"Mbak Kinara!" Suara teriakan seorang wanita berhasil menghentikan langkah Kinara yang hendak memasuki mobil.Seorang wanita cantik nampak berlari menghampiri mereka."Mbak Risa? Ada apa?" tanya Kinara terheran-heran melihat Risa begitu tergesa-gesa untuk mengejar mereka."Ayo mampir ke rumahku," ucapnya dengan ragu ketika menyadari Arka yang menatap tajam ke arahnya."Sudah malam, untuk apa menyuruh Kinara mampir ke rumahmu?" ketus Arka."Tck! Arka, jangan begitu." Kinara merasa tidak enak jika menolak permintaan Risa untuk mampir ke rumahnya."Baiklah, mungkin hanya sebentar saja," lanjut Kinara dengan melangkah menuju rumah Risa yang berada di sebelah rumah Bayu.Setelah memasuki rumah, Risa mempersilahkan Kinara dan Arka untuk duduk di sofa panjang miliknya."Emm, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan dengan, Mbak Kinara," ucapnya sedikit ragu, dengan matanya yang sekilas melirik Arka."Apa maksudmu? Kamu mengusirku?" ketus Arka ketika menyadari maksud dari Risa yang tidak ingin
Arka berlari keluar hendak menemui Kinara yang terakhir kali terduduk lemas di samping mobil.Namun, betapa terkejutnya Arka mendapati Nathan yang telah terduduk di atas lantai paving blok, tanpa Kinara di sekitarnya."Kinara pergi ke mana? Kenapa Nathan di biarkan merangkak di tanah begini?"Arka bergegas menggendong Nathan dengan matanya yang terus memperhatikan sekitarnya.Nathan menangis kejer, hingga membuat Arka merasa kualahan, namun anehnya, Kinara tak kunjung menghampiri mereka di sana."Kinara kemana sih?" Arka mencari di sekeliling mobil, namun tak kunjung menemukan Kinara di sekitar sana."Ra! Kinara!" Arka berteriak kencang, berharap Kinara yang tidak diketahui keberadaannya mendengar teriakkan itu.Namun sampai beberapa kali Arka mencoba, tak ada sahutan apa pun dari Kinara.Drrttt ... Drrttt ...Arka mengambil ponsel yang terasa bergetar dari balik saku celana.Matanya membulat sempurna ketika melihat notifikasi layar ponselnya yang memperlihatkan foto Kinara yang sedan
Arka meletakkan senapan itu di dalam saku jasnya sebelum memasuki mobil dengan langkah cepat. Diikuti kedua Bodyguard kepercayaannya.Arka mengambil nafas panjang sebelum menginjak pedal gas secara kasar.Barisan panjang mobil itu menerobos bisingnya kota, melaju menuju jalanan beraspal yang semakin lama semakin terasa sunyi.Arka terus mengikuti arahan GPS dari layar ponselnya. Berharap GPS itu akan membawanya menuju keberadaan Kinara yang masih tidak diketahui keberadaannya.Barisan mobil itu terus melaju membelah kesunyian malam, hingga mereka sampai di titik lokasi terakhir yang ditunjukkan oleh GPS.Titik itu berlokasi di sebuah hamparan luas kebun jagung yang terletak cukup jauh dari pemukiman.Namun, Arka melihat sebuah gudang tua yang terletak tidak jauh dari sana.Gudang itu nampak sunyi tak berpenghuni, dengan dinding kayu yang terlihat sudah lapuk, namun firasat Arka mengatakan jika Kinara berada di dalam sana.Setelah memerintahkan semua anak buahnya untuk turun dari mobil
"Ta-tapi ....""Nyonya, tunggulah di sini, percayakan semuanya pada Dokter." Tono menyela ucap Kinara.Kinara tertunduk lesu sebelum akhirnya memutuskan duduk di kursi tunggu.Namun, pintu ruangan ICU yang sebelumnya tertutup rapat, mendadak terbuka lebar. Terlihat kepanikan dari Dokter dan beberapa Perawat yang dengan cepat mendorong brankar Arka menuju ruang operasi.Kinara yang ikut panik seketika bangkit dari duduknya, memandangi Arka yang masih memejam dengan alat bantu pernafasan dan selang infus yang menempel di tangannya."Apa yang terjadi?" tanya Kinara pada salah satu Perawat yang menangani Arka."Pasien dalam keadaan kritis, dan harus segera dilakukan tindakan operasi untuk mengangkat beberapa peluru yang bersarang di tubuhnya," jawab Perawat itu sebelum berlari ke ruangan operasi meninggalkan Kinara yang masih membeku di tempat.Kinara seketika terduduk di lantai rumah sakit, lututnya terasa lemas seolah tidak bertenaga setelah mendengar penjelasan Perawat itu. Air mata mu
