"Aku tidak begitu buruk, Zie. Semua wanita pasti ingin mendapat suami sepertiku. Hanya kamu yang aneh tidak mau mengakui dan malah harus aku yang memaksamu.”“Bukan begitu,” jawab Zie. “Kamu berkata seperti ini seolah-olah hubungan kita ini normal dan wajar,” gumamnya di dalam hati.“Balas pesan dari orang yang menghubungimu dan mengganggu tidurku tadi. Kita temui dan jelaskan padanya!” titah Sean sambil berjalan menuju kamar mandiSikap seenaknya itu membuat Zie rasanya ingin menenggelamkan diri ke rawa-rawa agar habis dimakan buaya.“Zie, handuk donk di lemari. Aku lupa.”Zie mengembuskan napas kasar dari mulut. Apa sekarang ini dia sedang bermain rumah-rumahan dengan Sean?☘️☘️☘️Setengah jam kemudian, baik Sean dan Zie sudah rapi dan turun ke bawah untuk sarapan. Gadis itu merasa aneh, sepertinya dia kurang betul memakai korsetnya hingga kurang nyaman dibagian punggung.“Kalian rapi sekali, apa mau pergi?” Selidik Ghea melihat Zie dan Sean bergantian. Keningnya berkerut halus, bah
“Apa kamu pikir aku akan bertanya alasanmu? Aku tidak mau tahu.” Zie menatap nyalang, dia sudah berpikir apa yang dikatakan Sean pasti akan membuatnya sakit hati.Namun, tak Zie sangka Sean malah melepas seat belt dan merengkuh tengkuknya, Zie yang kaget pun sampai memejamkan mata berpikir Sean akan menciumnya, tapi apa yang Zie duga tak terjadi. Sean berhenti tepat saat puncak hidung mereka terlihat hampir menempel satu sama lain.Zie perlahan membuka mata, tubuhnya seketika lemas saat menyadari betapa dia masih sangat mencintai pria dingin yang wajahnya masih sangat dekat dengannya ini.“Orang itu masih mengikuti kita, bukankah lebih baik terlihat bermesraan dari pada bertengkar?”“Apa dia sudah pergi? Kamu bisa duduk dengan benar sekarang,” ucap Zie kemudian. Bukannya langsung menuruti ucapan sang istri, Sean malah memindai manik mata Zie. Hingga perasaan aneh muncul kembali di dada gadis itu. Matanya merambang, dia pasti akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini jika s
"Ti.. Tinggal bersama?""Hem ... aku akan tinggal di sini, denganmu!"Zie bingung, apakah berkah atau musibah yang akan dihadapinya ini. Ia masih tak percaya dengan ucapan Sean, dan bertanya lagi ke suaminya itu demi sebuah penegasan. "Apa main rumah-rumahannya pindah? Jangan becanda karena ini tidak lucu. Kamu tahu hubungan kita seperti apa.""Hubungan kita seperti suami istri, begitu saja tidak tahu." Sean malah menghina, wajah dinginnya itu semakin Menjengkelkan karena senyum di sudut bibir yang membuat Zie hampir saja terpesona. "Terserahlah! kita lihat saja berapa lama kamu akan bertahan," ucap Zie lantas menuju ranjang dan berbaring untuk berpura-pura tidur. Ia masih mendengar suara Sean membongkar koper, bahkan bertanya bolehkah memasukkan baju ke lemari miliknya. "Ya sudah, kalau tidak dijawab. Aku anggap kamu memberi izin," kata Sean. Pria itu tersenyum karena sang istri menggerakkan kaki seolah ingin berkata 'sesukamu saja'☘️☘️☘️Malam itu terlewati tanpa drama, hingga
Sean menyusuri jalanan yang lengang karena hari masih pagi. Dia beberapa kali berdecak karena belum menemukan mini market yang buka. Dirinya tidak mungkin kembali tanpa membawa sikat gigi karena khawatir Gani akan mengolok-oloknya nanti. Sean memutuskan berhenti di tepi jalan, dia melihat pedagang bubur ayam yang tak jauh dari tempatnya memarkirkan kendaraan dan berniat membelikan makanan itu untuk orang rumah. Namun, baru saja hendak meraih pintu dia tiba-tiba saja tersadar. "Tunggu, untuk apa Zie membersihkan mukanya pagi-pagi. Dia bahkan kemarin tidak mandi sampai hampir jam sepuluh pagi." Sean merasa tidak senang, jika Zie sampai pergi tanpa memberitahunya. Ia cepat-cepat turun untuk memesan sepuluh porsi bubur ayam lalu kembali ke rumah. Sesampainya di kediaman sang mertua, Sean memberikan bungkusan makanan itu ke pembantu yang berpapasan dengannya, dengan langkah terburu-buru, pria berwajah manis itu naik kembali ke kamar untuk menemui sang istri. Zie ternyata benar-benar a
