Sebenarnya Amanda masih kurang nyaman untuk menghadapi makanan tapi dia tetap harus menghargai ayah mertuanya dan ikut duduk di meja makan.
Selain minum dari gelas yang sama dengan Amanda Dom juga memotongkan daging dari piringnya untuk dia berikan pada Amanda. Sepertinya hal itu juga tidak luput dari perhatian Silvie dan Mr. Dexter.
"Dulu ibumu juga hanya mau makanan yang sudah kumakan," ucap Mr. Dekter saat melihat apa yang sedang dilakukan putranya.
"Oh, " kaget Dom ketika berhenti dan mendongak pada ayahnya.
Bahkan Amanda sampai ikut berhenti mengunyah begitu mendengar perkataan Mr. Dexter.
"Aku serius, bahkan ibumu sama sekali tidak mau men
YUK VOTE YA
Amanda sedang duduk di tepi kolam renang mengawasi Sisi dan Moly yang sedang berenang ketika tiba-tiba Silvie menghampirinya. "Hai, Amanda." Sapa Silvie sambil tersenyum dan berjalan melenggok. "Kau tidak ikut berenang?" wanita itu pura-pura bertanya pada Amanda yang dari tadi memang hanya duduk di tepi kolam. "Tidak." Amanda tetap tidak suka banyak basa-basi dengan wanita itu. Silvie melirik perut besar Amanda yang sudah kelihatan susah bergerak apalagi untuk melayani Dom. Silvie membuka jubah kimononya untuk menunjukkan tubuh seksinya yang cuma terbalut bikini bertali tipis. Ada sebuah tato sayap elang di belakang pinggulnya dan sebuah bunga mawar di sisi paha. Silvie memang sangat cantik, seksi, dan mantan penari klub dewasa yang pastinya pandai menggoda pria. "Momy!" teriak putrinya yang baru menepi di seberang kolam bersama Sisi. "Hay tunggu sebentar." Silvie melambai pada Moly dan Sisi yang kompak menyeringai karena sinar matahari pagi.
Amanda terbangun di tengah malam oleh mimpi yang membuatnya gelisah, tubuhnya kepanasan lagi karena Dom benar-benar melarang Amanda mengunakan pendingin ruangan. Entah pria itu membaca artikel sesat dari mana yang melarang ibu hamil berada dalam ruangan ber-AC. Biasanya Dom hanya akan membuka pintu balkon agar udara tetap ter sirkulasi jika Amanda mulai mengeluh kepanasan. Tapi kali ini Amanda malah tidak melihat Dom, tempat tidurnya kosong. Amanda turun untuk memeriksa ke bilik kamar mandi tapi Dom juga tidak ada. Amanda membuka sendiri pintu balkon lebar-lebar dan kembali naik ke atas ranjang untuk berusaha tidur sendirian. Sepertinya sudah hampir pagi ketika Amanda kembali terbangun dan mendapati Dom sudah kembali tidur di sampingnya. Amanda tidak bertanya apa-apa karena pagi harinya Dom sudah bangun lebih dulu dan membawakannya sarapan ke kamar. Dom terlihat sangat bahagia begitu kemarin dokter mengatakan jika anak mereka laki-laki dan sekarang dia jadi a
"Jadi bayinya laki-laki!" kaget Mr. Dexter tapi juga bahagia dan bangga ketika kemudian menepuk bahu putranya."Aku benar-benar sudah tidak sabar." Mr. Dexter sedang terlampau bahagia karena akhirnya dia akan segera memiliki dua cucu laki-laki sekaligus. "Jaga kehamilannya baik-baik!"Dom mengangguk sambil menatap Amanda yang balas tersenyum pada ayah mertuanya."Jangan terlalu lelah karena kehamilannya akan semakin berat." Mr. Dexter juga pernah ikut menghadapi kehamilan istrinya yang sangat tidak mudah.Mr. Dexter kembali menceritakan pengalamanya sebelum Dom dan Flin lahir. "Kau lahir lebih besar dari pada saudaramu, kau juga tumbuh lebih cepat di beberapa bulan pertama sampai tiba-tiba kau kembali dan sudah sebesar ini." Mr. Dexter akan selalu bangga ketika menepuk bahu putranya seperti itu.Setiap kali Silvie juga cuma ikut menyimak tanpa ingin terlibat dalam obr
"Kemana sebenarnya istrimu?"Mona semakin curiga jika Ardi memang sedang berbohong mengenai Amanda, karena itu hari ini dia sengaja mendatangi Ardi ke kantornya. Sudah beberapa kali Ardi selalu terlihat datang sendiri ke acara keluarga dan terus beralasan jika Amanda sedang berlibur bersama orang tuanya."Sudah cukup lama aku tidak melihatmu bersama Amanda."Ardi membiarkan Mona sampai duduk dan mulai bicara lagi. "Kau tidak bisa membohongiku! karena tidak mungkin mereka berlibur sampai berbulan-bulan.""Maaf sebenarnya kami sedang memghadapi masalah dan memutuskan untuk berpisah dulu sementara." Ardi terpaksa membuat kebohongan karena Mona mulai curiga.
