Chapter 5
Kembali ke Sisilia Habislah sudah, batin Luna saat mendapati siapa pria di depannya. Ia berusaha tenang dan berdehem pelan. "Liam, minta maaf pada Uncle." "Papa... Papa...," ucap Liam. Luna putus asa karena Liam menempel pada kaki Luke seperti gurita kecil yang menempelkan tentakelnya pada sebatang kayu. Luke mengulurkan kedua tangannya, matanya yang berwarna kuning emas menatap Liam dengan penuh kasih sayang. Tiga tahun ia mencari wanita yang mngandung putranya ke mana-mana, seluruh Sisilia telah ia cari tanpa terlewatkan satu jengkal pun tanah di sana hingga seluruh daratan Italia, bahkan semua pulau-pulau kecil di sekitar Italia dan kini ia menemukan wanita itu di Perancis, di sebuah lembah penghasil anggur terbaik. Benar-benar tidak disangka. Luke mengangkat Liam dan membopongnya. "Jadi, namamu Liam?" tanyanya dengan suara sedikit parau, hampir tenggelam dalam kebahagiaan yang tidak pernah dibayangkan. Liam mengangguk dan melingkarkan lengannya di leher Luke. "Papa!" Luke tersenyum pada putranya lalu didekapnya Liam dengan penuh kasih sayang. "Ya, Sayang." Luna menghela napas berat, ia tidak berani mengambil Liam dari tangan Luke. Hanya berdiri sambil memandangi Luke dan Liam dengan tubuh gemetaran. "Sayang...." Suara itu membuat Luna menoleh pada Aami, tetapi ia tidak mampu menyuarakan apa-apa hanya tatapan matanya menyiratkan keresahan yang sangat dalam. "Liam, Sayang.... Jadilah anak baik, oke?" kata Aami seraya mendekati Liam dan mengulurkan tangannya. "Tuan, maafkan cucuku." "Papa!" rengek Liam sambil menyurukkan kepalanya di leher Luke. "Batalkan semua acara kita hari ini, kita kembali ke Sisilia," kata Luke dengan tegas. Matt menatap Luna dan Aami bergantian. "Bagaimana dengan mereka?" "Apa kau bodoh?" kata Luke dengan suara sangat tenang. "Bawa mereka." Tamatlah sudah usahanya selama ini, Luna hampir terjatuh ke tanah yang dipijaknya jika Aami tidak segera menangkapnya dan ia tidak sanggup membuka mulut sedikit pun karena menyadari kekuatannya tidak akan sanggup untuk melawan mafia kejam berhati dingin. Apalagi menyaksikan Liam yang begitu patuh dan manja kepada Luke membuat Luna makin tidak berdaya. Di dalam pesawat pribadi yang membawa mereka menuju Sisilia, Liam dan Luke duduk berdampingan dan mengobrol lalu Liam tertidur dalam dekapan Luke seolah-olah tempat itu adalah tempat yang paling damai. Setelah penerbangan dua jam dua puluh menit, Luna telah kembali ke Sisilia, di mansion milik mafia yang paling berbahaya di kotanya. Luna dengan langkah goyah Mengikuti Luke yang berjalan memasuki mansion yang tiga tahun lalu ditinggalkannya, sementara Liam masih tertidur dalam dekapan Luke seperti seekor bayi koala dan Aami tidak bersuara berjalan di sampingnya. Hanya suara sepatu yang menginjak lantai yang terdengar memecah kesunyian. "Matt, cari beberapa orang pengasuh dan instruksikan kepala pelayan untuk menyiapkan kamar untuk mereka," kata Luke kepada Matt. Matt mengangguk lalu pergi, Luna mengikuti langkah Luke menuju lantai atas melewati sebuah lift yang khusus dan mereka tiba di sebuah ruangan besar bernuansa gelap dan itu adalah kamar Luke. "Untuk sementara Liam akan tidur bersamaku sebelum kamarnya siap," kata Luke. "Aku tidak yakin dia akan tidur tanpaku," ujar Luna. Luke membaringkan Liam di atas tempat tidur berukuran besar yang dilapisi kain sprei berwarna abu-abu gelap lalu Luke menatap Luna dengan tatapan dingin. "Kali ini aku tidak akan menahanmu," kata Luke dengan