Armadjati Group, Pitidoku tidak ada apa-apanya.Dia disambut oleh Danny dan beberapa karyawan lain yang bertepuk tangan. “Selamat, Mas. Pitidoku sudah terdaftar.”Leonardo berterima kasih. “Berkat kerja keras kalian semua.” Dia kemudian memberikan kartunya kepada Danny dan memberikan instruksi kepada asistennya itu untuk mentraktir makan karyawan Pitidoku.Tentu saja berita itu membuat semuanya bergembira dan serta-merta berlalu dan meninggalkan Leonardo sendirian. Laki-laki yang biasa dipanggil Leo itu memandang sekeliling. Kantor Pitidoku hanya memiliki satu ruangan berkonsep open space. Semua anggota tim akan menyalakan laptop masing-masing untuk bekerja di meja panjang. Untungnya, saat itu juml

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Night Knight

    Leonardo memasuki rumah besar yang disebut-sebut haknya oleh ayahnya sebagai anak pertama Keluarga Armadjati. Dia ingat kalau sempat menghabiskan masa kecilnya di sini. Namun, sampai sekarang dia tidak menganggap kediaman itu sebagai rumahnya. Tidak ada sisa-sisa kenangan bahagia yang menempel di benaknya saat menempati rumah tersebut. Momen suka cita yang terpatri dalam ingatannya justru berada di panti asuhan tempat dia dan Mama tinggal dahulu.Dia baru kembali ke rumah ini ketika Mama meninggal. Kedatangannya saat itu disambut oleh tiga orang asing yang tidak pernah dikenalnya; yaitu Tante Yasmine, Olivia, dan Bastian yang belum genap berusia tiga tahun. Tentu saja, dia yang baru lulus Sekolah Dasar tidak mengerti bagaimana bersikap dengan ketiganya. Entah karena Papa ingin mengakrabkan Leo dengan mereka atau bermaksud lain, tiba-tiba saja ayahnya itu menitahkan agar mereka makan malam bersama, setiap harinya. Padahal, ketika Mamanya masih ada sekalipun, laki-laki tua itu

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Glimpse of Death

    Kata orang, ketika kita di ambang kematian, kilas balik perjalanan hidup kita akan terbayang-bayang di mata. Tidak demikian halnya yang dialami oleh Dina. Dia yakin akhir hidupnya telah tiba sewaktu Bastian melucutinya. Tapi, bukan fragmen kehidupannya yang memenuhi isi kepalanya, melainkan rasa yang campur aduk, antara malu, tidak berdaya, muak, geram, jijik, dan tidak berharga dia alami sekaligus.Dia memejamkan mata dan mencoba mengosongkan apapun yang ada dalam pikirannya. Dina merasakan sentuhan di bahunya yang langsung saja dia tepis. Walaupun keadaannya sudah terpojok, dia akan tetap melawan laki-laki bajingan yang ada di belakangnya itu sekuat tenaga. Karena dia tahu, hanya kematian yang dapat membebaskannya dari kekejaman Bastian.“Ini aku, Leo.”Apakah yang dia dengar itu benar? Dina tidak mempercayai telinganya sehingga ingin mengonfirmasi dengan matanya. Di sanalah laki-laki itu tersenyum kepadanya. Senyum Leonardo sebenarnya tipis saja d

Latest chapter

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Last Hurrah

    Dina tidak lagi takut berhadap-hadapan dengan wanita secantik malaikat itu. Dia sudah mendengar semuanya dari Leonardo. Bagaimana Wendy sebenarnya memiliki cita-cita lain sekadar dari menjadi seorang nyonya rumah. Dia bahkan mengagumi upaya Leo agar istri Bastian itu mendapatkan apa yang diinginkan. Awalnya, dia tidak setuju kalau niat baik itu dibalut dengan perjanjian antara Wendy dan Bastian untuk tetap dalam ikatan pernikahan. Namun, dia bisa bilang apa kalau dua-duanya telah setuju. Seperti Leo, dia hanya berharap di tengah-tengah perjanjian itu, cinta antara Wendy dan Bastian akan kembali bertumbuh.“Hai,” sapa Dina.Wendy mengedikkan bahu. Bahkan cara wanita itu bersikap tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekeliingnya tampak menakjubkan. Elegan dan membuat orang lain berniat untuk memberikan apa saja yang diminta oleh Wendy.“Nona Wendy ikut makan, ya,” ajaknya santai sambil menata piring baru di meja yang kosong.Tidak