Amanda sudah gelisah sepanjang malam, kepanasan dan perut besarnya semakin susah untuk berbaring. Pagi-pagi Dom sudah mengajak Amanda berendam agar lebih rileks. Kehamilan kembar memang benar-benar tidak mudah."Bagaimana apa sudah lebih nyaman?" Dom juga meletakkan kaki Amanda di atas pangkuan pahanya untuk dia urut dengan pelan.Amanda memejamkan mata untuk fokus pada konsentrasinya dan mulai mengatur napas seperti yang dia pelajari di kelas yoga."Aku ingin melahirkan dengan cara normal," ucap Amanda begitu membuka mata dan menatap Dom yang masih memberi pijatan pelan pada telapak kakinya yang juga mulai membengkak."Kita harus menunggu cukup bulan jika ingin melahirkan normal, aku khawatir bayinya
Setelah kehamilan yang tidak mudah, persalinan yang mendebarkan, dan mengurus dua bayi sekaligus juga akan menjadi pekerjaan ekstra bagi orang tua. Inilah hidup baru dan dunia baru untuk mereka semua. Cahaya mata hari pagi yang menembus jendela kaca terlihat seperti serabut jingga ketika berpendar menerangi kedua box bayi yang sedang berada dalam bingkai pelukan lengan Dom. Pria itu masih memandangi kedua bayi laki-lakinya yang sedang terlelap tidur di hari yang benderang. Perasaannya sedang sulit untuk diungkapkan, terlalu ajaib, terlalu luar biasa dan terlalu bahagia. Amanda juga memperhatikan pria itu dan diam-diam menitikkan air mata. Sekarang mereka adalah orang tua, mereka akan membesarkan anak-anak mereka bersama, Amanda yakin Dom juga sedang memikirkan hal itu.
Dom langsung membawa Amanda untuk menemui orang tuanya. Ibu Amanda seketika menangis tapi ayah Amanda masih tidak bergeming atau mengucapkan apapun ketika melihat putrinya berani pulang dengan lelaki itu. "Eyang ... " Sisi yang paling dulu berlari ke pelukan kedua eyangnya bergantian. Satu-satunya hal yang tidak membuat ayah Amanda mengusir Dom saat itu juga, adalah keberadaan cucunya. Bagaimanapun mereka tidak akan memperlihatkan pertengkaran di depan anak-anak. Dom tetap menyapa lebih dulu untuk mendekati ayah Amanda meski kemudian uluran tangannya ditolak dan tidak ditanggapi sama sekali. Amanda juga melihat ketika Dom harus menarik kembali tangannya, tapi Amanda juga tidak bisa berbuat apa-apa kecuali cuma ikut menahan
"Ayah!" pekik Sisi begitu melihat Ardi yang sudah berdiri di ambang pintu. Sisi yang semula sedang bercerita dengan kakeknya segera berlari kepada Ardi, melompat ke gendongannya dan sulit untuk digambarkan seperti apa perasan Ardi kali ini. Bagaimanapun mereka tetap ayah dan anak yang juga saling merindukan setelah satu tahun terpisah tanpa kabar. "Aku punya adik," ucap Sisi dengan begitu polosnya. "Ya, tadi eyang sudah cerita." Hati Ardi masih seperti tersendat tapi dia masih berusaha tersenyum pada putrinya. "Ayah mau lihat?" Sisi bergelayut manja di lehernya sambil kembali mencium pipi Ardi. "Ya." Ardi juga balas menciumnya sek