nada yang sangat dingin. Mudah sekali pria di depannya mengatakan hal itu, batin Luna jengkel. "Aku bisa membesarkannya dengan baik. Kami tidak memerlukanmu," kata Luna dengan tenang. Luke tersenyum sinis. "Kau pikir aku tidak peduli pada darah dagingku?" "Aku tidak peduli denganmu, kumohon lepaskan kami. Kami tidak akan mengganggumu," kata Luna mencoba bernegosiasi meskipun ia tahu hampir mustahil. Luke menatap Luna, matanya sedikit menyipit. Wanita muda di depannya saat di Rhoney Valley empat jam yang lalu saat bertemu dengannya jelas ketakutan sampai gemetaran dan sekarang berani-beraninya ingin bernegosiasi dengannya bahkan berani mengatakan tidak peduli padanya. Berani sekali! Tiga tahun yang lalu wanita muda itu juga berani melarikan diri darinya membawa kabur darah dagingnya, kali ini jangan harap wanita itu lepas dari cengkeramannya meskipun ia bisa saja membiarkan wanita yang melahirkan putranya pergi tentu saja dengan catatan Liam tetap di tangannya. Tetapi, membiarkan Liam tumbuh tanpa sosok seorang ibu adalah kesalahan dan ia tidak ingin mengulangi kesalahan yang dilakukan ayahnya. Luke tidak pernah tahu siapa ibunya, ayahnya selalu mengalihkan pembicaraan setiap kali Luke bertanya di mana ibunya hingga Luke memutuskan untuk tidak lagi bertanya perihal ibunya meskipun jauh di dalam benaknya ia sangat merindukan sosok ibu. Ia tidak ingin putranya merasakan kepahitan yang pernah ia rasakan. "Kau bebas melakukan apa saja di rumah ini, tetapi kau tidak bisa keluar sesuka hati tanpa pengawalan. Ingat siapa dirimu, kau adalah ibu dari putraku," kata Luke tegas dan tatapan matanya mengintimidasi. "Dan... wanita tua itu, dia juga tidak bisa pergi dari sini." "Kau tidak bisa menahan Aami begitu saja!" kata Luna dengan tegas. "Aami tidak ada urusan denganmu." Luke memasukkan tangannya ke dalam kantong celananya dan bibirnya tersenyum miring. "Semua orang yang tahu keberadaan putraku, dia tidak bisa lagi hidup bebas." Luna tidak mengerti mengapa Luke berbuat demikian. "Aku tidak mengerti." Luke tidak ingin menjelaskan apa pun pada Luna. Jadi, ia berkata, "Nikmati hidupmu sebagai ibu dari anakmu. Kau tidak akan kekurangan dan masalah Aami, dia Juga harus menyesuaikan diri di sini." "Tidak," kata Luna dengan tegas, "kau boleh menahan kami di sini, tetapi Aami tidak ada kaitannya dengan kami. Ia sudah banyak menolongku di Rhoney Valley, kau tidak seharusnya mempersulitnya." Inilah yang membuat Luke tidak pernah ingin memiliki anak ataupun wanita di sisinya karena akan menjadi kelemahannya dan sekarang hal yang paling dihindarinya terjadi. Jika musuhnya tahu bahwa dirinya memiliki anak, maka keamanan anaknya menjadi hal yang sangat riskan. Begitu juga dengan wanita yang melahirkan anaknya. "Kau dan Aami, tinggallah di sini dengan baik dan kau, jangan pernah berpikir bisa membawa Liam pergi dari sini karena kau tidak akan bisa membawanya," kata Luke seraya melangkah. Luna tahu itu, ia tidak akan bisa melompati tembok lagi dan membawa Liam meninggalkan mansion ini, tetapi hidup bersama mafia terdengar menakutkan. Ia ingin panjang umur dan hidup tenteram. Ia tidak ingin melihat peperangan antar klan seperti yang sering ia dengar di Sisilia. Tiba-tiba Luke berhenti di depan pintu dan menoleh. "Apa kau tidak penasaran dengan kisah ibumu?" Luna terkejut mendengar pertanyaan Luke. "Ibuku sudah meninggal." "Dan kau tidak penasaran kenapa ibumu meninggal?" tanya Luke.Chapter 6 Hidupmu Milikku Luna menyipitkan