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   A Good Life

    Dari kejauhan, Dina sudah melihat bayangan Leonardo. Senyum di wajah laki-laki itu menerbitkan cahaya benderang di kepalanya. Leonardo setengah berlari menghampirinya. Pria itu langsung mengambil alih kursi roda dari pegawai bandara untuk mendorong ayahnya. Cerminan seorang pria yang bertanggung jawab.“Gimana Bali?” tanya laki-laki itu.“Sepi.” Itu karena tidak ada kehadiran Leonardo di sana. Tapi, tentu saja Dina tidak akan mengungkapkan bagian terakhir dari pikirannya itu terang-terangan. Dia masih malu mengakui perasaannya terhadap laki-laki itu. Ditambah, dia juga tidak ingin Leonardo menggodanya terus-terusan.Mereka telah berada di parkiran mobil. Dengan sigap laki-laki itu membantu mendudukkan Ayah di kursi tengah, sedangkan Dina mengatur tas bawaan mereka di bagasi. Ketika Dina menutup pintu bagasi, Leonardo sedang mengembalikan kursi roda kepada petugas bandara.Dina cukup heran karena tidak menemukan satu orang pengawal

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   In Between

    Ditinggal oleh Dina, Leonardo belingsatan. Apa jawaban Dina? Apa dia kelewatan sudah menarik tangan perempuan itu? Apa dia tidak sopan karena terdengar begitu memaksa? Bagaimana kalau Dina menolaknya? Jantungnya berdegup kencang. Biasanya, Leonardo adalah orang yang dapat menerima apa saja: baik ataupun buruk. Tapi kali ini, dia punya asa. Dia ingin harapannya kali ini terkabul. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan kalau usahanya gagal.Leonardo berjalan mondar-mandir dengan sepatu Dina di tangannya. Sekarang apa? Menunggu gadis itu dan menuntut jawaban darinya? Atau, dia bisa pergi dan keinginannya. Tidak, tidak. Leo tidak siap apabila dia gagal mendapatkan bahagia.“Mas Leo.”Leonardo membalikkan badannya. Dan di sana, pada salah satu anak tangga, ada Dina yang memandanginya. Rambut panjang gadis itu ditata kuncir kuda. Mata besarnya berbinar-binar dan senyumnya merekah sampai ke telinga. Seakan-akan waktu bergerak melambat, Leonardo menikmati

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Growing Love Together

    Begitu Leo turun ke lantai bawah, dia tepergok dengan Dina yang sedang mendudukkan ayahnya di kursi di foyer. Di sebelah Ayah, telah tersedia tas dan satu buah koper. Rupanya, gadis itu serius dengan rencana kepindahannya ke Bali. Leo sedikit kesal karena perempuan itu tidak berniat sedikitpun untuk pamit kepadanya.“Uhm, Pak Hidayat ada?” tanya gadis itu.Dengan dagunya, Leonardo memberikan kode kalau ayahnya ada di ruang kerja di lantai atas. Dia menyaksikan Dina yang berjongkok dan pamit kepada Ayah sebelum meneruskan langkah sesuai petunjuk Leo.Leo sudah memerhatikan bahwa sejak bertemu dengan ayahnya kembali, Dina selalu enggan untuk berjauh-jauhan dengan orangtuanya itu. Seolah-olah gadis itu takut akan terjadi apa-apa kepada ayahnya jika dia meleng sebentar saja. Benar-benar sosok yang penyayang.Kata-kata Olivia jadi terngiang-ngiang di telinganya. Satu yang tidak dapat dia enyahkan adalah perihal penyesalan karena kata-kata

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   It's Time to Change

    Sepeninggal Mbok Surti, Bacon mengambil sebuah amplop dari balik jas belakangnya. Pengawal itu memberikannya kepada Pak Hidayat, bos paling tinggi dalam hierarki Grup Armadjati.“Itu dari pantat kamu?” sindir Pak Hidayat. Mana mungkin dia mau memegang sesuatu yang entah sudah berapa lama mengendap di bokong pengawal itu. “Apa itu?” tanyanya seraya menyembunyikan tangan di punggung, pertanda dia tidak mau menyentuh amplop tersebut.Bacon mengeluarkan isinya yang berupa kertas-kertas dokumen, dia menjejerkan semuanya di atas meja kopi. “Identitas pembunuh bayaran Danny.”“Foto dan kirim ke saya,” perintah Pak Hidayat sedikitpun tidak mau memegang dokumen.Bacon melakukan apa yang dia perintahkan. Sebaik foto-foto itu masuk ke folder pesan di telepon genggamnya, Pak Hidayat mengamati dokumen tersebut. Sayangnya, tidak banyak yang dapat dia telaah dari laporan Bacon tersebut. Pasalnya, ada beberapa kartu tanda p

