Apa yang terjadi di bawah ternyata belum disadari oleh Earth dan Emily. Mereka bergumul mesra di ranjang, kemudian kebersamaan berlanjut di bathtub, di dalam rendaman busa sabun putih hangat.
Tangan Earth begitu lembut sekaligus begitu kuat. Berada di belakang Emily, lengannya kokoh melingkari gadis itu, terus memberi semua yang diam-diam diimpikan semua wanita dalam mimpi terliar mereka. Menciptakan gelombang-gelombang hasrat nan mengalir deras di setiap pembuluh darah, menciptakan sensasi memalukan yang mengejutkan sekaligus sangat menyenangkan.
Begitu ingin Emily lari dari pemuda itu sejauh-jauhnya, namun ia tak kuasa. Earth membungkam setiap erangan Emily dengan bibirnya yang mengecup mesra, begitu terampil. Terasa hangat, basah, lembut dan manis.
Kesepuluh jemarinya yang sedari dulu begitu liar dan lepas santai bermain-main di dalam air berbusa putih lembut bagaikan krim susu, menjelajah bebas ke mana saja mereka mau. Memijit perlahan, terkadang keras, sese
Ritual cinta panas dingin yang semula tak mereka kehendaki itu akhirnya harus berakhir juga. Emily sadar, cepat atau lambat, akan ada salah satu kakak kembar Earth yang akan mendatangi kamarnya. Ia bergegas bangkit dari peraduan, mendatangi lemari, mencoba mencari gaun pesta lain dari koleksi lama almarhumah ibu kembar Vagano. Gaun-gaun mewah ala putri raja atau bangsawati Everopa yang masih sangat terawat."Earth, aku.. aku tak bisa terus-menerus melakukan hal ini bersamamu. Bila memang aku ditakdirkan menjadi milikmu, pada waktunya kita pasti akan bersama.""Sampai kapan, Emily? Kedua kakakku hanya akan memisahkan kita berdua. Terutama Ocean. Aku sangat tidak suka melihatmu dekat dengannya." Earth masih berbaring santai tanpa sehelai benangpun di atas ranjang Emily, tampak tak peduli dan tak kedinginan sedikitpun. Disilangkannya kedua tangannya pada divan, memamerkan otot-otot lengannya yang atletis. Dadanya bidang tak terlalu berambut. Perutnya rata nyaris sempurna,
Ocean masih menunggui Carl yang baru saja sadar namun belum mampu berbuat banyak. Kelihatan sekali ia belum begitu pulih setelah mengalami hal yang mengancam nyawa."Tuan Muda Ocean, Anda bisa meninggalkan Tuan Carl di sini, kami akan merawatnya baik-baik. Beliau masih harus beristirahat total. Mungkin bila sudah pulih beliau siap menceritakan semuanya kepada Anda," demikian keterangan beberapa petugas kesehatan."Kami juga akan mencari dua orang mencurigakan yang meninggalkan minuman anggur beracun itu, semoga bisa segera ditemukan.""Baiklah, aku akan segera kembali ke pesta," ujar Ocean sambil berdiri dan mengenakan topeng mata hitamnya kembali.Sky sudah terlebih dahulu kembali ke pesta kebun di mana sebagian besar tamu masih berdansa dan makan minum sepuasnya diiringi musik yang meriah. Dini hari yang sama sekali tidak sesunyi biasanya, walaupun sempat terjadi insiden keracunan Carl. Mereka tak peduli, pesta tetap berlangsung meriah.Sekarang
"Siapa dia?" Kate dan Katy Forrester sama-sama bingung, segera berbisik-bisik berdua, berdiskusi untuk langkah selanjutnya. Gadis asing itu semakin dekat dengan Sky, membuat pemuda yang belum mengenalnya itu kebingungan. Ia tak ingin kedoknya sebagai Ocean terbongkar di hadapan kedua Forrester yang sedang ia kecoh! "Kai, aku datang dari jauh mencarimu setelah kau meninggalkanku, walaupun kau di sini tampaknya tak memikirkanku sama sekali, sesungguhnya aku tetap memikirkanmu!" Gadis asing itu maju dan tetiba meremas lengannya! 'Uh, apa-apaan ini?' Sky semula hendak menepis, namun ia tak kuasa mengelak, ia tak ingin gadis yang mengaku bernama Ainanani itu curiga bahwa ia bukanlah Ocean! "Hmm, Kai, mengapa tak sakit, apakah lukamu sudah sembuh?" Aina merasa heran. "Uhh, ya, Nona, tapi maaf, kau tunggu di sini dulu, aku lupa, ada urusan penting yang harus kuselesaikan dengan kedua saudaraku, oke? Sampai nanti!" Sky tersenyum, masih m
