(Point-of-view Zeus Vagano:)
'Aku tahu itu kalian, putra-putraku. Aku tahu waktu itu yang melukaiku secara tak sengaja adalah salah satu dari kalian.
Aku tak menyalahkan kalian, kalian hanya melindungi diri.
Aku juga tak pernah minta diakui atau dilihat sebagai ayah, karena kalian tentu mengira aku sudah lama mati.
Dan kini, aku hanya hidup untuk satu tujuan. Melihat kutukanku terbukti sebelum aku mati. Aku ingin kalian berdua selamat demi meneruskan garis keturunan keluarga kita. Namun mereka yang menghancurkan kita semua harus mati.
Pembunuh ibu kandungnya dan juga wanita yang menjebloskanku kemari itu harus mati! Hannah, kau boleh mencintaiku setengah mati hingga kau begitu marah kepadaku dan ingin aku mati! Kau berharap aku akan mati tersiksa perlahan-lahan membusuk di bawah sini.
Sedangkan Earth kau pelihara walau tak sepenuh hati, itupun bukan karena mengasihaninya. Untuk pekerjaan yang satu itu aku memang memberi jempol.
Earth dalam perjalanannya bersama ke Emily menuju museum-perpustakaan keluarga Vagano sama sekali tak menemui rintangan. Sepanjang koridor dan tangga-tangga menuju ke sana, pemuda itu berulangkali mengagumi sekaligus merasa rendah diri melihat segala kemewahan dan indahnya dunia atas. Selama ini ia memang beberapa kali mengendap-endap menelusuri puri, tapi baru kali ini ia tak lagi bersembunyi. Tak usah takut-takut lagi. Tapi Emily dan Earth terkesiap saat seseorang di ujung menjelang tangga ke perpustakaan, yang datang berlari-lari, hampir saja menabrak mereka. "Kakak! Emily! Kalian selamat!" "Sky?" Emily begitu terkejut sekaligus keheranan melihat betapa gemetar ketakutan serta kotornya penampilan Sky. Untuk sesaat ia gentar, bagaimana bila Sky sampai sadar dan tahu ini bukan Ocean? Tapi Earth dengan sigap menjawab, "Emily baru pulang. Ia selamat. Dan pedang ini ia temukan." Sky sedikit heran mengapa Ocean lebih dahulu tiba di atas setelah b
(Point-of-view Ocean Vagano:) 'Aku terus menjelajahi Lorong Bawah Tanah sambil berusaha mencari jalan keluar. Senter kunyalakan seminim mungkin agar bisa bertahan lebih lama, serta kamera video yang sedari awal dipersiapkan pun masih terus merekam. Aku belum berhasil menemukan tali pemandu yang bisa menuntun kembali ke jalan masuk. Hanya berputar-putar tak tentu arah dalam kegelapan sambil berusaha tetap tenang dan tidak panik, sebab tempat ini bagaikan labirin mimpi buruk dalam game-game survival horror yang sering kumainkan bersama Sky di malam-malam liburan kuliah kami di kota. Tapi pada praktiknya semua terasa berbeda. Belum lagi suara-suara aneh yang terkadang terdengar, apakah makhluk tadi masih ada di sini mengintaiku? Tapi entah mengapa, aku merasa ia tak mengancamku. Sebuah ruangan yang kuduga sebuah gudang kujumpai, seakan mengundangku masuk. Di bawah sorotan suram lampu senter, kulihat beberapa benda rongsokan yang kurasa tergusur dari museum puri karena sudah rusak, ata
(Point-of-view Emily:) 'Aku masuk ke kamarku dengan tubuh lelah dan jantung berdebar-debar. Sekarang apa yang harus kulakukan setelah telanjur memasukkan Earth ke dalam puri ini, walaupun memang tak ada pilihan lain? Dan kemana Ocean pergi, mengapa belum kembali juga, dan apa yang akan terjadi seandainya nanti ia berada lagi di sini? Aku bahkan bertambah bingung jika harus memilih satu di antara dua pemuda kembar yang mulai menarik hatiku. Sama-sama berparas rupawan, walau Earth masih sedikit lebih tirus. Sama-sama menarik, walau Earth begitu liar, lugu, polos dan kadang malah kasar menakutkan. Ocean bagaikan seekor kuda putih yang terpelihara dan terawat dengan baik dan nyaris sempurna. Lembut, terpelajar, elegan dan anggun. Sedangkan Earth bagaikan kuda hitam liar, bebas lepas dan menderita selama hidupnya, namun masih begitu rapuh di dalam dan memiliki bahaya laten, bagaikan api dalam sekam yang bisa membesar sewaktu-waktu. Tak ada pilihan lain, se