Tak berselang lama, Tono kembali bersama beberapa Pengawal lainnya."Kenapa kalian datang ke sini?" tanya Arka terheran-heran pada beberapa Pengawal yang baru memasuki ruangannya."Tuan, salah seorang Gangster berhasil melarikan diri, saya takut jika dia akan melakukan pembalasan dendam suatu hari nanti," ucap salah seorang Pengawal."Tidak perlu terlalu dipikirkan, selama pimpinan mereka sudah mati, mereka tidak akan bisa berbuat apa pun," jawab Arka datar."Saya, sebenarnya mengkhawatirkan Nyonya, Tuan," ucap Pengawal itu dengan melirik Kinara sekilas.Arka terdiam sejenak. Sebenarnya apa yang dikhawatirkan oleh Pengawalnya cukup masuk akal, mengingat penculikan semalam hanya sebuah dendam yang ditujukan pada calon Istrinya."Tidak perlu terlalu khawatir, aku akan lebih berhati-hati lagi mulai hari ini," ucap Kinara dengan penuh keyakinan.Membuat Arka yang hendak menawarinya tempat tinggal, pada akhirnya mengurungkan niatnya.Arka tahu bagaimana keras kepalanya Kinara, jika dia tet
"Astaga, Arka," lirih Kinara dengan memijat pelipisnya."Jadi, kemana hilangnya mayat itu?" tanya Arka begitu penasaran."Aku tidak tahu, kami sudah melakukan penyelidikan, namun pelaku tidak meninggalkan jejak apa pun di sana, itu membuat kami kesulitan menemukannya," jelas Kepala Polisi."Aku akan membantumu mencari bukti setelah keluar dari rumah sakit ini."Kepala polisi nampak tertegun ketika Arka secara suka rela menawarkan diri untuk membantunya."Jangan salah paham, aku tidak berniat untuk membantumu, aku hanya takut jika dalang dibalik semua ini akan membahayakan keselamatan Istriku," ketus Arka, seolah bisa membaca pikiran dari sahabat lamanya."Cih! Bilang saja kamu sebenarnya ingin membantuku, hanya merasa malu untuk mengakuinya," jawab Kepala Polisi dengan tatapan sinis yang dilayangkan pada Arka."Sudah-sudah, jangan seperti anak kecil begini," sahut Kinara yang merasa begitu pusing mendengar perseteruan antara dua sahabat lama yang baru bertemu.Namun mereka tetap rusuh
"Jangan lebay, aku akan menjengukmu lebih sering setelah ini," ucap Kinara sebelum melangkah pergi."Memangnya kamu mau pulang ke mana? Tokomu sudah hancur."Mendengar kalimat itu, Kinara terdiam untuk sesaat, bukan memikirkan kemana dirinya harus pulang, melainkan bagaimana caranya menjelaskan hal itu pada Ibu pemilik kontrakan."Yang hancur hanya bagian depan, dapur dan satu ruangan yang biasa aku tempati tidur masih utuh, lagi pula aku harus menjelaskan situasi yang sebenarnya kenapa Ibu pemilik kontrakan," jelas Kinara."Tck! Ya sudah, kalau begitu izinkan aku untuk mengantarmu pulang," ucap Arka dengan mengerucutkan bibirnya."Memang dasar tidak pernah peduli denganku," gumamnya lirih."Apa?" ucap Kinara ketika mendengar Arka mengatakan sesuatu, namun tak terdengar jelas olehnya."Ti-tidak apa-apa, jangan terlalu dipikirkan," jawabnya datar tanpa seulas senyum di bibir.Arka menarik tangan Kinara secara paksa untuk segera memasuki mobilnya kembali."Berhenti! Aku yang akan mengan
Tangisan Kinara dihentikan oleh kedatangan dua mobil mewah berwarna hitam yang tiba-tiba berhenti di depan tokonya.Kinara terdiam di posisi semula, dengan mata sendu, memperhatikan beberapa sosok yang tengah turun dari dalam mobil.Terlihat Tono dan Toni keluar bersama dengan beberapa Bapak-bapak berpakaian lusuh dengan peluh mengucur membasahi wajah mereka."Ada apa ini?" tanya Kinara pada Tono dan Toni yang berjalan mendekatinya."Nyonya, ini adalah tukang bangunan yang baru kami jemput dari tempat kerja mereka sebelumnya, Tuan Arka meminta mereka untuk merenovasi toko kue, Nyonya, secepatnya," jelas Tono dengan membungkukkan sedikit badannya memberi hormat.Kinara bergegas bangkit, mengibas-ngibaskan pelan bagian belakang tubuhnya yang kotor terkena debu."Renovasi? Tapi aku belum membeli bahan material untuk toko ini."Kinara memperhatikan beberapa tukang bangunan yang telah memulai pekerjaan mereka dengan membersihkan reruntuhan toko."Truk pengangkut bahan material sebentar lag