Sementara Ocean belum tahu apa-apa tentang semua yang terjadi pada Emily-Earth maupun Sky dan kedua kembar Forrester. Pemuda itu masih terus memikirkan Carl dan berharap sahabat ayahnya segera pulih agar bisa menceritakan semua yang terjadi. Ia masih memikirkan semua yang terjadi malam ini. Apakah benar, ia takkan pernah bisa lepas dari bayang-bayang Aina? Haruskah ia menemukan dan minta maaf kepada gadis itu? Apakah memang Emily takkan pernah bisa termiliki? Pemuda itu belum tahu jika Emily baru saja sekali lagi 'bersama' dengan Earth. Ia juga belum tahu jika Aina baru saja berjumpa dengan Sky yang gadis itu sangka sebagai dirinya! "Sebaiknya kuikuti saja semua acara pesta ini hingga selesai, kuharap Emily akan bisa menerimaku, memenangkan hatinya. Earth maupun Sky tak boleh berhasil memiliki apa yang pernah hampir kudapatkan di masa lalu! Masalah kemunculan gadis asing 'mirip' Aina itu, entahlah. Barangkali hanya fatamorgana belaka. Semuanya masih terlalu mustahil
Ketiga gadis pirang dan ketiga pemuda kembar itu kini berada di dalam labirin pagar hidup berdinding rumpun tanaman hijau rapi setinggi kurang lebih dua setengah meter. Walau diberi penerangan lampu-lampu taman ala zaman bernuansa vintage setinggi lebih dari tiga meter, tetap saja bersuasana temaram. Lokasi keenamnya acak dan tak diketahui seorangpun satu sama lain lain. Semua atas permintaan Sky yang tak ingin ada kecurangan. Mereka masing-masing dituntun oleh seorang petugas penyelenggara pesta hingga ke titik tertentu, saling berjauhan dari yang lain hingga takkan ada yang bisa bertemu dengan cepat dan mudah. Setelah beberapa menit ditinggal dalam kesendirian, masing-masing 'pemain' diizinkan untuk membuka kain hitam penutup mata. Emily menemukan dirinya berada entah di mana, beratapkan langit hitam dengan beberapa bintang dengan tiga sisi dinding dedaunan hijau tinggi dan sebuah lorong panjang membentang. Labirin itu beralas rumput hijau pendek. Wal
Kedua gadis kembar Forrester, Kate dan Katy juga berada di lokasi terpisah satu sama lain. Sesuatu yang sangat jarang terjadi, mereka selalu bersama semenjak lahir, baru beberapa waktu lalu terpisah gegara insiden pedang terkutuk.Gelegar petir membelah angkasa itu sempat mengejutkan mereka. Kate si sulung sepertinya tak terlalu peduli. Ia tahu permainan cari mencari seperti ini sama saja seperti yang mereka berdua sering lakukan di Everopa sewaktu mereka masih kecil dahulu. Ia hanya ingin segera bertemu dengan Ocean dan merebut hatinya lagi. Tak peduli pada Emily maupun kemunculan gadis asing aneh yang tadi sempat merusak mood-nya.'Ocean, kau harus bertanggungjawab pada apa yang kau perbuat kepadaku malam itu! Walaupun kau mengaku amnesia, aku takkan pernah lupa semuanya. Surat yang kau tuliskan juga masih ada padaku, kusimpan baik-baik di Lorong Bawah Tanah. Tinggal kutunjukkan saja kepada semua orang sebagai bukti, maka kau akan segera jadi milikku!'&nb
