Sementara itu di Puri, Ocean tergeletak di atas ranjang besar mewahnya, telentang menatap lurus langit-langit berbantal lengan, belum bisa tidur, memikirkan Emily yang belum juga kembali dan tak ada kabar apa-apa selama hampir 24 jam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Haruskah aku mencarinya keluar sana atau turun ke Lorong Bawah Tanah?
Tidak mungkin ia berani turun ke sana sendirian tanpa siapa-siapa, dan bagaimana mungkin ia bisa bertahan hingga 24 jam? Satu jam saja di bawah sana kurasa manusia biasa takkan bisa bertahan.
Belum lagi bila sekarang semakin jelas dan nyata ada sesuatu di bawah sana. Bisa berdarah. Bukan monster apalagi hantu.
Tapi sesuatu tak dikenal.
Mungkinkah sesuatu itu menawan Emily?
Memikirkan itu, tetiba Ocean tersentak bangun dan bergegas mengganti pakaian tidurnya. Dihampirinya kamar Sky, berharap agar adiknya belum terlelap.
"Sky !!! Kau sudah tidur? Ayo kita turun ke Lorong Bawah Tanah sekarang juga !!! E
Emily membeku seketika, ia bukannya mencoba kabur atau lari, namun terdiam dan menunggu. Akankah kemarahan Earth meledak lagi seperti yang sudah-sudah? Ia siap dengan segala konsekwensi, sebab memang ia kabur dari sisi pemuda itu. Namun tidak. Ajaibnya, Earth malah mengambil pedang terkutuk itu dengan begitu ringan dan santainya. "Kuantarkan kau pulang ke puri, tapi aku tak ingin sampai tertangkap. Aku hanya menolongmu sekali lagi ini saja." "Ah, aku, te, terima kasih.. Kurasa." Emily sedikit heran juga, baru kali ini Earth menawarkan bantuan tak terduga yang begitu sederhana sekaligus berbahaya bagi keselamatannya. Dan sepanjang perjalanan mereka, kali ini menyusuri jalan tanah yang membelah perkebunan agar lebih cepat tiba, Emily keheranan. Mengapa para petugas jaga tak curiga atau bergegas menangkap Earth? Padahal beberapa kali mereka berpapasan. Ia mulai menduga sesuatu. 'Jangan-jangan... mereka mengira Earth itu Ocean?' Karena sel
(Point-of-view Zeus Vagano:) 'Aku tahu itu kalian, putra-putraku. Aku tahu waktu itu yang melukaiku secara tak sengaja adalah salah satu dari kalian. Aku tak menyalahkan kalian, kalian hanya melindungi diri. Aku juga tak pernah minta diakui atau dilihat sebagai ayah, karena kalian tentu mengira aku sudah lama mati. Dan kini, aku hanya hidup untuk satu tujuan. Melihat kutukanku terbukti sebelum aku mati. Aku ingin kalian berdua selamat demi meneruskan garis keturunan keluarga kita. Namun mereka yang menghancurkan kita semua harus mati. Pembunuh ibu kandungnya dan juga wanita yang menjebloskanku kemari itu harus mati! Hannah, kau boleh mencintaiku setengah mati hingga kau begitu marah kepadaku dan ingin aku mati! Kau berharap aku akan mati tersiksa perlahan-lahan membusuk di bawah sini. Sedangkan Earth kau pelihara walau tak sepenuh hati, itupun bukan karena mengasihaninya. Untuk pekerjaan yang satu itu aku memang memberi jempol.
Earth dalam perjalanannya bersama ke Emily menuju museum-perpustakaan keluarga Vagano sama sekali tak menemui rintangan. Sepanjang koridor dan tangga-tangga menuju ke sana, pemuda itu berulangkali mengagumi sekaligus merasa rendah diri melihat segala kemewahan dan indahnya dunia atas. Selama ini ia memang beberapa kali mengendap-endap menelusuri puri, tapi baru kali ini ia tak lagi bersembunyi. Tak usah takut-takut lagi. Tapi Emily dan Earth terkesiap saat seseorang di ujung menjelang tangga ke perpustakaan, yang datang berlari-lari, hampir saja menabrak mereka. "Kakak! Emily! Kalian selamat!" "Sky?" Emily begitu terkejut sekaligus keheranan melihat betapa gemetar ketakutan serta kotornya penampilan Sky. Untuk sesaat ia gentar, bagaimana bila Sky sampai sadar dan tahu ini bukan Ocean? Tapi Earth dengan sigap menjawab, "Emily baru pulang. Ia selamat. Dan pedang ini ia temukan." Sky sedikit heran mengapa Ocean lebih dahulu tiba di atas setelah b
(Point-of-view Ocean Vagano:) 'Aku terus menjelajahi Lorong Bawah Tanah sambil berusaha mencari jalan keluar. Senter kunyalakan seminim mungkin agar bisa bertahan lebih lama, serta kamera video yang sedari awal dipersiapkan pun masih terus merekam. Aku belum berhasil menemukan tali pemandu yang bisa menuntun kembali ke jalan masuk. Hanya berputar-putar tak tentu arah dalam kegelapan sambil berusaha tetap tenang dan tidak panik, sebab tempat ini bagaikan labirin mimpi buruk dalam game-game survival horror yang sering kumainkan bersama Sky di malam-malam liburan kuliah kami di kota. Tapi pada praktiknya semua terasa berbeda. Belum lagi suara-suara aneh yang terkadang terdengar, apakah makhluk tadi masih ada di sini mengintaiku? Tapi entah mengapa, aku merasa ia tak mengancamku. Sebuah ruangan yang kuduga sebuah gudang kujumpai, seakan mengundangku masuk. Di bawah sorotan suram lampu senter, kulihat beberapa benda rongsokan yang kurasa tergusur dari museum puri karena sudah rusak, ata