matanya menatap Luke. "Apa maksudmu?" Luke telah menyelidiki asal-usul Luna, wanita yang melahirkan putranya itu diakui Luke cukup cerdas karena dapat melarikan diri dari cengkeramannya menggunakan gorden dan kain seprei yang dipotong-potong menggunakan pisau buah yang kelihatannya sepele. Luna juga berhasil membuatnya mencari keberadaan wanita itu selama tiga tahun dan bersembunyi di sebuah lembah yang notabene bukan tempat terpencil, bahkan bagaimana Luna keluar dari Italia dan masuk ke Perancis belum ia ketahui sampai saat ini. Jika bukan memiliki kecerdasan dan perhitungan, sudah pasti Luna telah ia temukan sejak lama. "Ibumu bukan meninggal karena sakit," ucap Max dan itu bukan bualan, semua tentang Luna sudah lama ia kantongi. "Ibumu diracun," kata Luke dan menatap Luna dengan serius. Bibir Luna menganga mendengar ucapan Luke dan mendekati Luke. "Tidak mungkin." "Ibumu adalah putri satu-satunya keluarga Cavarallo dan meni
Chapter 7 Garis Kehidupan Luna menghela napasnya dengan berat, makan malam dengan Aami dan Liam di ruang makan yang mejanya sangat panjang hingga muat untuk perjamuan enam belas orang dan mereka hanya bertiga dilayani oleh tiga orang pelayan yang masing-masing melayani satu orang bahkan hanya untuk menuangkan air minum. Dulu ketika keluarga Valerianus belum terperosok ke dalam jurang kebangkrutan, mereka cukup kaya dan memiliki beberapa pelayan di rumah mereka meskipun tidak sebanyak pelayan di mansion Luke. Hanya seorang juru masak, dua orang pemelihara kebersihan, satu orang tukang kebun, dan satu orang sopir yang bertugas mengantar dan menjemput Audrey sekolah. Sementara dirinya diperlakukan tidak istimewa, ia seolah menumpang di rumah itu bahkan setelah usianya dewasa ayahnya pun tidak membelikannya mobil. Luna harus berpuas hati hanya menumpang di mobil Audrey atau terkadang menggunakan transportasi umum, sekarang batinnya dipenuhi dendam karena kekayaan ibunya dinikmati ol
Chapter 8 Transaksi Pertama Luke baru saja masuk kamar bermaksud untuk mengganti pakaiannya karena makanan Liam jatuh mengenai jasnya, tetapi pintu kamarnya diketuk. Ia pun berbalik dan membuka pintu dan mendapati Luna berdiri di depan pintu kamarnya. Luke menatap Luna beberapa saat dan alisnya berkerut. “Ada apa?” Luna meremas pakaiannya. “Kemarin kau bilang agar memberitahumu jika aku ingin melakukan sesuatu pada keluarga Valerianus, aku sudah memikirkannya.” Sebelah mata Luke menyipit. “Secepat itu?” Luna mengangguk. “Semakin cepat semakin baik.” “Apa rencanamu?” tanya Luke seraya menatap mata Luna dengan tegas, sorot matanya seperti mengintimidasi. Luna membalas tatapan Luke meskipun ragu-ragu. “Langkah pertama aku ingin muncul di tempat tinggal mereka,” jawabnya pelan. Bibir Luke mengulas senyum meremehkan. “Sebagai apa kau datang ke sana?” “Aku ingin mereka melihatku, menunjukkan pada mereka jika aku baik-baik saja tanpa mereka,” jawab Luna dengan teg
Chapter 9 Seorang GundikLuke menarik keluar kejantanannya dan memuntahkan cairan kentalnya di atas perut Luna lalu dengan napas yang tidak teratur berkata, “Kau harus mengenakan alat kontrasepsi kecuali jika kau bersedia melahirkan lagi.” Luna mengangguk, ia lebih baik menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan melahirkan lagi meskipun masa depan anaknya sudah pasti terjamin dengan bergelimpangan harta klan Genevece. Luke bangkit dan meraih sebuah kotak tisu yang berada di atas nakas lalu meletakkannya di samping Luna kemudia pria itu meninggalkannya, sementara Luna menyeka cairan yang membasahinya dengan tisu dan membiarkan tisu bekasnya berceceran di lantai lalu mengenakan pakaiannya kemudian meninggalkan kamar Luke. Di kamarnya Luna menanggalkan pakaiannya lalu membersihkan diri di bawah guyuran shower, membersihkan seluruh jejak Luke dari tubuhnya. Luna merasa jika dirinya kotor karena telah menjual dirinya kepada seorang pria demi memenuhi ambisi balas dendamnya dan ia jijik