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   One More Thing

    Pak Hidayat mencoret satu baris dari daftar kegiatan yang harus dia lakukan hari ini. Tahu-tahu, teleponnya mengalunkan notifikasi tanda pesan masuk. Dia membacanya sekilas. Dari sekretarisnya yang menanyakan apakah dia akan datang ke kantor hari ini.Jawabannya adalah tidak, pikir laki-laki itu seraya membalas pesan. Beberapa hari terakhir, dia harus membereskan kekacauan yang terjadi di rumahnya. Pak Hidayat mengecek email. Dia menunggu kabar penting seputar keberadaan istrinya dan Danny. Geram hatinya kalau mengingat-ingat dua makhluk tak berguna itu.Notifikasi pesan terdengar lagi. Every ship needs a captain.Pak Hidayat mengembuskan napas panjang. Dia juga tahu maksud tersembunyi dari pesan yang dikirimkan oleh sekretarisnya itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Keluarganya lebih membutuhkan perhatiannya saat ini. Pak Hidayat tidak mau mengulangi kesalahan yang sama seperti yang sudah-sudah dengan mengabaikan mereka. Terlebih sewaktu anak-anaknya telah b

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   Follow Your Heart

    Olivia mencari-cari Mbok Surti ke seluruh penjuru rumah. Beginilah susahnya memiliki tempat tinggal yang memiliki banyak ruangan. Ditambah, asisten senior Keluarga Armadjati itu tidak dibekali dengan lonceng atau telepon genggam yang membuatnya dapat dihubungi kapan saja.Gadis Kaukasia itu akhirnya menemukan Mbok Surti sedang membereskan debu-debu di atas lemari dan rak Olivia.“Mbok Surti, biarkan saja. Bukannya ada cleaning service yang datang setiap hari?”“Tapi Mbak Olivia bangunnya siang terus. Jadi mereka keburu pulang.”Olivia terkekeh ringan. Ya, tidak salah apa yang dikatakan oleh pesuruh itu. Beginilah nikmatnya menjadi seorang influencer. Bekerja sesuai waktu yang dia tentukan sendiri. Tidak ada kewajiban harus hadir di kantor sebelum jam tertentu.“Papi manggil Mbok. Di ruang kerjanya.”Mbok Surti buru-buru meletakkan kemoceng yang dipegangnya. Wanita tua itu mengelap tangann

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   The Last Day

    “Ini maksudnya apa, ya?” tanya Leo mengandalkan jawaban dari adik tirinya.“The restaurant that I’ve told you about.”“Tapi Bali?”“Becky yang mengusulkan. Bagus juga, sih. Secara marketing, lebih gampang memasarkannya. Bisa dijual dengan harga lebih tinggi dibandingkan di Jakarta.”Keputusan itu begitu tiba-tiba. Apa yang ada dalam pikiran Dina? Bukankah dia telah menjanjikan kalau utang perempuan itu lunas seluruhnya? Tidak ada lagi yang membebani gadis itu. Dia bebas dari kewajiban membayar utang. Bebas. Leonardo terhenyak. Itu kata kuncinya. Leo tidak berhak marah kalau gadis itu memang mau pergi. Dina adalah perempuan mandiri yang tidak terikat dengan siapapun, termasuk dirinya.“Oh, begitu.” Leonardo memandangi makanan-makanan yang tersaji di hadapannya. Tiga menu terakhir dari enam belas yang menjadi tugas Leo. Awalnya, dia menciptakan tugas itu agar Dina tid

  • DEBTLY IN LOVE (Indonesia)   All Recipes: Completed

    Dina mondar-mandir di depan kamar Leonardo. Dia ingin memeriksa ayahnya yang dari tadi pagi belum muncul untuk sarapan. Dina tahu semestinya dia mengetuk pintu dan Leo pasti akan mengizinkannya menjemput Ayah. Tapi, hari itu langkahnya berat. Dia tahu penyebabnya adalah karena setelah hari ini, Dina tidak bisa bertemu dengan laki-laki itu sebebas yang sekarang. Hatinya seperti ditimpa baja seberat seribu ton kalau mengingat-ingat hal itu.Dina masih berkutat dengan pikirannya sendiri sewaktu pintu di hadapannya mendadak terbuka.“Dina?”Dina salah tingkah. “Eh… itu… hmm… Ayah dari tadi belum turun,” katanya.Pagi itu, Leonardo terlihat segar seperti baru habis mandi. Ada aroma sabun yang khas yang dia yakin berasal dari sabun yang mahal harganya. Rambut laki-laki itu masih basah dan bagian depan rambutnya ada yang menjuntai di dahi. Leonardo tampak relaks, berbeda dari biasanya.“Ayah lagi di kamar

DMCA.com Protection Status