Surya menjauhkan tangan yang hendak memegang Zie. Nampak jelas wajah semua orang kebingungan karena ucapan Sean barusan. Hingga mereka membiarkan saja Sean membopong Zie menuju tenda yang memang disediakan, jika ada peserta senam yang pingsan atau kelelahan. Sean begitu cemas, dia membaringkan Zie dengan perlahan ke atas ranjang yang tersedia, pria itu berdiri di samping sang istri saat tenaga medis mencoba memeriksa.Surya hanya diam memerhatikan, dia pun tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat Sean yang begitu perhatian ke Zie. Pria itu hanya berdiri di depan tenda dan sesekali menjawab pertanyaan orang-orang yang mendengar ucapan Sean tadi. Pendukung Zie berbondong-bondong mendekat untuk melihat kondisi wanita itu. Mereka bahkan mengambil gambar Zie yang terbaring lemah, meski sudah di halau tapi tetap saja terlalu banyak orang yang memegang ponsel saat itu, hingga foto kondisi Zie pun tersebar luas.“Zie, apa kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan suara lembut, satu tangannya b
“Apa?” Raiga, Daniel, dan Ghea terkejut bersamaan saat mendengar cerita Sean jika Zie tadi sempat hampir tertabrak dan jatuh pingsan. “Apa pemotor itu sengaja?” tanya Ghea yang tentunya tidak akan terima, jika sampai calon cucu di kandungan sang menantu celaka. “Tidak tahu, Ma. Tapi yang jelas sekarang aku ingin mengecek kondisi janin Zie,” jawab Sean. Ia menoleh Zie yang terlihat kikuk karena semua orang kini mencemaskan dia yang sebenarnya sudah tidak apa-apa. “Kalau begitu ayo ke atas!” Raiga pun bersiap memeriksa sang kakak ipar. Zie sendiri merasa bingung, dirinya sudah berkata jika baik-baik saja, tapi Sean malah bereaksi berlebihan dan membuat semua orang cemas. Sean menatap ke lantai dua di mana kamar yang digunakan Raiga untuk memeriksa ada di sana. Tiba-tiba saja dia merasa cemas, hingga tak ada satu orang pun yang menyangka pria itu menggendong Zie tanpa permisi. Zie membelalakkan mata. Ia sangat terkejut karena Sean menggendong dirinya, meski ini sudah yang kedua
Sean tak bisa menjawab, dia memilih pergi dari kamar itu tanpa pamit. Dia sendiri bingung dengan perasaan aneh yang kini bersarang di dadanya.Zie yang memang tidak memiliki prasangka apa-apa memilih bangkit dan memandangi Raiga dengan air muka bingung. “Dia kenapa sih? bukankah jauh lebih baik jika yang membantu kelahiran anakku nanti adalah kamu?”Raiga tak langsung menjawab, pria itu malah menggaruk kepala hingga menoleh Ghea yang masih ada di sana.“Zie, kamu tahu ‘kan bayi itu lahir lewat mana? Sean, dia tidak ingin aku … “Zie membelalakkan mata, dia bahkan menunjukkan telapak tangan kanan ke Raiga untuk meminta adik iparnya tak melanjutkan kalimat yang sudah sampai di ujung lidah. Wanita itu tiba-tiba merasa malu dan buru-buru turun dari ranjang. Ia membetulkan bajunya lalu menyusul Sean yang entah sedang berada di mana sekarang.“Kakakmu, dia cemburu ya?” tanya Ghea ke Raiga yang sibuk membereskan alat setelah memeriksa Zie tadi.“Hem … bukankah sudah aku bilang, Sean menyukai
“Tidak apa-apa, kamu mungkin hanya kelelahan,” ucap Gia.Namun, wanita itu menjadi tidak bisa tenang saat Sean bilang pagi tadi Zie pingsan dan bahkan mereka sempat ke rumah untuk memeriksakan kandungan Zie. Zie pun tak bisa melakukan apa-apa, padahal dia sudah meminta Sean untuk tidak membahas hal ini di rumah, dan suaminya itu pun mengiyakan.“Aku akan menyiapkan mobil, Mama bantu siapkan baju Zie. Tidak bisa, aku tidak akan membiarkan dia pulang sampai dokter terbaik memeriksa kondisinya,” ucap Sean.Gia mengangguk, dia membelai rambut Zie lalu melakukan apa yang sang menantu pesan. Gia sempat melihat korset sang anak di tempat sampah, tapi memilih mengabaikan. Tak lama Sean kembali. Ia menggendong Zie seperti pagi tadi. Sementara itu Gia mengikuti dan berniat ikut ke rumah sakit.Airlangga membelai dan mencium kening putrinya di dalam mobil. Pria itu berjanji akan menyusul segera setelah mengondisikan putra bungsunya. Airlangga tahu tidak bisa membawa Miro ke rumah sakit karena u
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem