"Sayang, ayo," ucap Arka dengan penuh arti.Kinara yang merasa frustasi, akhirnya hanya bisa pasrah, memutuskan untuk menuruti perintah sang Suami yang sedari tadi menunggunya.Kinara perlahan berjalan mendekati ranjang. Dan dengan cepat, tangan Arka menarik paksa lengan Kinara hingga membuatnya terlentang di atas ranjang hotel.Arka secara spontan menindih tubuh sang Istri hingga membuatnya merasa sesak nafas di bawahnya.Arka melucuti semua pakaian, termasuk jilbab instan berwarna coklat muda yang tengah dikenakan oleh sang Istri.Mereka melakukan pertempuran hebat di malam itu. Sebuah janji yang sebelumnya disetujui oleh Arka untuk bermain satu kali, nyatanya hanya tinggal ungkapan saja. Arka bermain untuk memuaskan nafsunya hingga beberapa ronde pertempuran, sampai membuat Kinara tidak bisa berdiri di pagi harinya.***Jam digital yang terletak di atas nakas menunjukkan pukul sepuluh pagi, namun matahari tak kunjung menampakkan sinarnya.Arka yang baru bangkit dari atas ranjang, b
Kinara segera meminta Arka untuk menghubungi petugas hotel, sementara dirinya masih menahan wanita cantik bernama Rebecca itu di ambang pintu masuk.Tak berselang lama, seorang pria bermata sipit nampak menghampiri mereka.Arka dengan sigap, menyembunyikan sang Istri yang terlihat memakai kemejanya tanpa bawahan di dalam dekapan tubuhnya.Seketika itu, Rebecca terlihat melayangkan tatapan tajam pada Kinara yang berusaha dilindungi oleh sang Suami.Pria itu berbicara dengan bahasa yang tidak Kinara mengerti, sementara Arka berusaha menjelaskan perihal rusaknya keran air di kamar mandi milik Rebecca.Petugas hotel yang akhirnya mengerti, dengan cepat meminta Rebecca untuk menunjukkan masalah yang dialaminya.Rebecca akhirnya keluar dari kamar Arka, berjalan perlahan menunjukkan jalan ke kamarnya pada Petugas hotel.Arka akhirnya bisa bernafas lega, menggendong paksa tubuh sang Istri untuk segera berganti bajunya."Bisa-bisanya keluar seperti ini, bagaimana kalau terlihat pria lain dari
Kinara segera bersembunyi di dalam kamar mandi ketika menyadari Arka yang telah kembali.Kinara mengintip dari celah lubang yang terdapat di pintu kamar mandi.Arka nampak kebingungan mencari keberadaan Kinara di setiap sudut ruangan.Rebecca terlihat menghentikan Arka yang hendak melihat ke dalam kamar mandi dengan merentangkan kedua tangannya di hadapan Arka."Stop! Istrimu sedang keluar," ucapnya."Benarkah? Kenapa tidak memberitahuku?" tanya Arka terheran-heran."Apa itu penting, yang paling penting sekarang adalah ...." Rebecca tidak berniat melanjutkan kalimatnya yang menggantung. Dia kini tengah sibuk membuka kancing kemeja yang tengah ia kenakan."Kamu mau apa?" tanya Arka dengan tatapan sinis.'Dasar wanita gila, jika langsung di goda dengan tubuh telanjang mana bisa seorang pria menolak?' gumam Kinara dalam hati. Dirinya sebenarnya merasa cukup takut dengan pengujian kesetiaan ini, mengingat Rebecca yang terlihat begitu cantik dan molek jika dibandingkan dengan dirinya yang
Arka begitu kesal dengan Kinara yang secara tiba-tiba menghentikan permainan mereka satu jam yang lalu, perutnya yang terasa keroncongan membuatnya tidak memiliki banyak energi untuk melanjutkan permainan mereka, hingga dengan terpaksa Arka keluar untuk mencari makanan."Tapi aku lapar," rengek Kinara yang seketika membuat Arka bangkit dan membiarkan Istrinya untuk mengisi perut terlebih dahulu."Apa kamu sengaja melakukan itu?" tanya Arka datar, membuat Kinara yang hendak menyuapkan makanan ke mulutnya terhenti seketika.Kinara seketika merasakan kepanikan yang luar biasa. Apakah jika dirinya mengatakan yang sebenarnya sang Suami akan marah?"Kenapa diam saja?" Arka bertanya untuk yang kedua kalinya ketika melihat sang Istri yang masih terdiam membisu."Apa kamu sedang mengetes kesetiaanku?" lanjutnya dengan nada menginterogasi.Kinara membelalak, bagaimana bisa Arka selalu mampu menebak isi dari pikirannya."Sudahlah, lain kali aku tidak ingin kamu melakukan hal seperti itu lagi, ak
Kinara mulai merangkak hingga menaiki tubuh sang Suami yang tengah terlentang di atas ranjang. Ia mulai duduk dengan tegak, menduduki sebuah senjata panjang yang tengah mengeras di balik celana sang Suami.Kinara menggoyangkan pinggulnya perlahan, seraya menjulurkan lidahnya dan sesekali menggigiti bibir bawahnya.Arka membelalak melihat gundukan kembar yang tidak tertutup oleh bra, hingga membuatnya terlihat jelas dari balutan lingerie yang cukup transparan.Arka merasakan perasaan nyaman, seolah membuatnya melayang tinggi di udara. Setiap sentuhan yang diberikan sang Istri padanya, membuatnya tidak tahan lagi untuk tetap berpura-pura marah.Tangan Arka mulai naik ke pinggang sang Istri yang merasa enggan untuk menghentikan gerakan tubuhnya yang mampu membuat nafas sang Suami memburu hebat.Menyadari akan respon sang Suami, membuat Kinara tersenyum sekilas."Apa sudah tidak marah lagi denganku?" ucap Kinara dengan menundukkan tubuhnya hingga jarak antara wajah mereka hanya tersisa be
Kalimat itu seketika membuat Kinara menghela nafas lega dengan tangan mengelus dada."Syukurlah, akhirnya kamu mengerti kekhawatiranku," ucap Kinara.Arka seketika menghentikan aktivitasnya mengeringkan rambut Kinara, ternyata apa yang dikatakan dua Bodyguardnya benar-benar terjadi.Beberapa menit berlalu, hingga dua koper besar telah tertata dengan rapi. Kinara dan Arka bergegas keluar dari dalam kamar dan menemui rombongannya yang telah menunggu di depan pintu.Mereka semua keluar dari hotel di jam yang telah mereka tentukan sebelumnya.Mereka menaiki dua taksi yang akan membawa mereka menuju bandara Internasional Incheon.Beberapa menit perjalanan, hingga taksi itu akhirnya sampai di depan bandara. Kinara dengan rombongannya bergegas keluar dari taksi untuk memasuki bandara.Mereka mulai melakukan pemeriksaan keamanan dan prosedur lain yang dilakukan oleh Petugas bandara, hingga satu jam setelah menunggu di ruang tunggu penerbangan, mereka akhirnya menaiki pesawat yang hendak lepas
"Hey! Apa maksud ucapanmu itu?" Dokter itu merasa kesal dengan ucapan Arka."Kenapa? Apa aku salah jika menyebutmu sebagai Dokter cabul?" tanya Arka tanpa perasaan bersalah, dengan gestur menantang."Tck! Sudahlah, Sayang, lebih baik sekarang kamu pergi pakai baju dulu," sahut Kinara saat melihat sang Suami yang tak kunjung melepaskan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya."Sudah-sudah, pergi sana, aku mau memeriksa pasienku," ucap Dokter itu dengan mengibaskan tangannya, seolah tengah meminta Arka untuk segera pergi dari sana."Cih! Awas kalau berani mencari kesempatan pada Istriku," geram Arka sebelum turun dari atas ranjang."Bwlek!" Dokter itu mengejek dengan menjulurkan lidahnya ketika Arka berbalik menghadap pintu.Arka seketika menoleh dan hendak melayangkan bogem mentah pada Dokter yang merupakan sahabatnya itu."Sayang!" Namun, teriakkan Kinara berhasil menghentikan niatnya. Sang Dokter yang menutupi kepalanya dengan kedua tangan untuk dijadikan sebuah temeng, kini menurun
Dua pria itu menatap Kinara dengan canggung."Ehem! Aku akan berikan resep obat," ucap Dokter tampan dengan berdehem pelan untuk mencairkan suasana canggung di antara mereka.Dokter itu nampak menuliskan sesuatu di selembar kertas berwarna putih."Minum obatnya secara teratur." Dokter itu memberikan sebuah catatan yang dengan cepat di rebut paksa oleh Arka.Arka nampak serius membaca catatan Dokter di tangannya."Ini semua nama vitamin dan obat penambah darah, kamu bilang Istriku demam?" protes Arka dengan melemparkan kasar catatan itu ke wajah sang Dokter."Itu karena Istrimu ini sedang ha ....""Sa-sayang, sebenarnya aku sudah meminum obat penurun panas dari Dokter ini, dan vitamin ini hanya untuk selingan agar tubuhku cepat pulih." Kinara dengan cepat menyela ucapan sang Dokter yang hendak membocorkan rahasianya."I-iya," sahut Dokter itu tergagap-gagap, dirinya hampir lupa dengan kesepakatan yang mereka buat untuk merahasiakan kehamilan itu pada Arka.Arka terdiam sejenak seraya m