Pelayan menunjukkan ruangan untuk mereka berlima beristirahat, masing - masing mendapatkan satu kamar, namun Yui meminta satu kamar dengan Leila. Rafael, Light dan Adrian mendapatkan kamarnya masing-masing.
“Hari ini kalian istirahat dulu, kita bicarakan besok. Acara panen sinar rembulan masih satu minggu lagi,” ucap Rafael disertai anggukan oleh semua orang yang ada di sana.
Satu minggu berada di kota Avari, ada rasa bercampur cemas. Hari ini setelah jamuan yang diberikan oleh Ratu Esmeralda mereka berkumpul, membicarakan tentang taruhan yang dibuat Rafael.
“Ini adalah tongkat bulan.” Rafael mengeluarkan tongkat dari penyimpanannya dan menunjukkannya kepada semua orang. “Satu hal, tongkat ini rusak,” ucap Rafael dengan ringannya.
“Paman bertaruh dengan t
Terima kasih sdah membaca karya pertamaku di GN, semoga kalian suka.
Yui menunggu Kyara sambil meregangkan tangannya. Lalu dia berdiri, “Aduh duh kenapa ini?” lirih Yui mengaduh saat dia merasakan persendian kaki dan tangannya terasa sakit. Akhirnya dia meluruskan kaki dan tetap duduk di sana. Sepertinya menggunakan kekuatan Seiryu dan Byakko dalam waktu cukup lama membebani tubuhnya. Karena lama menunggu Yui merebahkan diri, dipandanginya langit yang cerah dengan awan berarak.“Yui!” seru Rafael saat melihat Yui yang terbaring di tanah. Wajahnya terlihat cemas. “ Kamu tidak apa-apa? Bagian mana yang sakit?” tanya Rafael beruntun.Yui hanya memperlihatkan telapak tangannya yang memerah tanpa bangun dari posisinya maupun membuka mulutnya untuk bicara. Rafael memeriksa tangan Yui, lalu mengerutkan keningnya.“Jangan bercanda, kukira
Pagi tiba, Yui bangun dengan tubuh segar. Sebelum tidur, Pamannya memberinya minuman hangat dari ginseng sisik naga. Katanya itu dapat meningkatkan kekuatan tubuh karena hari ini mereka akan mulai menempa. memperbaiki tongkat bulan. Kyara masih mendengkur di samping Yui, dia seperti kucing saat tidur, melingkar. “Bangun, Kyara.” Yui menggoyangkan badan Kyara yang tidak mau bangun. Dia hanya berbalik dan berganti posisi lalu tidur lagi. Sangat sulit membangunkan Kyara, akhirnya dia meninggalkan kucing besar itu tetap dalam mimpinya. “Ah sudahlah, aku mandi saja dan bersiap,” gerutu Yui. Dia segera ke kamar mandi dan melakukan apa yang diperlukan. Yui telah siap dengan pakaian yang nyaman untuk bergerak. Pamannya mengatakan tempat penempaan sangat panas jadi ia mengenakan kaos tanpa lengan dan rok rempel yang simple. Mengikat rambutnya dengan model ponytail. Dia sudah siap untuk menjalani hari ini. “Kak Leila, aku pergi dulu. Kalau Kyara ban
Fiona menyerahkan tongkat bulan yang telah selesai kepada pengrajin untuk disatukan dengan kristal bulan. Tinggal dua hari lagi waktu tersisa sebelum bulan purnama. Pengrajin yang melihat tongkat bulan terpesona dengan penampilan dan kekuatannya. Aura tongkat itu terpancar kuat, indah dan menakjubkan. Fiona meninggalkan tempat itu segera setelah menyerahkannya pada tetua peri pengrajin.Fiona masih bimbang dengan perasaannya, dia belum ingin menyerah. Dia berjalan di antara pertokoan yang padat. Ada satu toko yang mengganggu dan mengusiknya untuk mendekat tertulis 'Toko Ramuan dan Keajaiban' langkah kakinya seakan bergerak sendiri ke arah toko itu.Fiona membuka pintu yang tertulis tulisan 'buka' melihat-lihat isi toko itu. Rapi, antik dan ada kesan memiliki kekuatan ajaib. Benda di dalamnya semua bukanlah benda biasa, barang-barang antik, sederet botol kecil warna-warni tertulis nama ramuan dengan berbagai tujuan. Dia membaca deretan ramuan itu dan berhenti pada
Ratu Esmeralda menepuk bahu Fiona. Dia kasihan melihat putri semata wayangnya bersedih. Dia memang salah, namun kesalahan karena tidak tahu bukanlah hal besar. Yang menjadi masalah adalah nyawa seseorang hampir melayang karena kesalahan itu. "Fiona, kita bicara lagi setelah ini, aku perlu memastikan Rafael tidak terancam nyawanya," ucap Ratu Esmeralda. Ia meninggalkan putrinya yang masih bersimpuh di lantai. Para pengawal mengangkat tubuh Rafael dan membawanya ke tempat pengobatan. Warna putih identik dengan warna rumah sakit. Interior dan cat tembok yang senada, semuanya putih termasuk pakaian para tenaga medis. Rafael langsung ditangani dengan cepat. Mereka berusaha menyelamatkan nyawanya. "Ratu, kami masih bisa mempertahankan nyawanya tapi …," ada keraguan dari tenaga medis yang menangani Rafael.