Chapter 10Penarus Klan Genevece Luke sedang duduk di ruang kerja pribadinya sembari mengisap cerutu di tangannya, matanya yang berwarna keemasan mengawasi monitor di depannya dengan ekspresi datar. Ruangan kerja pribadi Luke berukuran 10 meter persegi dengan nuansa gelap dan furnitur didominasi dengan kayu-kayu berkualitas tinggi. Ruangan itu terletak di bawah tanah dan tidak bisa diakses oleh sembarang orang, selain dirinya hanya Matthew dan seorang kepala pelayan yang diizinkan memasukinya. Ruangan itu selain didesain tahan gempa, juga didesain tahan banjir, dan tahan api juga memiliki akses pintu rahasia untuk melarikan diri. Setiap furnitur di ruangan itu adalah pilihan yang didesain khusus yang hanya ada satu di dunia, bahkan lorong-lorong tempat penyimpanan dokumen didesain menyerupai labirin sehingga orang biasa mungkin akan tersesat di ruang bawah tanah dan tidak bisa keluar. Belum lagi setiap bagian penyimpanan dokumen terdapat kamuflase dan mekanisme rahasia, misalnya se
Chapter 1 1 Milyar Dolar Luna Valerianus terbangun di sebuah kamar hotel, tubuhnya terbungkus selimut hotel yang tebal dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya terutama bagian pangkal pahanya. Juga rasa sakit di kepalanya yang berdenyut-denyut. Luna mencoba bangun, wanita dengan mata berwarna Hazel dan berambut panjang berwarna cokelat itu menyeka air matanya. Ayahnya tega menjualnya ke pria brengsek, penguasa tertinggi Sisilia untuk membayar utang yang sudah tidak dibayar selama satu tahun. Perusahaan ayahnya mengalami defisit keuangan sehingga ayahnya meminjam uang pada sang penguasa Sisilia untuk menyelamatkan perusahaan. Tetapi, kebangkrutan tetap tidak bisa dihindarkan sehingga ayahnya tidak bisa membayar utang pada penguasa Sisilia yang dikenakan sebagai mafia paling kejam di sana. Orang bilang, sang mafia memiliki postur tubuh tinggi besar dan wajahnya yang mengerikan, angker. Tetapi, tadi malam ayahnya menutupi matanya menggunakan kain hitam, tangannya juga diika
Chapter 2 Wanita di Genangan Darah Enam bulan kemudian. Luciano Genevese, pria berusia tiga puluh lima tahun bermata emas dengan rambut cokelat terang itu adalah anak pertama klan Genevese yang paling berkuasa di Sisilia. Dia adalah pria dingin yang angkuh, kejam, arogan, dan tidak mengenal belas kasihan. Orang-orang menjulukinya : si iblis dari pulau terbesar di laut tengah, Sisilia. Sore itu ia sedang berada di sebuah jalanan di Palermo menuju dermaga tua, di sana ia memiliki ratusan kapal yang disewa oleh nelayan untuk mencari nafkah. Selain memiliki ratusan kapal dan mengusai beberapa dermaga, klan Genevese juga memiliki beberapa kapal pesiar, yacht, dan aset lain yang tak terhitung jumlahnya. Bisnis mereka tidak hanya mencakup bisnis legal, kla Genevese juga memiliki bisnis ilegal yang tidak tersentuh oleh pemerintah dan bisnisya bukan hanya di Sisilia, Italia. Mereka menjalankan bisnis hingga ke Amerika serikat. Orang-orang di Sisilia mengenal namanya, Luciano Geneve
