Kisah Dom ini sengaja ku tulis sebagai jawaban dari banyak nisteri yang masih tersisa dari cerita-cerita yang pernah kutulis sebelumnya.
Amanda sangat marah karena Dom Berani merekayasa kematiannya sendiri dan merahasiakan semua rencananya. Setelah menyembunyikan anak-anak, Amanda segera pergi ke Tokyo. Amanda harus menemui Amir yang telah bersekongkol dengan Dom untuk membohonginya. Amanda pergi mengunakan identitas palsu agar tidak terlacak. Amanda semakin pandai melakukan hal-hal ilegal sejak menjadi istri seorang mafia."Jangan pikir kalian semua bisa menipuku!" tegas Amanda sambil berkacak pinggang di depan ketiga orang kepercayaan Dom.Amir melirik kedua pengawal Dom yang ikut tidak berkutik dengan tubuh tinggi besar mereka ketika berhadapan dengan Amanda. Amanda memang bisa sangat nekat tidak terduga hingga sering tidak masuk akal dan sulit ditangani."Di mana anak-anakmu?" tanya Amir."Itu bukan urusan kalian!""Dom bisa melobangi kepalaku jika sampai terjadi sesuatu padamu dan anak-anak." Amir tidak main-main."Kalian memang sama saja!" tegas Amanda semakin marah karena dengan kalimat yang baru diucapkan Amir b
"Kita juga harus merahasiakan semua ini dari Dom, jangan sampai dia tahu karena Dom tidak akan membiarkan kita terlibat!" Amanda memperingatkan Moly. Amanda juga semakin pintar dan licik sejak menjadi istri seorang mafia. Setelah menyusun rencanannya dengan Moly, Amanda kembali pada anak-anaknya yang masih dia sembunyikan bersama Ardi. Ardi membawa anak-anak berlibur ke fila dan menyita semua alat komunikasi mereka sampai berita kecelakaan pesawat itu mereda dari pemberitaan. Ketika Amanda tiba, kedua anak kembarnya sedang berenang di halaman belakang bersama Ardi. Ardi langsung menepi begitu melihat kedatangan Amanda. Pria itu menyaruk rambut basah di dahinya untuk mengurangi rasa pedih di mata ketika harus mendongak pada Amanda. "Bagaimana?" tanya Ardi ketika Amanda mendekat ke tepi kolam. "Dia baik-baik saja." "Bunda!" panggil Evan dan Flin dari sebrang kolam. Amanda melambai kemudian juga tersenyum pada Sisi yang baru mendongak dari buku bacaannya di kursi berjemur. "Aku ak
Semula Moly sangat percaya pada Sky, tapi tidak tahu kenapa, cuma karena melihat pemuda itu menyimpan alat kontrasepsi, Moly jadi sangat ketakutan seperti ini. Moly merasa tidurnya tidak tenang meskipun dia sudah mengunci pintu kamar dari dalam. Moly benar-benar masih polos dalam urusan teman laki-laki, bahkan sampai usianya sekarang ia belum pernah sekalipun berkencan dengan teman cowok.Moly tumbuh di tengah keluarga yang selalu menjaganya dengan disiplin, Moly biasa bermain di halaman rumah dengan para pengawal bersenjata bertubuh tegap yang berkeliaran. Bahkan ketika Moly harus tinggal di luar negeri untuk melanjutkan studinya ia juga selalu diikuti oleh Silvie. Kepergiannya ke New York kali ini adalah misi nekat demi Dom dan Amanda.Amanda sudah menyusun strategi untuk membantu Dom mengalahkan George Loghan, musuh yang licik dan sangat berbahaya. Amanda benar-benar nekat dengan resiko tinggi karena Moly bisa ikut berada dalam bahaya. Tapi memang hanya Moly yang bisa meyakinkan Ane
Di jam istirahat makan siang Amanda menelpon Ardi, kebetulan Mona juga sedang mampir di kantor adiknya."Apa aku bisa minta tolong untuk jemput si kembar?" tanya Amanda dari seberang telepon yang samar-samar juga bisa ikut disimak oleh mantan kakak iparnya. "Aku masih di sekolah baru Sisi untuk mengurus beberapa datanya. Aku takut tidak akan sempat.""Ya, jam berapa anak-anak pulang?""Jemput mereka sebelum jam dua siang.""Baiklah, kau jangan cemas.""Terima kasih, aku sudah di tunggu kepala sekolahnya." Amanda buru-buru menutup teleponnya begitu Ardi sudah setuju."Apa itu Amanda?" Mona pura-pura bertanya pada Ardi yang baru meletakkan kembali ponselnya ke atas meja."Ya." Ardi menatap Mona sekilas untuk menghindari kritik dari kakak perempuannya yang ia tahu tidak akan pernah menyukai Amanda."Sisi memang anakmu, tapi anak laki-laki itu bukan!" tegas Mona tidak terima adiknya masih mau disuruh-suruh oleh Amanda."Amanda sedang sibuk mengurus kepindahan Sisi. Setelah ini Sisi akan le