Setelah memastikan kondisi Rafael stabil, mereka meninggalkan ruangan itu, hanya tinggal Yui dan Fiona di dalam ruangan tersebut. “Dari mana Putri Fiona tahu tentang daun pohon kehidupan bisa menawarkan racun kelopak mawar peri?” selidik Yui memandang tajam ke arah putri berambut ungu itu. “Kau juga berbohong, kenapa mengaku sebagai kekasih Rafael?” timpal Fiona, dia kesal karena ulah Yui dirinya harus menggunakan cara bodoh untuk mendapatkan Rafael. “Paman yang memintaku, aku hanya mengikutinya saja,” jawab Yui tanpa merasa bersalah dan membuang muka dari Fiona, “setidaknya aku bukan pengecut yang menggunakan ramuan cinta,” lanjut Yui yang membakar amarah Fiona. Dia merasa direndahkan dengan ucapan Yui. “Kau bilang apa?” Fiona setengah menaikkan suaranya geram
Mereka sudah bersiap untuk berangkat. Fiona yang juga akan ikut pergi ke Ergions menyiapkan kudanya. Kereta kuda sudah diisi dengan perbekalan untuk perjalanan mereka. Yui dan Light juga sudah selesai dengan semua persiapan. Sebelum pergi Yui menyempatkan diri mengunjungi Rafael. Dia masih tertidur dalam teratai es. Kondisinya selalu dipantau oleh tenaga medis. "Paman, aku pergi dulu," pamit Yui kepada Rafael yang masih tertidur di dalam sana. Yui meninggalkan ruangan dan bergabung dengan yang lain. Dia juga memilih menaiki kuda seperti Fiona. Dia tidak mau berada di dalam kereta kuda. Hanya Leila yang tetap.di kereta kuda. Perjalanan menuju ke pelabuhan memerlukan waktu dua hingga tiga hari. Jalanan yang menurun membuat perjalanan lebih mudah. Jalanan yang mulus dan tanpa hambatan berarti. Perjalanan benar-benar membosankan, Yui dan Fiona sedang perang dingin. Mereka tidak mau berbicara satu sama lain. "Kita berkemah disini, besok kita lanjutka
Pagi hari, mereka sudah sibuk bersiap melanjutkan perjalanan. Yui memesan makanan untuk dibawa dalam perjalanan nanti, Light dan Adrian merapikan barang-barang di kereta kuda, mengecek dan memastikan tidak ada kerusakan. Leila pergi ke apotek yang ada membeli beberapa obat-obatan yang diperlukan. Semua memiliki kesibukan masing-masing kecuali Fiona yang hanya bisa melihat kesibukan orang lain. “Ada yang bisa kubantu?” tanya Fiona namun tidak ada jawaban. Mereka mengabaikan Fiona. Gadis itu murung, dia sudah bertekad tidak akan mengeluh lagi, namun tekad saja sepertinya tidak cukup. “Kalau mau membantu, bawa makanan yang sudah siap ke kereta kuda,” sahut Yui yang sudah menenteng dua bungkusan di kedua tangannya. “Baik,” jawab Fiona. Fiona membantu Yui mengangkat semua bekal makanan untuk perjalanan mereka. Persiapan sudah selesai. Adrian terlihat berbincang dengan pemilik penginapan sebelum membayar semua uang sewa kamar dan makan m
Yui mulai merasakan tubuhnya semakin masuk ke dalam laut. Bukan hanya karena gaya gravitasi tapi makhluk bersirip setengah manusia membawanya makin dalam ke dasar laut. Entah bagaimana dia bisa bernapas di dalam air, sepertinya makhluk itu tidak ingin mangsanya mati. Yui melihat ke arah makhluk lain yang juga berenang di dekatnya, dan ada satu lagi yang membawa Light. "Light!" Yui berusaha berteriak akan tetapi suaranya tidak bisa keluar. "Byakko, makhluk apa mereka ini?" tanya Yui dalam benaknya. "Siren, mereka makhluk pemangsa, Yui," jawab Byakko. Mendengar kata Siren, Yui teringat banyak mitos tentang makhluk laut yang satu ini. Ada yang menyebutnya mermaid ada juga siren. Keduanya manusia setengah ikan. Kisah romantis hingga misteri pembunuhan di laut mulai
Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i
Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum
Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.
Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach
Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas
Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo
Lenora Isolde, Ratu dari Kerajaan Awan. Sang Penguasa dunia lain, dia tidak pernah ikut campur urusan dunia di bawahnya, baik dunia manusia, dunia kristal apalagi dunia bawah. Dia sang penguasa mimpi dan persimpangan, peramal masa depan.“Apa yang membuat seorang Lenora Isolde turun dari singgasananya?” tanya Rafael yang hampir tidak percaya dengan matanya. Melihat sang Ratu Awan di depan mata.“Persimpangan, kali ini ada banyak persimpangan, bahkan kau juga memiliki persimpangan, Rafael. Hidup atau mati, ah selalu tidak menentu,” jawab Lenora yang kata-katanya bagaikan misteri di telinga Rafael.“Apa Sawatari yang memanggilmu?” tanya Rafael kembali.“Salah satunya, permintaanya akan jiwa Yuasa, kau pasti tahu itu,” j
Siapa yang siap berperang? Jika ditanya, apakah siap untuk berperang? Semua akan menjawab tidak siap. Bahkan mereka yang saat ini berjalan menyerang juga tidak yakin dengan tindakannya. Mereka hanya mengikuti perintah, takut dan tidak bisa berbuat atas keinginan sendiri.Yuan menatap ribuan pasukan yang menghadang dan melihat kesiapan penduduk yang sudah memegang senjata dengan tatapan takut. Namun, keberanian menjadi muncul saat semua yang mereka kenal maju bersama, saling menguatkan.“Aku belum siap,” lirih Yuan, menelan ludahnya. Ada ketakutan dalam hatinya, dialah yang harus menghadapi sang pembawa petaka tapi saat ini dia belum cukup kuat.“Aku ada bersamamu,” ucap Yui menguatkan Yuan. Dia menggenggam tangan saudara kembarnya, menatap lautan pasukan yang berwarna hitam.
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.