Chapter 3 Kabur dari Sang Mafia Kecelakaan itu membuat hidup Luna berubah seratus delapan puluh derajat. Setelah keluar dari rumah sakit ia tinggal di sebuah mansion di pinggiran kota Sisilia. Pemandangan dari dalam kamarnya yang berada di lantai dua sangat indah, ia dapat menyaksikan indahnya pantai di pulau terbesar di laut tengah. Beberapa orang pelayan melayaninya keperluannya, ia juga tidak diperbolehkan keluar dari kamar. Pernah ia mencoba keluar dari kamar dan di depan kamar ada dua orang bodyguard yang berjaga.Orang mungkin menyebutnya sangkar emas, tetapi bagi Luna ini adalah penjara. Luna merasa sehari di dalam kamar seperti satu tahun, ia merasakan bosan yang tidak terkira. Tidak ada teman berbicara bahkan pelayan pun tidak menggubrisnya setiap kali ia mencoba bicara dengan mereka. Ia hanya bisa menonton televisi sepanjang hari, tidur, makan, dan begitu terus terulang sepanjang hari membuatnya hampir mati karena bosan.Bahkan ia tidak pernah bertemu dengan pria yang be
Chapter 10Penarus Klan Genevece Luke sedang duduk di ruang kerja pribadinya sembari mengisap cerutu di tangannya, matanya yang berwarna keemasan mengawasi monitor di depannya dengan ekspresi datar. Ruangan kerja pribadi Luke berukuran 10 meter persegi dengan nuansa gelap dan furnitur didominasi dengan kayu-kayu berkualitas tinggi. Ruangan itu terletak di bawah tanah dan tidak bisa diakses oleh sembarang orang, selain dirinya hanya Matthew dan seorang kepala pelayan yang diizinkan memasukinya. Ruangan itu selain didesain tahan gempa, juga didesain tahan banjir, dan tahan api juga memiliki akses pintu rahasia untuk melarikan diri. Setiap furnitur di ruangan itu adalah pilihan yang didesain khusus yang hanya ada satu di dunia, bahkan lorong-lorong tempat penyimpanan dokumen didesain menyerupai labirin sehingga orang biasa mungkin akan tersesat di ruang bawah tanah dan tidak bisa keluar. Belum lagi setiap bagian penyimpanan dokumen terdapat kamuflase dan mekanisme rahasia, misalnya se
Chapter 9 Seorang GundikLuke menarik keluar kejantanannya dan memuntahkan cairan kentalnya di atas perut Luna lalu dengan napas yang tidak teratur berkata, “Kau harus mengenakan alat kontrasepsi kecuali jika kau bersedia melahirkan lagi.” Luna mengangguk, ia lebih baik menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan melahirkan lagi meskipun masa depan anaknya sudah pasti terjamin dengan bergelimpangan harta klan Genevece. Luke bangkit dan meraih sebuah kotak tisu yang berada di atas nakas lalu meletakkannya di samping Luna kemudia pria itu meninggalkannya, sementara Luna menyeka cairan yang membasahinya dengan tisu dan membiarkan tisu bekasnya berceceran di lantai lalu mengenakan pakaiannya kemudian meninggalkan kamar Luke. Di kamarnya Luna menanggalkan pakaiannya lalu membersihkan diri di bawah guyuran shower, membersihkan seluruh jejak Luke dari tubuhnya. Luna merasa jika dirinya kotor karena telah menjual dirinya kepada seorang pria demi memenuhi ambisi balas dendamnya dan ia jijik