(Point-of-view Zeus Vagano:)'Entah mengapa, kurasa kini aku tak sendiri lagi di bawah sini. Hannah dan Makhluk Terkutuk itu sudah beberapa lama tak ada di tempatnya, kurasa wanita yang pernah menjadi pasanganku itu telah membawanya ke tempat dimana ia sedang dipersiapkan untuk menghadapi akhir hidupnya sendiri. Sesuatu yang akan mengakhiri kisah mereka berdua. Ha ha ha ha ha !!!Namun keberadaan seseorang di bawah sini sedikit meresahkanku. Sesekali kudengar gema suaranya memanggilku, 'Ayah, Ayah...'Astaga. Apakah itu salah satu dari putra kembarku yang sebetulnya 'ingin kuselamatkan'? Ia tersesat di sini saat kemarin kupergoki. Ia tentu tak tahu bila aku sebenarnya masih hidup!Aku ingin sekali menolongnya. Bagaimanapun, keturunan Vagano tak boleh punah dan musnah. Cukup dua itu saja yang akan berakhir dimakan kutukan di ujung Dangerous Attraction, yang kuyakini kini berada di tangan yang tepat!Aku harus ke atas sana hari ini !!! Akan kulakukan apa saja asal salah satu putraku yang
Emily dalam kepanikannya berlari ke kamar Ocean, lupa bahwa yang ada di sana bukanlah Ocean, melainkan Earth... Pintu kamarnya kebetulan tidak terkunci, dan Emily menyerbu masuk sambil berseru-seru, "Di dapur, seseorang atau sesuatu telah..." Gadis itu terdiam, sesaat ingin berpaling. Baru sadar bahwa pemuda yang ia jumpai itu bukanlah Ocean, melainkan Earth. Dan yang lebih mengejutkan serta membuat rona merah spontan merekah di pipinya, pemuda itu nyaris tak mengenakan apa-apa, hanya selembar handuk menutupi area pinggulnya. Ternyata ia baru saja mandi. Dan masih duduk di atas ranjang Ocean, belum lagi sempat mengenakan baju yang telah ia pilih. Tubuhnya terbentuk dengan sempurna, hanya masih sedikit lebih kurus dibandingkan kedua kakak kembarnya. Beberapa bekas luka lama menarik perhatian Emily. "Mengapa kau menatapku seperti itu?" Earth berkata dalam nada rendah, dingin, sekaligus sedikit 'menantang', "Aku, aku, aku hanya pe
Sementara itu, Sky yang juga lama tertidur saking lelahnya menghadapi semua kejadian semalam, mendadak terbangun, keringat dingin menganak sungai membasahi sekujur tubuhnya. Ia seperti baru saja bermimpi buruk. Sudah sangat lama ia tak memimpikan hal-hal aneh. Namun pagi menjelang siang ini, belum lama ia seakan menyaksikan beberapa adegan seperti film yang diputar seseorang berulang-ulang kali di hadapannya tanpa ia pinta; seorang tak dikenal mengembara tanpa tujuan dalam puri. Seseorang yang berlumur lumpur hijau-cokelat kehitaman ibarat makhluk rawa dalam game-game di permainan video dan monster humanoid di film-film horor. Lalu hilangnya Ocean semalam dan ternyata masih belum kembali dengan selamat ke atas sini. Lalu sosok Ocean yang tetiba bermesraan dengan Emily.. 'Lho,' Sky tersadar, 'Bukankah kakakku itu kemarin berjumpa dengan Emily dan membawa Pedang Terkutuk?' Mereka harus segera ditanyai, dimana mendapatkan pedang itu kembali dan apa saja