Begitu ada sedikit kesempatan untuk sedikit berkelit, Amanda segera menggigit lengan besar yang menjeratnya."Oh, tidak!" pekik Amanda yang malah diangkat lebih tinggi."Turunkan aku!" Amanda berteriak lagi.Mulut Amanda sudah tidak dibekap lagi tapi tetap ditenteng dengan enteng untuk dibawa masuk ke dalam kamar. Di sela kesibukannya untuk berontak, Amanda mendengar suara berdebum dari daun pintu yang ditutup kasar."Aku tidak takut denganmu, Brengsek!" Amanda makin berteriak dan, "Ao!" dia memekik lagi begitu merasakan sengatan panas dari telapak tangan besar yang baru memukul bokongnya.Tubuhnya Amanda juga langsung dilempar ke atas ranjang sampai terpantul."Kau memang terkutuk, Dominic Rodriguez!" Bibir Amanda masih berdesis-desis sambil meraba pinggang serta bokongnya yang baru terpental.Dom menurunkan hoodie hitam yang menaungi kepala serta siluet kontur wajahnya dengan bayangan gelap, Dom juga segera membuka maskernya untuk menatap Amanda. Amanda langsung bangkit berdiri untuk
"Ada yang coba masuk ke laboratorium, aku harus pergi!" Dom segera berpakaian dengan cepat meninggalkan Amanda yang masih bingung."Berjanjilah kau akan segera kembali," mohon Amanda.Dom terhenti untuk berpaling lagi pada wanitanya kemudian merangkak ke atas ranjang dan mencium Amanda sekali lagi."Aku, akan pulang untukmu!"*****Amanda masih sangat khawatir, apalagi dia juga belum bisa menghubungi Moly sejak tadi pagi. Sudah lebih dari sepuluh kali Amanda coba menelpon gadis itu tapi sama sekali tidak bisa terhubung. Moly memang sedang mematikan ponselnya karena semua yang bekerja di laboratorium sedang di isolasi setelah peristiwa pencurian formula yang dilakukan oleh anak buah George Loghan.Amanda masih duduk di dekat jendela dengan berbagai pikiran gusar. Tangan Amanda terus menggenggam ponsel yang juga tidak kunjung bergetar seperti yang dia harapkan. Amand butuh kabar tentang suaminya."Bunda, Kak Sisi akan pergi ke pantai apa kita boleh ikut?" Flin dan Evan kembali rewel ingi
"Amanda, maaf aku baru bisa menghubungimu.""Oh, Tuhan akhirnya aku mendengar suaramu." Amanda merasa lega begitu akhirnya Moly menelpon."Aku ikut di isolasi bersama semua orang yang bekerja di laboratorium.""Sejauh mana Dom mengetahui rencana kita?" Amanda buru-buru memastikan."Mengenai Anelies masih aman, aku hanya memberitahunya sebagian.""Oh, Tuhan ..." Amanda kembali merasa lega. "Lalu bagaimana perkembangannya?""Mereka masih melakukan pelacakan, kau jangan cemas karena yang berhasil dicuri cuma formula palsu.""Formula palsu?" Amanda juga heran."Ya, Dom mengunakan umpan untuk melacak balik pergerakan targetnya. Mereka akan segera menemukan George Loghan!""Aku tetap sangat mencemaskan Dom.""Jangan cemas, Amanda. Brandon Lington juga sudah sangat berhati-hati dan waspada, dia tidak akan sembarangan untuk keselamatan Dom. Dom bersama pengawal berkemampuan khusus, Nathan bisa menangani semua ini. Dom punya tim yang solid, kita pasti menang!"Moly sangat optimis meski kepala A
Dom menyembunyikan formula yang asli di sebuah ruang bawah tanah dengan kedalaman ratusan meter di bawah pondasi hotel Royal Global miliknya. Sebuah banker dengan sistem sekuriti paling canggih yang sebenarnya memang mustahil untuk bisa ditembus. Tapi serapi apapun sebuah rencana kadang tetap sangat mungkin terjadi hal-hal tidak terduga.Anelies bisa dengan mudah mendapatkan akses masuk hanya dengan membaca isi pikiran Moly. Anelies melihat beberapa penjaga khusus dengan pakaian karyawan hotel, sangat tidak mencolok tapi Anelies bisa mengenali masing-masing dari mereka serta tugasnya."Kau mau ke mana?" tanya salah seorang petugas dapur hotel ketika melihat Anelies membawa ember menuju pintu darurat."Ada tamu yang melapor, ada muntahan di lantai basemen." Anelies berbohong dengan pakaiannya yang ia curi dari petugas kebersihan. Anelies juga menunjukkan kode tertentu mengunakan gerakan jarinya.Pekerja dapur itu cuma mengerutkan Alis kemudian mengangguk untuk mempersilahkan. Anelies me