(Point-of-view Emily:) 'Aku masuk ke kamarku dengan tubuh lelah dan jantung berdebar-debar. Sekarang apa yang harus kulakukan setelah telanjur memasukkan Earth ke dalam puri ini, walaupun memang tak ada pilihan lain? Dan kemana Ocean pergi, mengapa belum kembali juga, dan apa yang akan terjadi seandainya nanti ia berada lagi di sini? Aku bahkan bertambah bingung jika harus memilih satu di antara dua pemuda kembar yang mulai menarik hatiku. Sama-sama berparas rupawan, walau Earth masih sedikit lebih tirus. Sama-sama menarik, walau Earth begitu liar, lugu, polos dan kadang malah kasar menakutkan. Ocean bagaikan seekor kuda putih yang terpelihara dan terawat dengan baik dan nyaris sempurna. Lembut, terpelajar, elegan dan anggun. Sedangkan Earth bagaikan kuda hitam liar, bebas lepas dan menderita selama hidupnya, namun masih begitu rapuh di dalam dan memiliki bahaya laten, bagaikan api dalam sekam yang bisa membesar sewaktu-waktu. Tak ada pilihan lain, se
(Point-of-view Zeus Vagano:)'Entah mengapa, kurasa kini aku tak sendiri lagi di bawah sini. Hannah dan Makhluk Terkutuk itu sudah beberapa lama tak ada di tempatnya, kurasa wanita yang pernah menjadi pasanganku itu telah membawanya ke tempat dimana ia sedang dipersiapkan untuk menghadapi akhir hidupnya sendiri. Sesuatu yang akan mengakhiri kisah mereka berdua. Ha ha ha ha ha !!!Namun keberadaan seseorang di bawah sini sedikit meresahkanku. Sesekali kudengar gema suaranya memanggilku, 'Ayah, Ayah...'Astaga. Apakah itu salah satu dari putra kembarku yang sebetulnya 'ingin kuselamatkan'? Ia tersesat di sini saat kemarin kupergoki. Ia tentu tak tahu bila aku sebenarnya masih hidup!Aku ingin sekali menolongnya. Bagaimanapun, keturunan Vagano tak boleh punah dan musnah. Cukup dua itu saja yang akan berakhir dimakan kutukan di ujung Dangerous Attraction, yang kuyakini kini berada di tangan yang tepat!Aku harus ke atas sana hari ini !!! Akan kulakukan apa saja asal salah satu putraku yang
Emily dalam kepanikannya berlari ke kamar Ocean, lupa bahwa yang ada di sana bukanlah Ocean, melainkan Earth... Pintu kamarnya kebetulan tidak terkunci, dan Emily menyerbu masuk sambil berseru-seru, "Di dapur, seseorang atau sesuatu telah..." Gadis itu terdiam, sesaat ingin berpaling. Baru sadar bahwa pemuda yang ia jumpai itu bukanlah Ocean, melainkan Earth. Dan yang lebih mengejutkan serta membuat rona merah spontan merekah di pipinya, pemuda itu nyaris tak mengenakan apa-apa, hanya selembar handuk menutupi area pinggulnya. Ternyata ia baru saja mandi. Dan masih duduk di atas ranjang Ocean, belum lagi sempat mengenakan baju yang telah ia pilih. Tubuhnya terbentuk dengan sempurna, hanya masih sedikit lebih kurus dibandingkan kedua kakak kembarnya. Beberapa bekas luka lama menarik perhatian Emily. "Mengapa kau menatapku seperti itu?" Earth berkata dalam nada rendah, dingin, sekaligus sedikit 'menantang', "Aku, aku, aku hanya pe
Sementara itu, Sky yang juga lama tertidur saking lelahnya menghadapi semua kejadian semalam, mendadak terbangun, keringat dingin menganak sungai membasahi sekujur tubuhnya. Ia seperti baru saja bermimpi buruk. Sudah sangat lama ia tak memimpikan hal-hal aneh. Namun pagi menjelang siang ini, belum lama ia seakan menyaksikan beberapa adegan seperti film yang diputar seseorang berulang-ulang kali di hadapannya tanpa ia pinta; seorang tak dikenal mengembara tanpa tujuan dalam puri. Seseorang yang berlumur lumpur hijau-cokelat kehitaman ibarat makhluk rawa dalam game-game di permainan video dan monster humanoid di film-film horor. Lalu hilangnya Ocean semalam dan ternyata masih belum kembali dengan selamat ke atas sini. Lalu sosok Ocean yang tetiba bermesraan dengan Emily.. 'Lho,' Sky tersadar, 'Bukankah kakakku itu kemarin berjumpa dengan Emily dan membawa Pedang Terkutuk?' Mereka harus segera ditanyai, dimana mendapatkan pedang itu kembali dan apa saja