Earth sadar, ia tak boleh terlena berlama-lama menyamar sebagai Ocean. Cepat atau lambat ia akan segera dikenali entah oleh Sky ataupun siapa saja yang akan muncul. Mengambil keuntungan dari absennya Ocean yang asli, tak selamanya memberikannya kebebasan dan kenikmatan yang ia idamkan. Bahkan ketika seseorang datang mengetuk pintu kamar, pemuda itu tersentak. Disuruhnya Emily yang masih berada di atas ranjang untuk bersembunyi, sementara tadinya ia hendak langsung membuka pintu itu dengan hanya celana pendek melekat pada tubuhnya. Hampir ia lupa bila ada bekas-bekas luka di dada dan punggungnya yang bisa menimbulkan kecurigaan! Emily buru-buru melemparkannya selembar kimono tidur yang selalu ada di sofa tepi ranjang sebelum bersembunyi di balik bed cover tebal. Tanpa suara, akhirnya Earth mengerti dan mengenakan kimono itu sambil membuka pintu dengan tenang. "Kak, ayo kita turun ke dapur. Ada masalah. Sesuatu atau seseorang tak dikenal telah mengacak-
Emily menahan napas. Memang seekor hewan, betapapun tak secerdas manusia, memiliki naluri dan memori yang baik. Apalagi terhadap kejadian tertentu dalam hidupnya, termasuk pada orang yang tak dikenalnya. Namun syukurlah Lilian datang mencairkan suasana. "Thunder Runner masih dalam tahap pemulihan. Easy, Boy, Easy." ditepuknya lembut kuda itu beberapa kali untuk menenangkan. Earth menjauh, sedikit lega. Namun Sky memandanginya semakin tajam saja. Biasanya Thunder Runner juga mau disentuh bahkan ditunggangi Ocean. "Kudaku itu biasanya begitu jinak kepada siapapun. Sejak malam ia terluka itu, mungkinkah ia jadi takut pada semua orang, kecuali aku dan Lilian?" tanyanya kepada sang dokter wanita tua. "Mungkin saja. Hewan itu bisa mengenali penyerangnya juga." Emily dan Earth saling memandang. Gadis itu seakan memberi kode dengan matanya agar pemuda yang sedang berpura-pura menjadi kakaknya itu tetap tenang. "Sekarang kita kunjungi Hannah. D
"Tidak, jangan lakukan itu, Nona Kate! Kami akan segera mencari dan menemukan Ocean Vagano!" di luar dugaan semua orang yang hadir di pagi menjelang siang benderang namun mencekam itu, tetiba Lilian maju, menempatkan dirinya di antara Kate yang nyaris terjun ke jurang dan Katy yang semakin bernafsu untuk mengakhiri hidup kakaknya! "Minggir, Wanita Tua! Kau bukan sasaran Pedang Terkutuk ini! Minggir sekarang juga, aku tidak main-main!" geram Katy kesal. "Tidak! aku memang bersalah! Kuakui semua sekarang juga! Aku yang mengundang kalian kemari karena ingin menjodohkan Ocean dengan harapan semua kutukan akan segera berlalu dan kalian semua bisa berkeluarga dan akhirnya hidup bahagia, melupakan Emily dan segala yang terjadi!" aku Lilian, membuat kedua gadis kembar itu terhenyak, "Namun ternyata semua ini terjadi! Ocean sudah hilang dan kemungkinan besar tewas di laut dan takkan pernah kembali! Jadi aku merasa gagal, aku merasa benar bila ini semua salahku! Sama seperti p
Semua yang hadir terpaku di tempat, tak berani bergerak sedikitpun setelah mereka berjarak sedemikian dekat dengan Katy yang mungkin akan melukai Kate sewaktu-waktu tanpa sempat mereka cegah."Berhenti di sana sekarang juga, Nona Siapapun Namamu! Sebab gara-gara dirimu, semua yang aku dan Emily ingin lakukan hingga pergi sejauh ini terpaksa tertunda!" Earth dengan suara keras menitahkan Katy yang belum ia kenal."Darimana kau mendapatkan pedang itu dan siapa sebenarnya kalian, mengapa bisa ada di puri ini?" tanya Sky yang juga belum tahu apa-apa."Mereka berdua gadis-gadis bangsawan Everopa, keluarga Forrester yang datang kemari dari jauh dengan tujuan ingin bertunangan dengan kakak kalian, Ocean Vagano," jelas Lilian yang merasa bersalah karena diam-diam mengundang mereka, namun tampaknya tak berjalan baik seperti yang direncanakan."Betul sekali! Dan aku sebagai adik, kali ini tak ingin mengalah untuk kakakku, sekalipun ia telah tidur dengan Ocean Vagan