Xander sesungguhnya sadar jika ia tak boleh mengacaukan semua rencana Lara. Pemuda itu masih penasaran semua tentang Aina; berada di mana, apa yang kini gadis itu lakukan. Tetapi Lara takkan suka jika sampai tahu awal perkenalan dan keterlibatannya dengan wanita asing itu. Untuk saat ini terpaksa diam saja, dalam hati Xander masih berharap ada kesempatan untuk menjauh sedikit, atau seterusnya, dari si kakak tiri Vagano. 'Aku tak ada urusan dengan Lara dan semua keluarga Vagano, bagaimanapun aku tiba di sini dengan rencana yang berbeda dengannya. Tak ingin diatur-atur, dan juga belum bisa mencintainya. Maafkan aku, Lara!' Xander membatin sambil memandang Lara tanpa kata-kata. "Kurasa kau mencemaskan kejadian tadi. Tenang saja, korban anggurku hidup atau mati, ia takkan mengubah rencana semula. Jika ia mati, ketiga adikku akan sadar jika aku tak main-main dan akan segera menunjukkan diriku secepatnya." "Jika ia hidup, ia bisa segera mengenalimu dan menjadi saks
Hujan di luar puri turun semakin deras, hingga semua tamu pesta dan para petugas terpaksa menyingkir ke area-area tertutup atau bagian dalam puri. Hanya Ocean, Sky dan Earth beserta ketiga gadis yang mereka harus temukan masih mengembara tanpa arah di dalam labirin. Tanpa pengawasan petugas dan tanpa jaminan keamanan lagi.Mereka semua basah kuyup, namun tak seorangpun berhasil keluar maupun menemukan satu sama lain. Tirai air deras tercurah dari langit tanpa henti menghalangi sekaligus menghambat permainan cari-mencari yang masih berlangsung.Emily mulai merasa kedinginan dan putus asa. Sekujur tubuhnya basah kuyup dan menggigil, napasnya semakin sesak. Bibirnya terasa kebas dan membiru. Ia berharap bisa segera melihat siapa saja di kejauhan. Namun labirin ini terlalu besar dan luas. Lorong-lorong yang sempit seakan tak pernah berakhir, bagai pemandangan layar game online tiga dimensi di mana semua sisi terlihat hitam dan hijau tanpa kejelasan."Sebaiknya aku d
Bulan dini hari perlahan muncul dari balik awan-awan mendung di angkasa, memberi penerangan dalam udara pantai Pulau Vagano yang masih sangat dingin menusuk tulang."Ternyata kau juga hadir di tempat ini, Alexander!""Lara? Huh, sudah kuduga kau akan berhasil tiba di sini. Pastinya kau senang sudah bertemu kembali dengan saudara-saudara tiri yang selama ini kau cari dan rindukan!" Xander tersenyum kecut, "I see. Satu orang Vagano diam-diam sudah jadi tawanan kecilmu! Sungguh hebat!""Huh, kejutan hebat! Mengapa kau bisa ada di sini? Aku benci padamu, Guru Muda Pengecut! sejak di Evertown aku seharusnya sudah menghabisimu, andai aku tahu sedari awal Emily berhasil kau miliki!" geram Sky yang masih ada di bawah todongan dua senjata di tangan Lara."Oh, jadi itu kau, Eagle Eyes Sang Penyanyi? Menarik sekali kau juga ingin gadis yang sama dengan kakak dan adikmu. Kalian bertiga sama-sama jatuh cinta pada kekasihku selama bertahun-tahun lamanya tanpa ada yang mau mengalah! Akan tetapi, tak
"Ada apa sebenarnya di tempat ini?" Xander menemukan dirinya berada di sebuah lokasi yang masih asing baginya.Langit dini hari terselubung awan tebal kelabu hitam diselingi petir sambar-menyambar yang enggan berhenti. Di kejauhan, debur ombak menggempur pantai terjal tiada henti. Gelombang-gelombang air tinggi seolah menggapai-gapai naik turun hendak menenggelamkan Pulau Vagano, menyeret turun semua yang ada di atas permukaan tanah. Samar-samar, Xander hanya bisa melihat hamparan batu-batu nisan dan salib penanda makam, lama dan baru di sekitarnya. Beberapa tampak baru dan rapi, beberapa sudah dalam keadaan rusak menyedihkan."Apa yang dapat kulakukan di sini?" Tiba-tiba petir menyambar, hanya beberapa meter saja dari lokasi Xander berada. Pedang Terkutuk dalam genggaman tangannya bersinar dan teracung ke tempat yang 'ditunjukkan' petir itu."Tunggu mereka di sana!" Terdengar suara misterius yang menuntun Xander hingga tiba di titik ini. "Mereka akan segera datang!"********** Sem