Chapter 8 Transaksi Pertama Luke baru saja masuk kamar bermaksud untuk mengganti pakaiannya karena makanan Liam jatuh mengenai jasnya, tetapi pintu kamarnya diketuk. Ia pun berbalik dan membuka pintu dan mendapati Luna berdiri di depan pintu kamarnya. Luke menatap Luna beberapa saat dan alisnya berkerut. “Ada apa?” Luna meremas pakaiannya. “Kemarin kau bilang agar memberitahumu jika aku ingin melakukan sesuatu pada keluarga Valerianus, aku sudah memikirkannya.” Sebelah mata Luke menyipit. “Secepat itu?” Luna mengangguk. “Semakin cepat semakin baik.” “Apa rencanamu?” tanya Luke seraya menatap mata Luna dengan tegas, sorot matanya seperti mengintimidasi. Luna membalas tatapan Luke meskipun ragu-ragu. “Langkah pertama aku ingin muncul di tempat tinggal mereka,” jawabnya pelan. Bibir Luke mengulas senyum meremehkan. “Sebagai apa kau datang ke sana?” “Aku ingin mereka melihatku, menunjukkan pada mereka jika aku baik-baik saja tanpa mereka,” jawab Luna dengan teg
Chapter 7 Garis Kehidupan Luna menghela napasnya dengan berat, makan malam dengan Aami dan Liam di ruang makan yang mejanya sangat panjang hingga muat untuk perjamuan enam belas orang dan mereka hanya bertiga dilayani oleh tiga orang pelayan yang masing-masing melayani satu orang bahkan hanya untuk menuangkan air minum. Dulu ketika keluarga Valerianus belum terperosok ke dalam jurang kebangkrutan, mereka cukup kaya dan memiliki beberapa pelayan di rumah mereka meskipun tidak sebanyak pelayan di mansion Luke. Hanya seorang juru masak, dua orang pemelihara kebersihan, satu orang tukang kebun, dan satu orang sopir yang bertugas mengantar dan menjemput Audrey sekolah. Sementara dirinya diperlakukan tidak istimewa, ia seolah menumpang di rumah itu bahkan setelah usianya dewasa ayahnya pun tidak membelikannya mobil. Luna harus berpuas hati hanya menumpang di mobil Audrey atau terkadang menggunakan transportasi umum, sekarang batinnya dipenuhi dendam karena kekayaan ibunya dinikmati ol
Chapter 6 Hidupmu Milikku Luna menyipitkan matanya menatap Luke. "Apa maksudmu?" Luke telah menyelidiki asal-usul Luna, wanita yang melahirkan putranya itu diakui Luke cukup cerdas karena dapat melarikan diri dari cengkeramannya menggunakan gorden dan kain seprei yang dipotong-potong menggunakan pisau buah yang kelihatannya sepele. Luna juga berhasil membuatnya mencari keberadaan wanita itu selama tiga tahun dan bersembunyi di sebuah lembah yang notabene bukan tempat terpencil, bahkan bagaimana Luna keluar dari Italia dan masuk ke Perancis belum ia ketahui sampai saat ini. Jika bukan memiliki kecerdasan dan perhitungan, sudah pasti Luna telah ia temukan sejak lama. "Ibumu bukan meninggal karena sakit," ucap Max dan itu bukan bualan, semua tentang Luna sudah lama ia kantongi. "Ibumu diracun," kata Luke dan menatap Luna dengan serius. Bibir Luna menganga mendengar ucapan Luke dan mendekati Luke. "Tidak mungkin." "Ibumu adalah putri satu-satunya keluarga Cavarallo dan meni
Chapter 5 Kembali ke SisiliaHabislah sudah, batin Luna saat mendapati siapa pria di depannya. Ia berusaha tenang dan berdehem pelan. "Liam, minta maaf pada Uncle." "Papa... Papa...," ucap Liam.Luna putus asa karena Liam menempel pada kaki Luke seperti gurita kecil yang menempelkan tentakelnya pada sebatang kayu. Luke mengulurkan kedua tangannya, matanya yang berwarna kuning emas menatap Liam dengan penuh kasih sayang. Tiga tahun ia mencari wanita yang mngandung putranya ke mana-mana, seluruh Sisilia telah ia cari tanpa terlewatkan satu jengkal pun tanah di sana hingga seluruh daratan Italia, bahkan semua pulau-pulau kecil di sekitar Italia dan kini ia menemukan wanita itu di Perancis, di sebuah lembah penghasil anggur terbaik. Benar-benar tidak disangka.Luke mengangkat Liam dan membopongnya. "Jadi, namamu Liam?" tanyanya dengan suara sedikit parau, hampir tenggelam dalam kebahagiaan yang tidak pernah dibayangkan. Liam mengangguk dan melingkarkan lengannya di leher Luke. "Papa!"