"Tidak, jangan ikuti aku lagi! Kumohon! Lihat, tadi ada seorang Vagano datang entah darimana, Ocean atau bukan, dia bisa kaujadikan milikmu!" Kate Forrester berlari terus di jalan yang semakin menanjak di tepi pantai itu, tanpa sadar bahwa sebenarnya ia menuju 'dead end'. Jurang yang menghadap ke pantai, namun bukan yang berpasir putih, melainkan pantai curam berbatu karang besar tajam dimana almarhum Zeus Vagano pernah terjatuh ke atasnya dan tewas seketika. "Kau tak bisa mengaturku! Nyawamu berada dalam tanganku, Kak!" Katy masih tersenyum dengan anehnya. Kini Kate berada dekat sekali dengan tepi jurang. Ia terhenti, bingung. Tak ada jalan kemanapun untuk kabur lagi. Hanya ada dua pilihan, dan dua-duanya jalan menuju maut! ********** Sementara itu di puri, Emily dan Earth telah memasuki ruang utama. Emily yang masih enggan sekaligus cemas pada nasib gadis kembar misterius yang dikejar saudarinya sendiri dengan pedang Dangerous Attraction, di
"Tidak mungkin, ini semua tak mungkin terjadi, sebab lukisan ini tak mungkin nyata!" Kate Forrester perlahan mundur menjauh, merasa tak ingin terburu-buru dari tempat persembunyian itu karena khawatir Katy akan menemukannya. Namun ia juga merasa tak nyaman dengan apa yang ia lihat. Terlalu mengerikan dan tak dapat dipercaya! Hanya saja, untuk bertahan di bawah tatapan empat pasang mata sedemikian mengerikan, siapa sanggup bertahan? Akhirnya Kate keluar dan kembali berlari menelusuri labirin Lorong Bawah Tanah. Tentu saja, tak jauh darinya masih ada Katy yang sedari tadi menunggunya dengan sabar. Dan suaranya yang berisik melengking saat bermonolog di hadapan Lukisan Terkutuk tentu saja terdengar oleh Sang Adik yang masih belum ingin melepaskan Sang Kakak. "Kate, sejauh apapun dan dimanapun kau berada, aku selalu ada di belakangmu, mengawasimu hingga aku mendapatkan nyawamu!" Kate berusaha keras mencari jalan keluar, kemana saja tembusnya lorong-lorong
Sementara jauh di lantai dasar, kedua Kembar Cantik Forrester masih saling kejar. Katy yang masih dibawah pengaruh misterius tentu saja takkan menyerah sebelum mencapai tujuannya."Bersiaplah untuk mati, Kate! Kau takkan pernah bisa menghindar dariku ataupun takdir yang menunggumu!""Tidak! Tinggalkan aku saat ini juga! Kau bukan dirimu sendiri, Katy! Sadarlah! Kumohon, ingatlah bahwa kau adikku! Adik takkan membunuh kakak sendiri walau demi cinta!"Sepanjang perjalanannya mencari pintu menuju Lorong Bawah Tanah, Kate Forrester berusaha keras menghalang-halangi adiknya sambil mencoba semua pintu di lorong yang ia duga pernah dilaluinya beberapa saat silam bersama Ocean dan Lilian. Dijatuhkannya semua vas bunga besar-besar dan pajangan berharga yang ia temui, tak peduli bahwa tuan rumah puri bisa saja marah besar bila mengetahui perbuatannya itu.Demi keselamatannya, ia tak peduli. Sayangnya, perbuatan Kate itu percuma saja. Katy tetap mengejarnya dan mela