"Aku, aku, sesungguhnya aku bukan..." kembali ke masa kini, Sky yang diarahkan Lara dalam rencananya itu begitu ingin membantah jika ia bukanlah Ocean. Ia merasa kesal, mengapa si gadis gila Katy Forrester tiba-tiba datang dan mengancamnya seperti itu. Merasa terjepit dan diprovokasi oleh dua wanita yang ia tidak sukai, Sky begitu ingin berteriak, kesal pada nasibnya. "Kau mau bilang jika kau bukan Ocean? Huh, jangan membantah! Kau kemari ingin memindahkan jenazah kakakku Kate dan berusaha menghilangkan barang bukti pembunuhan? Takkan kubiarkan! Kemarikan kakakku, lalu serahkan nyawamu kepadaku, Ocean Vagano!" Terpancing dan terbakar amarah, Sky tadinya ingin melawan, ingin dihempaskannya saja jenazah Kate ke tanah. Namun dua todongan moncong senjata di punggungnya serta bisikan Lara menghalangi niat pemuda itu, "Jangan berani kau lakukan apa-apa, Saudara tiriku! Awas jika kau berani kacaukan semua yang kita sepakati hingga bertemu keluargamu lagi! Hei, Katy!" Lara beralih mengajak K
Keputusan sudah diambil, mereka harus pergi. Ocean, satu-satunya yang belum sadarkan diri dari 'Kelompok Lounge', menjadi masalah terakhir mereka sebelum bisa keluar dari dalam puri. Aina bersikeras tak ingin meninggalkan pemuda itu bersama penjaga, padahal membawanya dalam keadaan seperti ini tentu sangat menyulitkan. Earth menawarkan diri sebagai pembawa tubuh kakak sulungnya hingga Ocean terjaga. Emily dan Carl akhirnya setuju jika Ocean digendong oleh Earth. Karena tugasnya, pemuda itu tak bisa memimpin dan memegang sepucuk senjata.Mereka bersiap-siap sekadarnya sebelum pergi dari puri. Seorang penjaga senior membagikan masing-masing sepucuk senjata api dari lemari rahasia kepada semua anggota Kelompok Lounge. Semula Carl menolak karena tak ingin ada lagi kekerasan. Namun Aina memberinya saran, "Tuan, aku tahu kita bukan orang jahat, namun kita masih butuh perlindungan dan senjata pembela diri. Meskipun aku yakin Ocean dilindungi sebentuk kekuatan, kita semua tentu tak ingin cela
Sementara itu, ke mana gerangan Alexander pergi? Pemuda itu masih membawa Dangerous Attraction dalam genggamannya. Ia tak begitu mengenal lorong-lorong Puri Vagano ini, namun suatu kekuatan tak kasat mata seolah menuntunnya. Pedang terkutuk bagaikan lentera panjang bercahaya menerangi jalan.Beberapa kali ia bertemu dengan sosok-sosok korban penusukan Katy di lantai, setengah mati maupun sudah tak bernyawa. Mereka yang masih hidup menggapai-gapai dengan segenap sisa tenaga. Beberapa orang muncul dari balik lemari atau tembok kemudian mendekat, walau bergidik ngeri setelah melihat senjata yang pria itu genggam."Tu-tu-tuan! Siapapun Anda, tolonglah kami! Kami tak ingin berada di sini!""Wanita itu membunuh! Tolong, lindungi kami!"Namun Xander mengabaikan semua permohonan mereka itu. Dilangkahinya saja mayat-mayat maupun jejak darah di karpet. Sesekali ia berhenti dan menatap dingin tanpa arti. Barangkali merenung, merasa kasihan, atau berpikir keras berusaha mencari jawaban. Akan teta