Chapter 4Kembali Bertemu Rhoney Valley, Perancis. Tiga tahun kemudian. Cuaca di Rhoney Valley cerah dan hangat, awal musim panas adalah sesuatu yang menggembirakan bagi Luna karena bisa berjemur di bawah terik matahari. Luna memakaikan topi pada putranya yang belum genap berusia tiga tahun. “Kau tampan sekali,” ucap Luna pada putranya Liam Adams. “Apa aku setampan ayahku?” tanya Liam. Mata Liam berwarna emas seperti ayahnya, Luciano Genevece dan Luna tidak menampik jika putranya mirip dengan Luciano Genevece yang pernah ia temui satu kali. Luna sengaja memberi nama putranya Liam Adams, tidak mengambil nama keluarga Genevece maupun keluarganya yang sudah membuangnya. Tiga tahun ini ia tinggal di perkebunan angur milik kenalan lama keluarga Julie, bekerja di sana mengurus kebun anggur yang sangat luas. Tentunya Luna bukanlah satu-satunya pengurus kebun anggur, ada puluhan orang yang bekerja di kebun anggur itu dan Luna merasa sangat aman tinggal di sana. Luciano Genevece mungki
Chapter 3 Kabur dari Sang Mafia Kecelakaan itu membuat hidup Luna berubah seratus delapan puluh derajat. Setelah keluar dari rumah sakit ia tinggal di sebuah mansion di pinggiran kota Sisilia. Pemandangan dari dalam kamarnya yang berada di lantai dua sangat indah, ia dapat menyaksikan indahnya pantai di pulau terbesar di laut tengah. Beberapa orang pelayan melayaninya keperluannya, ia juga tidak diperbolehkan keluar dari kamar. Pernah ia mencoba keluar dari kamar dan di depan kamar ada dua orang bodyguard yang berjaga.Orang mungkin menyebutnya sangkar emas, tetapi bagi Luna ini adalah penjara. Luna merasa sehari di dalam kamar seperti satu tahun, ia merasakan bosan yang tidak terkira. Tidak ada teman berbicara bahkan pelayan pun tidak menggubrisnya setiap kali ia mencoba bicara dengan mereka. Ia hanya bisa menonton televisi sepanjang hari, tidur, makan, dan begitu terus terulang sepanjang hari membuatnya hampir mati karena bosan.Bahkan ia tidak pernah bertemu dengan pria yang be
Chapter 2 Wanita di Genangan Darah Enam bulan kemudian. Luciano Genevese, pria berusia tiga puluh lima tahun bermata emas dengan rambut cokelat terang itu adalah anak pertama klan Genevese yang paling berkuasa di Sisilia. Dia adalah pria dingin yang angkuh, kejam, arogan, dan tidak mengenal belas kasihan. Orang-orang menjulukinya : si iblis dari pulau terbesar di laut tengah, Sisilia. Sore itu ia sedang berada di sebuah jalanan di Palermo menuju dermaga tua, di sana ia memiliki ratusan kapal yang disewa oleh nelayan untuk mencari nafkah. Selain memiliki ratusan kapal dan mengusai beberapa dermaga, klan Genevese juga memiliki beberapa kapal pesiar, yacht, dan aset lain yang tak terhitung jumlahnya. Bisnis mereka tidak hanya mencakup bisnis legal, kla Genevese juga memiliki bisnis ilegal yang tidak tersentuh oleh pemerintah dan bisnisya bukan hanya di Sisilia, Italia. Mereka menjalankan bisnis hingga ke Amerika serikat. Orang-orang di Sisilia mengenal namanya, Luciano Geneve