Semalam-malaman, beberapa jam lamanya Lilian bersama beberapa petugas jaga terkurung di museum perpustakaan hampir merasa putus asa karena 'dikungkung' oleh suatu kekuatan tak kasat mata yang seakan-akan 'menguasai' Puri Vagano. Mereka telah mencari celah di dinding, jendela, serta mencoba semua kemungkinan lain untuk keluar. Tak berhasil. Semua seakan-akan rapat tertutup, bahkan kaca jendela menolak untuk dibuka dari dalam.Sementara di bawah sana, tanpa mereka ketahui, seorang penghuni lama sekaligus tuan rumah, Sky Vagano sang kembar tengah, telah tiba kembali di kediamannya sendiri. Merasa heran karena tak ada seorang penjagapun di puri, sementara pintu-pintu utama tak terjaga dan dengan mudah dibuka dari luar."Pagi yang senyap di Pulau Vagano, dan tak ada penyambutan kepulangan sama sekali. Baiklah, ini memang sangat mendadak! Huh, semoga Lilian tak mengabaikan 'tugasnya'. Berarti benar dugaanku, ada hal yang tak beres di sini! Syukurlah aku kembali! Lilian! Penj
Kate masih belum terlalu percaya bila Katy betul-betul serius ingin menyakitinya, walau sebenarnya ia betul-betul mulai dilanda sebuah perasaan yang sangat tak enak."Ayolah, Adikku! Letakkan saja pedang-pedangan yang kau dapatkan entah darimana itu dan berdamai sajalah denganku! Kau nanti juga akan mendapatkan jodohmu sendiri. Kembar Vagano tidak hanya Tuan Muda Ocean! Masih ada 2 adiknya yang sama-sama tampan dan bisa kaupilih sendiri nanti!" ia tertawa gelisah sementara Katy masih mendesaknya hingga jauh mundur ke dalam kamar, bahkan hingga ia terjatuh ke atas ranjangnya sendiri."Tidak, Kak! Aku ingin hanya diriku saja yang menjadi kekasih, tunangan dan kelak istri Ocean Vagano! Karena kau adalah sainganku! Dalam cinta, tak pernah ada yang namanya teman, sahabat bahkan saudara sekalipun!" Katy tersenyum sinis sambil tetap menggenggam hulu pedang terkutuk Dangerous Attraction yang belum pernah Kate lihat sebelumnya."Lalu, apa yang kau inginkan? Membunuhku? C
Lama Earth terdiam, sementara dalam hatinya, Emily sangat yakin bahwa pemuda itu takkan pernah berkata ya. 'Ia sangat membenci keluarganya, tanah kelahirannya, jadi ia takkan pernah mau! Maka aku akan bebas pergi, karena ia tentu akan menolak mentah-mentah semua permintaanku yang sukar ini!' demikian Emily berusaha untuk membuat Earth mundur perlahan dengan syarat yang sedemikian berat. Berada kembali di tanah kelahirannya tentu saja bukan pilihan terbaik bagi Earth yang tak ingin mengenang masa lalunya yang begitu kelam dan menyedihkan. Pergi sejauh-jauhnya, bila perlu! "Baiklah, Emily! Demi kau, hari ini juga kita akan segera kembali ke Pulau Vagano!" di luar dugaan, Earth menyanggupi permintaan Emily yang paling sukar itu. "A, a, a, apaaaa?" Emily terperangah tak percaya, "Earth, bagaimana mungkin kau mau? Ocean dan Sky bisa membunuhmu, apalagi bila kau membawaku kesana! Pedang Terkutuk itu tentunya masih ada dan kali ini hidupmu bisa berakhir di ujungnya!
Sementara, Emily masih berada dalam 'penguasaan' Earth di sebuah hutan yang sunyi. Masih terombang-ambing antara ingin kembali kepada Xander yang 'ditinggalkannya' begitu saja tanpa kabar di M's Brew di Evertown, atau tetap bersama Earth yang tak mungkin akan mengizinkannya pergi lagi. "Emily, sudah dua kali kita melakukan itu. Kau bisa berterusterang kepadaku, apakah kau mulai bisa menyukaiku walau sedikit?" Earth masih memeluknya erat, seakan tak ingin melepaskannya untuk selama-lamanya. Emily gemetaran, walau pelukan Earth terasa hangat. Di bawah siraman cahaya mentari, pemuda itu sama sekali tak seperti saat mereka masih di Pulau Vagano tiga tahun silam. Tubuhnya bersih, mulus, wajahnya bercahaya. Emily sungguh merasakan perbedaan yang signifikan antara Earth Si Bungsu Terkutuk di masa lalu dengan Avalanche Si Barista di masa kini. "Aku belum tahu. Tiba-tiba saja kau muncul kembali. Terlalu mendadak bagiku. Dan aku sudah punya kekasih yang mencintaiku. Xa