"Nama saya Sofia." tanpa diminta, gadis remaja misterius yang dipertanyakan Emily segera memperkenalkan diri, "Nona Emily, maafkan keberadaanku di sini, saya berada di sini untuk meminta perlindungan. Saya..." gadis itu menggigit bibir, berusaha menahan tangis."Astaga... kau bisa tahu aku, apakah kau juga tinggal di pulau ini? Orang tuamu bekerja di sini?" Emily segera mendekati gadis itu."Ya. Tadinya... Sebelum Nona Katy Forrester mengamuk di pesta dan membunuh mereka semua! Aku sudah yatim piatu saat ini!" Sofia tak bisa lagi berdiam diri. Didekapnya Emily. Air matanya tumpah. "Anda semua ke mana? Mengapa kami kalian tinggalkan? Di mana lagi ada lokasi aman di pulau mengerikan ini? Apakah kita akan bertahan hingga pagi nanti?""Sudah, sudah, tenangkan dirimu, Sofia." Emily berusaha menghiburnya dan balas mendekapnya, "Katy Forrester ada di luar sana, kau aman di sini bersama kami. Aku turut berduka. Aku tahu apa yang sudah kau alami. Kita di sini bersama-sama bertahan sambil berus
"Ya, pembunuh. Tetapi bukan wanita yang kita cari." sahut Earth."Bukan Erato Miles?" heran Aina."Bukan. Katy Forrester. Si gadis kembar bungsu!""Astaga, jadi, wanita yang tadi itu..." Aina teringat sesuatu yang enggan ia buka."Tadi apa?" Emily mulai curiga."Oh, nanti saja. Aku akan kisahkan semuanya di lounge."Tak lama setelah mereka dipertemukan kembali, Emily, Earth bersama Ocean yang masih belum sadarkan diri bersama Aina memutuskan untuk bersama-sama sebagai satu tim. Earth membantu menggendong tubuh sang kakak sulung yang walau sangat ia tidak sukai namun paling tidak 'sekarang sudah tak lagi jadi saingan'. Kehadiran Aina yang belum ia kenal benar setidaknya ia anggap sebagai 'sekutu' pembawa keberuntungan.Emily sempat cemas, ia tak tahu harus memihak siapa saat ini. Ocean memang semakin jauh saja darinya, peluang Earth mendapatkan hatinya semakin besar. Namun hal itu tak serta-merta menjadikan gadis itu lupa pada kebaikan dan perhatian Ocean."Cepat, kita harus selamatkan
Emily dan Earth terus berputar di lorong-lorong lantai dasar, berusaha keras mencari jalan terbaik menuju lounge. Mereka berusaha tetap menjauh dari suara-suara yang masih menggema di seluruh penjuru Puri Vagano. Suara-suara asing yang walau tersamar deru hujan badai petir, tetap mendirikan bulu roma. Jeritan manusia terkejut, minta tolong, serta tentu saja kalimat terakhir mereka, disusul tawa wanita muda yang sedari tadi terdengar paling akhir. Sang pembunuh berantai yang sedang beraksi! "Katy Forrester benar-benar mengerikan!" Emily menggeleng seolah berusaha menepiskan bayangan Katy yang sedang menghabisi penghuni puri satu persatu, "Gadis malang yang tak pernah beruntung semenjak ada di sini! Bayangkan jika Dangerous Attraction kembali ada dalam genggamannya!" "Ia dan kakaknya adalah kebalikan diriku. Aku yang dulu menderita sejak lahir, sedangkan mereka lahir dengan 'sendok perak di mulut' malah harus berakhir di pulau penuh kutukan ini!" Earth turut merenung, "Ayo, kita berusa
Sofia menggeleng, "Aku tak tahu, Tuan, tak ada petunjuk lain. Ia tak bilang apa-apa setelah mencegah Nona Katy membunuhku. Hanya saja katanya, ayahnya pernah jadi penguasa pulau ini..." "Penguasa pulau ini? Astaga... Itu pasti dia!" Carl semakin gusar. Fakta bahwa Katy baru saja membunuh entah berapa membuatnya sadar jika kutukan sahabatnya kembali memakan korban. "Kita harus temukan kedua kembar itu dan juga para Pemuda Vagano. Kurasa wanita yang tadi Sofia sebutkan adalah Erato Miles, wanita misterius yang kita cari-cari sebagai pelaku!" "Miles!" Sofia terkejut, "Bukankah Bu Hannah kepala pelayan yang sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu itu juga bernama keluarga Miles? Keluargaku mengenal beliau. Aku ingat, hanya saja kami tak berani dekat-dekat, beliau kelihatan galak dan sangat tertutup." "Barangkali memang itulah dia, putri sahabatku Zeus dan Hannah! Yatim piatu yang sedang mencari saudara-saudara tirinya demi 'reuni' pertama dan terakhir mereka!" "Astaga, jadi tadi ak